أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ
فَطَوَّعَتْ لَهٗ نَفْسُهٗ قَـتْلَ اَخِيْهِ فَقَتَلَهٗ فَاَ صْبَحَ مِنَ الْخٰسِرِ يْنَ
“Maka, nafsu (Qabil) mendorongnya untuk membunuh saudaranya, kemudian dia pun (benar-benar) membunuhnya, maka jadilah dia termasuk orang yang rugi.” (QS. Al-Ma’idah 5: Ayat 30)
Secara bahasa, hawa nafsu adalah kecintaan terhadap sesuatu sehingga kecintaan itu menguasai hatinya. Kecintaan tersebut sering menyeret seseorang untuk melanggar hukum Allâh Azza wa Jalla . Oleh karena itu hawa nafsu harus ditundukkan agar bisa tunduk terhadap syari’at Allâh Azza wa Jalla . Adapun secara istilah syari’at, hawa nafsu adalah kecondongan jiwa terhadap sesuatu yang disukainya sehingga keluar dari batas syari’at.
“…Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran…
(QS. An-Nisa’ 4: Ayat 135)
“….Dan sesungguhnya kebanyakan (dari manusia) benar benar hendak menyesatkan (orang lain) dengan hawa nafsu mereka tanpa pengetahuan. Sesungguhnya Tuhanmu, Dia-lah yang lebih mengetahui orang-orang yang melampaui batas. [Al-An’âm/6: 119]
“…karena sesungguhnya nafsu itu selalu mendorong kepada kejahatan, kecuali (nafsu) yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun, Maha Penyayang.”
(QS. Yusuf 12: Ayat 53)
Hawa nafsu membawa manusia kepada jalan yang tidak diridhoi Allah SWT. Seperti kisahnya Abu Jahal yang tidak beriman kepada Allah SWT karena mengikuti hawa nafsu akan kedudukan dan jabatan. Dikisahkan Abu Jahal adalah pemimpin Quraisy Mekah yang terkenal sadis terhadap kaum muslim. Julukan Abu Jahal diberikan kepada Amr bin Hisyam al Makhzuniy, sebab membedakan hal yang benar dan bathil saja ia tidak mampu.
Sebagai paman Nabi Muhammad SAW ia bisa saja memeluk Islam namun karena takut kedudukan dan wibawanya akan rusak, maka ia memilih memeranginya. “Bahkan, meski aku tahu di akhirat kelak akan dimasukkan ke dalam neraka jahanam, namun aku tidak mau dikalahkan Muhammad di dunia,” ucap Abu Jahal.
Kalau seseorang berbuat maksiat menjauh dari Allah SWT, pasti ibadah akan menurun. Hartanya bisa saja bertambah banyak, tapi berkahnya berkurang. Karena Allah SWT kalau sudah sayang kepada hamba yang beriman, maka akan diturunkan berkahnya dari langit dan bumi. Tapi sebaliknya, kalau seseorang sudah bermaksiat, maka keberkahan akan berkurang, bahkan mungkin hilang.
Karena keberkahan hilang yang muncul adalah hawa nafsu. Karena hawa nafsu yang muncul, maka yang diinginkan selalu banyak, bahkan tidak sadar kalau dia sudah mendapat banyak kenikmatan dunia. Dia sadar kalau sudah kaya, hartanya banyak, tapi masih korupsi, masih menipu, masih lebih jahat daripada hewan.
Mengikuti hawa nafsu menjadikan manusia lalai. Hal ini dijelaskan dalam Qs Al Kahf ayat 28, “janganlah engkau mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari ingat kepada Allah serta menuruti hawa nafsunya. Mengikuti hawa nafsu akan menghalangi seseorang untuk berbuat adil bahkan menjadi awal kerusakan,” jelasnya.
Mengikuti hawa nafsu merupakan sumber kekafiran dan kebinasaan. Dijelaskan dalam Qs Thoha ayat 16, ”maka janganlah engkau dipalingkan dari (urusan kiamat) oleh orang yang tidak beriman kepada-Nya dan oleh orang yang mengikuti pada hawa nafsunya sehingga menyebabkan engkau binasa,”
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga sudah mengingatkan bahwa mengikuti hawa nafsu akan membawa kehancuran. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda;
“Tiga perkara yang membinasakan dan tiga perkara yang menyelamatkan. Adapun tiga perkara yang membinasakan adalah: kebakhilan dan kerakusan yang ditaati, hawa nafsu yang diikuti, dan seseorang yang membanggakan diri sendiri. Sedangkan tiga perkara yang menyelamatkan adalah takut kepada Allâh di waktu sendirian dan dilihat orang banyak, sederhana di waktu kekurangan dan kecukupan, dan (berkata/berbuat) adil di waktu marah dan ridha. [Hadits ini diriwayatkan dari Sahabat Anas, Ibnu Abbas, Abu Hurairah, Abdullah bin Abi Aufa, dan Ibnu Umar Radhiyallahu anhum].
Syurga untuk orang orang yang dapat mengendalikan hawa nafsunya;
وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوَىٰ ﴿٤٠﴾ فَإِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوَىٰ
Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya syurgalah tempat tinggal(nya). [An-Nazi’at/79: 40-41]
Semoga Allâh selalu membimbing hati kita sehingga sellau mampu menundukkan hawa nafsu dengan sebaik-baiknya. Hanya Allâh tempat memohon pertolongan.