Menantang Allah SWT dengan Pembangkangan

‎أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ

هَلْ  يَنْظُرُوْنَ  اِلَّاۤ  اَنْ  تَأْتِيَهُمُ  الْمَلٰٓئِكَةُ  اَوْ  يَأْتِيَ  رَبُّكَ  اَوْ  يَأْتِيَ  بَعْضُ  اٰيٰتِ  رَبِّكَ  ۗ يَوْمَ  يَأْتِيْ  بَعْضُ  اٰيٰتِ  رَبِّكَ  لَا  يَنْفَعُ  نَفْسًا  اِيْمَا نُهَا  لَمْ  تَكُنْ  اٰمَنَتْ  مِنْ  قَبْلُ  اَوْ  كَسَبَتْ  فِيْۤ  اِيْمَا نِهَا  خَيْرًا  ۗ قُلِ  انْتَظِرُوْۤا  اِنَّا  مُنْتَظِرُوْنَ

“Yang mereka nanti-nantikan hanyalah kedatangan malaikat kepada mereka, atau kedatangan Tuhanmu, atau sebagian tanda-tanda dari Tuhanmu. Pada hari datangnya sebagian tanda-tanda Tuhanmu tidak berguna lagi iman seseorang yang belum beriman sebelum itu, atau (belum) berusaha berbuat kebajikan dengan imannya itu. Katakanlah, Tunggulah! Kami pun menunggu.” (QS. Al-An’am 6: Ayat 158)

Menantang Allah SWT dengan pembangkangan

Dalam tafsir lengkap Kementrian Agama RI; Secara ringkas ayat tersebut menerangkan sikap orang-orang musyrik yaitu mereka tidak akan mau beriman, bahkan dengan cara menantang, meminta atau menunggu salah satu dari tiga perkara; yaitu:

Pertama, kedatangan malaikat untuk mencabut nyawa mereka sebagaimana mereka sarankan kepada Nabi Muhammad saw.

Kedua, datangnya siksaan Allah sesuai dengan permintaan mereka untuk mempercepat datangnya siksa yang disebut Al-Qur’an sebagai ancaman bagi mereka.

Ketiga, datangnya tanda-tanda hari Kiamat. Oleh karena semua permintaan itu hanyalah menunjukkan pembangkangan yang terus berlanjut, maka pada akhir ayat ini Allah memperingatkan mereka dengan ancaman, “Katakanlah hai Muhammad kepada mereka: Tunggulah apa yang kamu tunggu itu dan kami pun menunggu apa yang akan kami peroleh kelak.”

اَلَّذِيْنَ  اٰتَيْنٰهُمُ  الْكِتٰبَ  يَتْلُوْنَهٗ  حَقَّ  تِلَاوَتِهٖ  ۗ اُولٰٓئِكَ  يُؤْمِنُوْنَ  بِهٖ  ۗ وَمَنْ  يَّكْفُرْ  بِهٖ  فَاُ ولٰٓئِكَ  هُمُ  الْخٰسِرُوْنَ

“Orang-orang yang telah Kami beri kitab, mereka membacanya sebagaimana mestinya, mereka itulah yang beriman kepadanya. Dan barang siapa ingkar kepadanya, mereka itulah orang-orang yang rugi.”(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 121)

Ayat lin yang memperlihatkan orang musryk menantang Allah SWT;

وَإِذْ قَالُوا۟ ٱللَّهُمَّ إِن كَانَ هَٰذَا هُوَ ٱلْحَقَّ مِنْ عِندِكَ فَأَمْطِرْ عَلَيْنَا حِجَارَةً مِّنَ ٱلسَّمَآءِ أَوِ ٱئْتِنَا بِعَذَابٍ أَلِيمٍ

“Dan (ingatlah), ketika mereka (orang-orang musyrik) berkata: “Ya Allah, jika betul (Al Quran) ini, dialah yang benar dari sisi Engkau, maka hujanilah kami dengan batu dari langit, atau datangkanlah kepada kami azab yang pedih”. (QS Al-Anfal Ayat 32)

📚 Tafsir Ringkas Kementrian Agama RI / Surat Al-Anfal Ayat 32

Mereka bukan hanya melecehkan rasulullah dan Al-Qur’an yang diturunkan kepadanya, tetapi juga menantang Allah. Dan ingatlah wahai nabi Muhammad, ketika mereka, yakni orang-orang musyrik berkata guna mengelabui orang lain seakan-akan apa yang mereka ucapkan tentang Al-Qur’an memang benar dan sesuai keyakinan mereka, ya Allah, jika Al-Qur’an yang dibawa oleh Muhammad ini benar wahyu dari sisi engkau, maka hujanilah kami dengan batu-batu yang benar-benar turun, atau batu-batu sebanyak hujan dari langit, atau kalau siksa itu bukan berupa batu, maka datangkanlah kepada kami azab yang pedih tapi permohonan mereka yang bersifat menantang itu, tidak segera dikabulkan oleh Allah, sebab dengan hikmah-Nya Allah sekali-kali tidak akan menghukum mereka sekarang dengan siksa duniawi yang berat dan memusnahkan, selama engkau nabi Muhammad berada di antara mereka dengan harapan mereka menyambut seruanmu itu. Dan sekali-kali tidaklah pula Allah akan menghukum mereka secara mantap dan langgeng di masa yang akan datang, sedang mereka masih memohon ampunan, menyadari dan meninggalkan kekeliruan mereka.

Kalau sekarang orang menantang Allah SWT, dan Allah SWT tidak langsung mengazabnya padahal nabi Muhammad SAW sudah tidak ada, tapi selama ajaran nabi Muhammad banyak yang menjalankannya, Allah SWT tidak akan mengazabnya.

سَمِعْنَا  وَاَ طَعْنَا  غُفْرَا نَكَ  رَبَّنَا  وَاِ لَيْكَ  الْمَصِqqيْرُ

“Kami dengar dan kami taat. Ampunilah kami, ya Tuhan kami, dan kepada-Mu tempat (kami) kembali.”(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 285)