أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ
وَمِنْهُمُ  الَّذِيْنَ  يُؤْذُوْنَ  النَّبِيَّ  وَيَقُوْلُوْنَ  هُوَ  اُذُنٌ  ۗ قُلْ  اُذُنُ  خَيْرٍ  لَّـكُمْ  يُؤْمِنُ  بِا للّٰهِ  وَيُؤْمِنُ  لِلْمُؤْمِنِيْنَ  وَرَحْمَةٌ  لِّـلَّذِيْنَ  اٰمَنُوْا  مِنْكُمْ  ۗ وَا لَّذِيْنَ  يُؤْذُوْنَ  رَسُوْلَ  اللّٰهِ  لَهُمْ  عَذَا بٌ  اَ  لِيْمٌ
“Dan di antara mereka (orang munafik) ada orang-orang yang menyakiti hati Nabi (Muhammad) dan mengatakan, Nabi mempercayai semua apa yang didengarnya. Katakanlah, Dia memercayai semua yang baik bagi kamu, dia beriman kepada Allah, memercayai orang-orang mukmin, dan menjadi rahmat bagi orang-orang yang beriman di antara kamu. Dan orang-orang yang menyakiti Rasulullah akan mendapat azab yang pedih.” (QS. At-Taubah 9: Ayat 61)
Orang-orang yang menyakiti Rasulullah akan mendapat azab yang pedih
Dalam tafsir ringkas Kementrian Agama RI; Ayat sebelumnya menjelaskan tuduhan orang-orang munafik kepada Rasulullah yang dianggapnya telah berbuat curang atau tidak adil berkenaan dengan pembagian zakat atau ganimah, berikut ini diuraikan kembali ucapan dan gangguan orang-orang munafik ketika berada di tengah-tengah Rasulullah. Dan di antara mereka, orang-orang munafik, ada orang-orang yang menyakiti hati Nabi Muhammad padahal beliau adalah sosok yang agung. Mereka telah menuduh beliau tidak adil dan juga mengatakan kepada kaum mukmin atau sesama orang munafik, “Nabi itu terlalu cepat untuk memercayai semua apa yang didengarnya hanya karena diperkuat dengan sumpah, padahal belum dicek kebenarannya.” Namun, beliau hanya memercayai apa saja yang membawa kebaikan dan kemaslahatan umatnya.
Karena itu, katakanlah, wahai Nabi Muhammad, kepada mereka, “Memang benar, kalau dia selalu mendengarkan setiap informasi yang disampaikan kepadanya dengan penuh perhatian, namun, dia tidaklah seperti yang kamu tuduhkan itu, sebab dia hanya mempercayai semua atau apa saja yang baik bagi kamu, dia beriman kepada Allah dan tentunya juga malaikat yang menyampaikan informasi, memercayai orang-orang mukmin yang dengan iman itulah mereka terhalang untuk melakukan kebohongan dan menjadi rahmat bagi orang-orang yang beriman di antara kamu.” Dan orang-orang yang menyakiti Rasulullah, baik di kala beliau masih hidup maupun sudah wafat, baik dengan ucapan maupun sikap, akan mendapat azab yang pedih di akhirat kelak. Sebab, perasaan cinta itulah yang akan melahirkan penghormatan yang tulus kepada yang dicintai dan tidak akan pernah menyakitinya.
Ayat ini menggambarkan perilaku orang-orang munafik pada masa Rasulullah yang menyakitinya, baik melalui ucapan maupun sikap. Mereka menyebut Rasulullah “sami’” (pendengar) dengan niat mengecilkan wibawanya, menuduh beliau terlalu mudah percaya pada orang lain. Hal ini adalah bentuk penghinaan dan pelecehan terhadap beliau.
Menyakiti Rasulullah pada masa kini dapat terjadi dalam beberapa bentuk, meskipun beliau sudah wafat:
- Meremehkan atau Menghina Sunnah; Mengabaikan, merendahkan, atau menolak sunnah Rasulullah, baik dalam bentuk ucapan maupun tindakan, termasuk kategori menyakiti beliau. Sunnah adalah bagian dari syariat Islam, dan sikap meremehkan sunnah mencerminkan kurangnya penghormatan terhadap Rasulullah.
 - Menghina atau Menyebarkan Kebohongan tentang Rasulullah; Membuat pernyataan palsu, fitnah, atau propaganda negatif tentang Rasulullah atau kehidupan beliau adalah tindakan yang menyakiti beliau.
 - Mendukung atau Membiarkan Penghinaan terhadap Rasulullah; Tidak membela kehormatan Rasulullah ketika beliau dihina, atau bahkan mendukung pihak-pihak yang menghina beliau, juga termasuk bentuk menyakiti Rasulullah.
 - Memisahkan Islam dari Kehidupan Rasulullah; Menganggap bahwa ajaran Rasulullah tidak relevan lagi di zaman modern dan menolak menjadikan beliau sebagai teladan dalam kehidupan.
 - Mengabaikan Ajaran Islam yang Dibawa Rasulullah; Menolak ajaran Islam, baik secara individu maupun dalam kehidupan bermasyarakat, juga merupakan cara tidak langsung yang menyakiti beliau karena beliau diutus untuk membawa risalah tersebut.
 
Dalam konteks ini, umat Islam diwajibkan untuk menghormati dan mencintai Rasulullah lebih dari dirinya sendiri.
اِنَّ  اللّٰهَ  وَمَلٰٓئِكَتَهٗ  يُصَلُّوْنَ  عَلَى  النَّبِيِّ  ۗ يٰۤـاَيُّهَا  الَّذِيْنَ  اٰمَنُوْا  صَلُّوْا  عَلَيْهِ  وَسَلِّمُوْا  تَسْلِيْمًا
“Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman! Bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya.”(QS. Al-Ahzab : 56)
Sikap ini diwujudkan dengan mengikuti ajaran beliau, membela kehormatan beliau, serta menjauhi segala sesuatu yang dapat menyakiti beliau.
Ada beberapa amalan yang dapat memperkuat kecintaan kepada Nabi Muhammad SAW:
- Sering membaca shalawat, seperti: Allahumma shalli ’ala sayyidina Muhammad wa ’ala ali sayyidina Muhammad.
 - Mempelajari sirah Nabawiyah (sejarah hidup Nabi).
 - Mengikuti sunnah beliau dalam kehidupan sehari-hari.
 - Membaca dan memahami hadis-hadis beliau.
 - Merenungkan akhlak mulia Nabi dan berusaha meneladaninya.
 
“Ya Allah, jadikanlah aku mencintai Nabi-Mu Muhammad SAW melebihi cintaku kepada diriku, hartaku, keluargaku, dan anak-anakku. Jadikanlah cinta kepada beliau sebagai sebab keridhaan-Mu terhadapku, dan kumpulkanlah aku bersama beliau di Surga Firdaus yang tertinggi.”
		
