Budaya literasi di sekolah menengah pertama (SMP) di Indonesia masih tertinggal jauh. Bahkan menurut wakil Wakil Ketua DPR RI Abdul Muhaimin Iskandar, budaya literasi Indonesia berdasarkan data UNESCO masuk kedalam peringkat yang paling rendah. Atau menurutnya budaya literasi di Indonesia masuk ke dalam urutan 2 terbawah.
Dari data UNESCO juga minat baca masyarakat Indonesia sangat memprihatinkan, yaitu hanya 0,001% saja. Artinya dari 100 orang Indonesia, hanya 1 orang saja yang rajin membaca. Rendahnya budaya literasi ini berdampak pada meningkatnya hoaks dan disinformasi. Ditambah lagi seakan menjadi budaya kita mengambil kesimpulan hanya dari 1 informasi yang belum pasti, maka dari itu penting juga ketika seseorang memiliki minat dalam membaca untuk menyelesaikannya hingga selesai dan juga penting juga bagi siswa dan masyarakat selain mampu untuk membaca juga mampu memahami dan mengevaluasi serta menyaring informasi.
Rendahnya minat baca juga dapat menyebabkan kemampuan inovasi siswa yang sangat rendah. Padahal inovasi adalah kunci kemajuan bangsa. Maka dari itu sebelum ke jenjang yang lebih tinggi, di tingkat sekolah dasar hingga menengah pertama harus mampu meningkatkan gerakan literasi sekolah baik itu dalam program pendidikan maupun dalam sebuah komunitas di sekolah.
Dalam pelaksanaan program literasi di sekolah ini juga tidak hanya dilaksanakan oleh siswa namun juga guru sebagai penanggung jawab dalam pembelajaran harus dituntut untuk bisa berliterasi.
Peran guru dalam literasi di tingkat SMP ini juga sebagai motivator bagi siswa agar siswa atau peserta didik yang belum termotivasi bisa lebih termotivasi. Selain itu juga guru bisa dijadikan sebagai bahan percontohan bagi siswa dan peserta didik, karena sistem percontohan ini sangat penting. Jika guru saja ogah untuk membuka dan membaca buku, apalagi siswa?
Adapun tujuan dari literasi di tingkat sekolah menengah ini adalah untuk menumbuhkan dan mengembangkan budi pekerti yang baik, budaya literasi di SMP ini juga dapat meningkatkan minat baca siswa selain itu juga menambah wawasan dan informasi baru, budaya literasi ini juga dapat mempertajam kemampuan siswa untuk menangkap makna dari sebuah peristiwa, literasi ini juga bukan hanya sekedar membaca tapi kemampuan siswa dalam menulis, mengarang dan merangkai kata kata menjadi sebuah puisi, artikel, cerpen, berita dan lain sebagainya.
Selain itu juga tujuan untuk siswa yang mengikuti budaya literasi ini terutama siswa sekolah menengah pertama adalah mengoptimalkan kerja otak, mengembangkan kemampuan verbal, melatih kemampuan dalam berpikir, menganalisa dan kemampuan untuk mengambil sebuah kesimpulan dalam sebuah hal atau sebuah artikel berita.
Selain itu juga budaya literasi di sekolah ini dapat menstimulasi otak siswa agar terbiasa mengambil sebuah kesimpulan setelah menangkap sebuah makna dalam sebuah artikel atau berita sehingga tidak ada miss komunikasi antara penulis dan pembaca.
Memang seharusnya budaya literasi ini dimaksimalkan sejak dini bagi siswa sekolah dasar, dan dikembangkan lagi di SMP hingga SMA. Namun tidak semua sekolah menerapkan konsep seperti ini secara maksimal, maka dari itu ada beberapa orang tua yang akhirnya berpindah pindah sekolah yang menyebabkan budaya literasi ini harus dimulai lagi di tingkat SMP bahkan beberapa yang baru memaksimalkan tingkat SMA.
Apakah itu terlambat? Jelas tidak. Tidak ada keterlambatan dalam mengembangkan budaya literasi, namun alangkah baiknya jika budaya literasi ini memang ditingkatkan sejak dini. Sehingga ketika siswa melanjutkan ke jenjang SMP dan SMA hanya tinggal melanjutkan saja apa yang sudah ada. Sehingga program literasi ini bisa maksimal ketika siswa lulus dari sekolah menengah.
Lantas bagaimana dengan literasi digital?
Literasi digital diera milenial juga merupakan hal penting untuk dimaksimalkan. Bahkan menurut Eti Sumiati dan Wijonarko dalam jurnalnya mengungkapkan bahwa literasi digital ini sangat penting dan dapat membawa manfaat yang banyak bagi masyarakat tentunya. Manfaat tersebut adalah :
- Kegiatan mencari dan memahami informasi dapat menambah wawasan individu.
- Meningkatkan kemampuan individu untuk lebih kritis dalam berpikir serta memahami informasi.
- Menambah penguasaan ‘kosakata’ individu, dari berbagai informasi yang dibaca. Meningkatkan kemampuan verbal individu.
- Literasi digital dapat meningkatkan daya fokus serta konsentrasi individu.
- Menambah kemampuan individu dalam membaca, merangkai kalimat serta menulis informasi.
Menurut Devri Suherdi dalam bukunya yang berjudul Peran Literasi Digital di Masa Pandemi yang terbit pada tahun 2021 literasi digital memiliki arti sebagai pengetahuan serta kecakapan pengguna dalam memanfaatkan media digital seperti alat komunikasi, jaringan internet dan lain sebagainya.
Penggunaan seseorang dalam literasi digital mencangkup beberapa aspek yaitu kemampuan untuk menemukan (searching), mengerjakan, mengevaluasi, menggunakan, memanfaatkan, membuat, cerdas dalam mengolah suatu informasi serta cermat dalam menggunakannya.
Adapun contoh literasi digital seperti :
- Bertukar informasi atau berkomunikasi dengan guru dalam media sosial
- Mengirim pesan melalui email atau tugas sekolah melalui email
- Pembelajaran secara online
- mencari informasi tentang jurnal atau tentang sebuah informasi di internet