أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ
وَاُ مْلِيْ لَهُمْ ۗ اِنَّ كَيْدِيْ مَتِيْنٌ
“Dan Aku akan memberikan tenggang waktu kepada mereka. Sungguh, rencana-Ku sangat teguh.” (QS. Al-A’raf 7: Ayat 183)
Istidraj yang penuh dengan kemewahan dan kekuatan, tenggelam dalam kezaliman dan tidak mengikuti norma moral kecuali yang sesuai dengan hawa nafsu.
Dalam tafsir lengkap Kementrian Agama RI’ Dalam ayat ini Allah menegaskan bahwa orang-orang yang mendustakan lambat laun menerima azab. Karena Allah membiarkan mereka berumur panjang, hidup makmur, dan mampu berperang, bukanlah lantaran Allah mengasihi mereka, tetapi sebagai tipuan terhadap mereka. Dengan kemewahan dan kekuatan yang mereka miliki, mereka berlarut-larut dalam kezaliman, mereka tidak memiliki norma moral, kecuali norma-norma yang sesuai dengan hawa nafsu mereka. Mereka adalah orang-orang yang mendustakan agama, dan orang-orang yang kafir terhadap Allah. Dalam sejarah umat manusia, baik orang seorang atau sebagai bangsa jika berlaku zalim dan aniaya, akhir kezaliman itu adalah kehancuran bagi mereka sendiri. Allah swt berfirman:
“Maka biarkanlah mereka dalam kesesatannya sampai waktu yang ditentukan. Apakah mereka mengira bahwa Kami memberikan harta dan anak-anak kepada mereka itu (berarti bahwa), Kami segera memberikan kebaikan-kebaikan kepada mereka? (Tidak), tetapi mereka tidak menyadarinya.” (al-Muminun/23: 54-55-56)
Rasulullah saw, bersabda:
“Sesungguhnya Allah swt memberi tangguh (tidak segera menimpakan azab) bagi orang yang zalim, tetapi bilamana Allah swt mengazabnya, Allah tidak akan membiarkannya lepas”. (Riwayat al-Bukhari dan Muslim dari Abu Musa).
وَلَا يَحْسَبَنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا أَنَّمَا نُمْلِي لَهُمْ خَيْرٌ لِأَنْفُسِهِمْ إِنَّمَا نُمْلِي لَهُمْ لِيَزْدَادُوا إِثْمًا وَلَهُمْ عَذَابٌ مُهِينٌ
“Dan janganlah sekali-kali orang-orang kafir menyangka, bahwa pemberian tangguh Kami kepada mereka adalah lebih baik bagi mereka. Sesungguhnya Kami memberi tangguh kepada mereka hanyalah supaya bertambah-tambah dosa mereka; dan bagi mereka azab yang menghinakan” (QS Ali-Imran: 178).
Istidraj, kenikmatan materi yang diberikan kepada seseorang yang secara lahir semakin bertambah, tetapi kenikmatan yang bersifat batin semakin dikurangi atau dicabut, sementara ia tidak menyadarinya.
Secara lahiriah kemewahan duniawi Allah berikan, namun secara batiniah perintah ketakwaan (ittaqullah) ia abaikan.
“Dari Uqbah ibn Amir dari Nabi saw, beliau bersabda: ‘Jika kamu melihat Allah memberikan kemewahan dunia kepada hamba-Nya yang suka melanggar perintah-Nya, maka itulah yang disebut istidraj.” Kemudian beliau membaca firman Allah surat al-An`am ayat 44: “Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami pun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa.” (HR. Ahmad).
Istidraj bisa terjadi kepada siapa saja, baik orang awam maupun ahli ibadah. Orang mukmin akan merasa takut dengan istidraj, yakni kenikmatan semu yang sejatinya murka Allah SWT. Namun sebaliknya, orang-orang yang tidak beriman akan beranggapan bahwa kesenangan yang mereka peroleh merupakan sesuatu yang layak didapatkan.
Istidraj, prinsipnya banyak mendapatkan kenikmatan tapi tidak bersyukur malah semakin banyak kenikmatan, semakin melupakan peringatan dari Allah SWT.
Membedakan kesenangan yang datangnya dari kemurahan Allah dengan istidraj adalah ketakwaan. Jika orang tersebut taat dalam beribadah, bisa jadi nikmat yang diterima adalah kemurahan Allah, dan sebaliknya, apabila orang tersebut lalai dalam ibadah bisa jadi itu merupakan istidraj.
Ciri-ciri istidraj yakni: (1) nikmat dunia yang semakin bertambah, namun keimanannya semakin menurun, (2) mendapat kemudahan hidup meski terus menerus bermaksiat, (3) rezeki selalu bertambah, meski terus lalai dalam ibadah, (4) semakin kaya, namun semakin menjadi kikir, dan (5) jarang sakit, namun kerap berlaku sombong.
“Ya Allah, Tuhan yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, lindungilah kami dari segala bentuk istidraj. Jauhkanlah kami dari godaan kemewahan dan kekuatan yang menjauhkan kami dari jalan-Mu. Berikanlah kami petunjuk dan kekuatan untuk selalu mengikuti norma-norma kebaikan dan keadilan, serta hindarkan kami dari mengikuti hawa nafsu yang dapat menyesatkan kami. Semoga kami selalu berada dalam lindungan dan rahmat-Mu. Aamiin.”