أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ
اِنْ تُصِبْكَ حَسَنَةٌ تَسُؤْهُمْ ۚ وَاِ نْ تُصِبْكَ مُصِيْبَةٌ يَّقُوْلُوْا قَدْ اَخَذْنَاۤ اَمْرَنَا مِنْ قَبْلُ وَيَتَوَلَّوْا وَّهُمْ فَرِحُوْنَ
“Jika engkau (Muhammad) mendapat kebaikan, mereka tidak senang; tetapi jika engkau ditimpa bencana, mereka berkata, Sungguh, sejak semula kami telah berhati-hati (tidak pergi berperang), dan mereka berpaling dengan (perasaan) gembira.” (QS. At-Taubah 9: Ayat 50)
Munafikun sangat gembira kalau nabi Muhammad mendapat kesulitan dalam berperang
Dalam tafsir lengkap Kementrian Agama RI; Sabab Nuzul: Diriwayatkan, bahwa orang-orang munafik yang tetap tinggal di Medinah dan tidak pergi berperang selalu menyiarkan berita-berita bohong yang menyangkut diri Nabi Muhammad dan sahabat-sahabatnya. Mereka berkata, “Muhammad dan sahabat-sahabatnya mendapat kesulitan dalam perjalanan dan mereka dalam keadaan bahaya.” Tetapi tidak lama kemudian ternyata bahwa apa yang disiarkan orang-orang munafik itu bohong belaka. Nabi Muhammad dan sahabat-sahabatnya tetap dalam keadaan baik, tidak kurang suatu apa pun. Berdasarkan kenyataan yang tidak dapat disangkal itu, timbullah kebencian orang-orang munafik itu dan turunlah ayat ini. (Fath al-Qadir 2/370).
Ayat ini menjelaskan bahwa salah satu kebohongan orang munafik itu apabila Rasulullah dan sahabat-sahabatnya memperoleh hal-hal yang menyenangkan seperti ganimah, kemenangan, dan lainnya, sebagaimana yang telah diperolehnya dalam Perang Badar, mereka menggerutu merasa kecewa dan gelisah, karena kebencian dan iri hati. Sebaliknya jika Nabi Muhammad dan sahabat-sahabatnya mendapat kesulitan dan kekalahan, sebagaimana yang dialami dalam Perang Uhud, mereka senang dan memuji diri sendiri karena telah mengambil keputusan untuk menghindar dari perang. Mereka berkata, “Memang setiap menghadapi sesuatu, kami sangat hati-hati dan mempertimbangkan masak-masak jauh sebelumnya.”
Masing-masing membanggakan pikiran dan pertimbangan yang telah dikemukakannya. Memuji-muji perbuatannya, merasa beruntung tidak ikut pergi berperang dan tidak mengalami kesulitan dan kebinasaan. Akhirnya mereka bubar dalam keadaan senang dan merasa gembira atas bencana yang telah menimpa Nabi Muhammad dan sahabat-sahabatnya.
Munafikun sangat gembira kalau nabi Muhammad mendapat kesulitan dalam berperang, zaman sekarang juga ada yang gembira kalau umat islam terpuruk
Orang Islam yang tidak senang melihat Islam maju atau gembira jika umat Islam menghadapi kesulitan bisa jadi tergolong munafik (munafiqun), seperti yang disebutkan dalam Al-Qur’an. Dalam Islam, kemunafikan adalah sifat yang sangat tercela karena orang munafik secara lahiriah mengaku beriman, tetapi hatinya tidak tulus kepada Allah dan Rasul-Nya.
Munafik di zaman Nabi Muhammad SAW terkenal sebagai mereka yang berpura-pura mendukung, tetapi sebenarnya justru berusaha melemahkan perjuangan Islam, seperti dalam perang dan urusan masyarakat. Allah menjelaskan sifat mereka dalam Surah At-Taubah (9:67):
“Orang-orang munafik laki-laki dan perempuan, sebagian mereka dengan sebagian yang lain adalah sama; mereka menyuruh berbuat mungkar dan melarang berbuat yang ma’ruf dan mereka menggenggamkan tangannya (kikir). Mereka telah lupa kepada Allah, maka Allah melupakan mereka. Sesungguhnya orang-orang munafik itulah orang-orang yang fasik.”
Apakah mereka tetap disebut Muslim?
Secara zahir, mereka mungkin terlihat Muslim karena mengucapkan syahadat, tetapi hati mereka jauh dari iman yang sejati. Dalam istilah fiqih, mereka tetap dianggap Muslim selama tidak melakukan tindakan yang nyata keluar dari Islam, seperti murtad. Namun, secara batiniah, keimanan mereka diragukan oleh Allah.
Mengapa mereka tidak senang Islam maju?
- Kepentingan pribadi: Mereka merasa terganggu dengan kemajuan Islam karena bertentangan dengan ambisi duniawi atau kekuasaan mereka.
- Kelemahan iman: Mereka mungkin tidak memahami Islam secara mendalam, sehingga lebih cenderung mengikuti hawa nafsu.
- Pengaruh musuh Islam: Kadang-kadang, orang yang mengaku Islam terpengaruh oleh ideologi atau agenda yang memusuhi agama sendiri.
Semoga munafikun mendapatkan hidayah dan terus mendukung kemajuan Islam dengan tindakan yang nyata sesuai syariat.