أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ
اِلَّا تَـنْفِرُوْا يُعَذِّبْكُمْ عَذَا بًا اَلِيْمًا ۙ وَّيَسْتَبْدِلْ قَوْمًا غَيْرَكُمْ وَلَا تَضُرُّوْهُ شَيْئًــا ۗ وَا للّٰهُ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
“Jika kamu tidak berangkat (untuk berperang), niscaya Allah akan menghukum kamu dengan azab yang pedih dan menggantikan kamu dengan kaum yang lain, dan kamu tidak akan merugikan-Nya sedikit pun. Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS. At-Taubah 9: Ayat 39)
Manusia tidak taat tidak akan merugikan Allah SWT
Dalam tafsir lengkap Kementrian Agama RI; Ayat ini mengancam orang-orang yang tidak patuh memenuhi anjuran dan perintah Nabi Muhammad SAW untuk pergi berperang menghadapi ancaman musuh. Pembangkangan mereka terhadap perintah Nabi Muhammad SAW agar pergi berperang untuk menegakkan agama, tidaklah akan memberi mudarat kepada Allah swt sedikit pun, dan tidak pula memberikan manfaat, sebagaimana firman Allah yang disabdakan Rasulullah saw: “Wahai hamba-hamba-Ku, sesungguhnya kamu tidak akan bisa menyampaikan mudarat kepada-Ku hingga kamu dapat menyusahkan Aku, begitu juga kamu tidak akan dapat memberikan manfaat kepada-Ku hingga kamu dapat memberikan pertolongan kepada-Ku.” (Riwayat Muslim dari Abi dzar al-Gifari)
“Kemuliaan Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak berkurang jika seluruh manusia tidak taat kepada-Nya, dan kemuliaan-Nya juga tidak bertambah jika seluruh manusia menaati-Nya.”
Rasulullah ﷺ bersabda, Allah Ta’ala berfirman: “Wahai hamba-hamba-Ku, sesungguhnya kalian tidak akan mampu mendatangkan bahaya kepada-Ku sehingga kalian dapat membahayakan-Ku, dan kalian tidak akan mampu memberi manfaat kepada-Ku sehingga kalian dapat memberi manfaat kepada-Ku. Wahai hamba-hamba-Ku, seandainya orang yang pertama hingga yang terakhir dari kalian, baik dari kalangan manusia maupun jin, semuanya bertakwa seperti hati orang yang paling bertakwa di antara kalian, maka hal itu tidak akan menambah kerajaan-Ku sedikit pun. Wahai hamba-hamba-Ku, seandainya orang yang pertama hingga yang terakhir dari kalian, baik dari kalangan manusia maupun jin, semuanya berhati seperti hati orang yang paling jahat di antara kalian, maka hal itu tidak akan mengurangi kerajaan-Ku sedikit pun.” (HR. Muslim, no. 2577)
“Wahai manusia! Kamulah yang membutuhkan Allah; dan Allah, Dia-lah Yang Mahakaya (tidak memerlukan sesuatu), Maha Terpuji.”
Ayat ini menegaskan bahwa manusia bergantung kepada Allah, sementara Allah Maha Kaya dan tidak memerlukan makhluk-Nya. (QS. Al-Fatir (35): 15)
Dalam QS. Ali ’Imran (3): 26 “Katakanlah (Muhammad), ‘Wahai Tuhan yang memiliki kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada siapa yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari siapa yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan siapa yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan siapa yang Engkau kehendaki. Di tangan-Mu lah segala kebaikan. Sungguh, Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.’”
Ayat ini menunjukkan bahwa kemuliaan dan kehinaan makhluk sepenuhnya di tangan Allah, tetapi hal itu tidak memengaruhi keagungan-Nya.
Allah Maha Sempurna dan tidak terpengaruh oleh amal perbuatan manusia. Ketaatan manusia bermanfaat bagi dirinya sendiri, dan kemaksiatan manusia hanya akan merugikan dirinya sendiri, sementara Allah tetap Maha Mulia dan Maha Kuasa.
Ketaatan atau kebaikan yang dilakukan manusia itu untuk kebaikan dirinya sendiri
مَنْ عَمِلَ صَا لِحًـا فَلِنَفْسِهٖ وَمَنْ اَسَآءَ فَعَلَيْهَا ۗ وَمَا رَبُّكَ بِظَلَّا مٍ لِّلْعَبِيْدِ
“Barang siapa mengerjakan kebajikan maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri dan barang siapa berbuat jahat maka (dosanya) menjadi tanggungan dirinya sendiri. Dan Tuhanmu sama sekali tidak menzalimi hamba-hamba-(Nya).” (QS. Fussilat 41: Ayat 46)
اِنْ اَحْسَنْتُمْ اَحْسَنْتُمْ لِاَ نْفُسِكُمْ ۗ وَاِ نْ اَسَأْتُمْ فَلَهَا ۗ
“Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik untuk dirimu sendiri. Dan jika kamu berbuat jahat, maka (kerugian kejahatan) itu untuk dirimu sendiri. (QS. Al-Isra’ 17: Ayat 7)
Semoga kita istiqomah berbuat baik, baik kepada Allah SWT, baik kepada manusia dan baik kepada alam (lingkungan).