Merugilah Orang yang Ringan Timbangan Amal Kebaikannya

‎أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ

وَمَنْ  خَفَّتْ  مَوَا زِ يْنُهٗ  فَاُ ولٰٓئِكَ  الَّذِيْنَ  خَسِرُوْۤا  اَنْفُسَهُمْ  بِمَا  كَا نُوْا  بِاٰ يٰتِنَا  يَظْلِمُوْنَ

“dan barang siapa ringan timbangan (kebaikan)nya, maka mereka itulah orang yang telah merugikan dirinya sendiri, karena mereka mengingkari ayat-ayat Kami.” (QS. Al-A’raf 7: Ayat 9)

Ringan timbangan amal kebaikannya, merugi di akhirat nanti, dan akan dimasukkan ke dalam api neraka

Dalam tafsir lengkap Kementrian Agama RI; Barang siapa yang ringan timbangan amalnya, karena keingkarannya, imannya lemah sehingga ia banyak melakukan pelanggaran agama; ibadah ditinggalkan; amal-amal kebaikan disia-siakan, dan yang digemarinya adalah larangan-larangan agama, banyak menipu, menyakiti hati sesama manusia, memusuhi tetangganya, menyia-nyiakan anak yatim, membiarkan orang-orang sekelilingnya lapar dan menderita, asal dia kenyang dan senang. Manusia yang seperti ini akan merugi di akhirat nanti, dan akan dimasukkan ke dalam api neraka yang membara;

Dan adapun orang yang ringan timbangan (kebaikan)nya, maka tempat kembalinya adalah neraka Hawiyah. Dan tahukah kamu apakah neraka Hawiyah itu? (Yaitu) api yang sangat panas. (al-Qari’ah/101: 8-11)

Yang ditimbang ialah amal perbuatan, sebagaimana yang dikatakan oleh Abu Ishak az-Zajjaj, “Telah sepakat ahlu sunnah tentang adanya timbangan itu, dan amal perbuatan hamba itulah yang ditimbang di akhirat nanti. Timbangan itu mempunyai lidah dan dua daun neraca timbangan.” Pernyataan Abu Ishak ini didasarkan pada sabda Nabi Muhammad saw:

“Diletakkanlah timbangan-timbangan itu di Hari Kiamat, maka ditimbanglah amal kebaikan dan amal kejahatan. Barang siapa lebih berat timbangan kebaikannya dari timbangan kejahatannya, sekali pun seberat butir biji, maka masuklah ia ke dalam surga, dan barang siapa timbangan kejahatannya lebih berat dari timbangan kebaikannya, sekalipun seberat butir biji masuklah ia ke dalam neraka.” (Riwayat Abu Daud dan at-Tirmidzi dari Jabir r.a.).

Seharusnya tidak mungkin ringan timbangan amal kebaikan seorang manusia, karena hakekat penciptaan manusia adalah untuk beribadah;

وَمَا  خَلَقْتُ  الْجِنَّ  وَا لْاِ نْسَ  اِلَّا  لِيَعْبُدُوْنِ

“Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.” (QS. Az-Zariyat 51: Ayat 56).

Kaitkan semua aktivitas kita sebagai ibadah kepada Allah SWT, sehingga menambah timbangan amal kebaikan, mencari kasab, belajar/menuntut ilmu, olah raga, memilih jodoh, memilih pekerjaan, memilih pemimpin, traveling, tidur, makan, minum…dll.

إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّةِ

innamal a’malu binniyat

“Sesungguhnya segala perbuatan itu tergantung pada niatnya”

Semoga aktivitas aktivitas kita bernilai pahala untuk menambah berat timbangan amal kebaikan dan terhindar dari amalan amalan yang sia sia.