Pondok pesantren atau sekolah berasrama atau lebih akrab lagi disebut boarding school merupakan sebuah solusi bagi anda orang tua yang sudah merasa tidak mampu lagi mendidik anaknya terutama ketergantungan anak terhadap Hp atau smartphone. Karena secara umum, boarding school atau pondok pesantren selalu melarang siswa dan santrinya menggunakan smartphone, jangankan menggunakan membawa saja tidak boleh.
Sebagai gantinya siswa dan santri hanya diperbolehkan membawa handphone biasa untuk alat komunikasi dan dan bertukar pesan dan informasi saja. Bahkan ada beberapa sekolah berasrama yang sangat tegas, jangankan smartphone, handphone saja tidak diperbolehkan, Alasannya adalah agar siswa atau santrinya bisa lebih mandiri lagi. Bisa fokus pada pelajaran dan juga bisa fokus pada hafalan Al Qur’annya. Sebagai gantinya, biasanya di pondok pesantren seperti itu, menyediakan beberapa alat komunikasi yang bisa digunakan secara bergantian dan itu pun di jadwal ketika penggunaannya.

Sebenarnya ada hal positif dan negatif akan konsep seperti ini, positif nya adalah anak benar benar akan fokus pada pelajaran yang diajarkan oleh ustadz di pesantren sedangkan negatifnya adalah kurangnya komunikasi antara anak dengan orang tua. Karena terkadang konsep pesantren seperti ini, orang tua hanya mendapatkan informasi ketika anak mendapatkan jatah untuk berkomunikasi dengan orang tua atau kalau tidak hanya informasi dari wali santri atau pembimbing santri di pondok pesantren.
Begitu juga dengan konsep membolehkan siswa membawa handphone sendiri, konsep seperti ini dapat mengganggu fokus siswa atau santri pada pelajaran, tapi bisa diminimalisir dengan cara tidak boleh membawa HP ke dalam kelas atau saat pelajaran berlangsung. Jika ditemukan, HP disita sampai waktu sekolah selesai. Sedangkan efek positifnya orang tua tetap dapat berkomunikasi dengan putra putrinya baik di jam istirahat sekolah ataupun saat ada jam kosong di pondok.

Konsep sekolah berasrama melarang penggunaan smartphone merupakan hal yang sangat bagus, karena mau bagaimana juga ketergantungan anak terhadap smartphone semakin lama semakin parah. Smartphone membuat anak malas, membuat mata cepat lelah, membuat anak tidak fokus dalam pelajaran, membuat anak lupa akan ibadah dan lebih parah lagi anak akan lebih suka menggunakan smartphone dari pada membaca Al Qur’an.
Dengan sekolah berasrama, selama 24 jam santri akan dimonitoring akan kegiatannya, tentu saja menggunakan handphone yang diperbolehkan juga akan tetap dikontrol dan merupakan tanggung jawab wali santri pesantren. Karena ada jam jam tertentu yang dimana santri memang tidak boleh membawa handphone sama sekali, terutama saat pembelajaran di pondok pesantren dan juga saat siswa masuk kelas kitab kuning dan tahfidz Qur’an, jika melanggar maka handphone siswa akan disita oleh bagian kesantrian dan tentu saja poin pelanggaran akan berlaku bagi santri dan juga bagi wali santri yang kurang monitoring terhadap anak didiknya.

Al Masoem sebagai sekolah berasrama terbaik di Sumedang, menggunakan konsep didikan pondok pesantren serasa rumah sendiri. Artinya, kami menggunakan berbagai cara agar santri Al Ma’soem merasa betah di pondok meskipun tidak diperbolehkan membawa smartphone. Perlu digaris bawahi juga, smartphone dan handphone 2 barang yang berbeda.
Konsep kami adalah memberikan fasilitas yang beragam, memberikan kegiatan yang menyenangkan bagi siswa namun tetap melatih kerjasama, melatih fokus dan juga melatih keterampilan siswa baik itu melalui pembelajaran di sekolah dan di pondok pesantren atau juga melalui ekstrakurikuler.

Ekstrakurikuler bagi santri Al Masoem juga memiliki waktu yang lebih panjang, jika secara umum ekstrakurikuler sekolah hanya berlaku selama 3 jam saja di hari Jum’at, untuk santri bisa dimaksimalkan lagi di hari Sabtu dan Ahad.
Namun pada sabtu santri diberikan pilihan untuk mengambil ekstrakurikuler seni dan pada ahad ekstrakurikuler olahraga. Untuk tahfidz juga diberikan pada hari sabtu sedangkan pada ahad santri akan difokuskan pada pembelajaran kitab kuning.
Pembelajaran di pondok pesantren ataupun asrama yang menggunakan metode pembelajaran kreatif membuat siswa dan santri lupa akan smartphone dan juga berbagai macam gadget lainnya.

Ini merupakan cara efektif dalam mengurangi penggunaan smartphone pada anak remaja. Maka dari itu, jika anda bingung antara pondok pesantren atau boarding school dengan full day school, jika anda memang menginginkan anak tidak ketergantungan akan smartphone lebih baik mengambil sekolah berasrama karena anak tidak hanya mendapatkan ilmu agama dan dunia tapi juga mendapatkan pendidikan karakter dan juga membebaskan anak dari belenggu penggunaan gadget.
Karena anak selama 24 jam terkontrol dan termonitor baik itu melalui wali santri dan CCTV dan juga peraturan pondok agar anak bisa diatur terutama untuk kemandiriannya dan juga demi meminimalisir anak dalam penggunaan gadget. Selain itu juga pondok pesantren membuat anak tidak akan lupa akan ibadah, selalu diingatkan tentang puasa sunnah dan juga anak akan dididik sedemikian rupa agar menjadi lulusan yang berkarakter unggul.
Tapi bukan berarti yang full day anak tidak dididik seperti demikian, tapi dengan pondok pesantren anak justru lebih bisa maksimal lagi. Tapi semua tergantung kebutuhan orang tua juga, jika memang membutuhkan sekolah sehari penuh, konsep full day school juga baik bagi anak, karena baik itu boarding school ataupun full day school, Al Masoem melarang siswanya membawa dan menggunakan smartphone.

