Azab dari Allah SWT untuk Kaum Tsamud berupa Suara yang Mengguntur Sehingga Mereka Mati

‎أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ

وَاَ خَذَ  الَّذِيْنَ  ظَلَمُوا  الصَّيْحَةُ  فَاَ صْبَحُوْا  فِيْ  دِيَا رِهِمْ  جٰثِمِيْنَ

“Kemudian suara yang mengguntur menimpa orang-orang zalim itu, sehingga mereka mati bergelimpangan di rumahnya,” (QS. Hud 11: Ayat 67)

Azab dari Allah SWT untuk kaum Tsamud berupa suara yang mengguntur sehingga mereka mati

Dalam tafsir lengkap Kementrian Agama RI; Kaum Tsamud dibinasakan Allah dengan suara keras yang mengguntur, menggoncangkan hati setiap pendengarnya dan menimbulkan gempa yang amat dahsyat, sehingga orang yang berdosa dan durhaka itu jatuh tersungkur tidak sadarkan diri lalu ditelan oleh bumi yang telah merekah dan pecah-belah. Tidak seorang pun di antara mereka yang dapat menyelamatkan diri dari malapetaka itu.

Azab Allah untuk kaum-kaum yang mendustakan para nabi berbeda-beda:
– Kaum Nuh → ditenggelamkan banjir besar.
– Kaum ‘Ād → dibinasakan dengan angin kencang yang membinasakan.
– Kaum Tsamūd → dibinasakan dengan suara keras/gempa.
– Kaum Luth → dibalikkan negerinya dan dihujani batu.
– Firaun dan bala tentaranya → ditenggelamkan di laut.

Kenapa berbeda-beda? Ada beberapa hikmah:

1. Keadilan sesuai kondisi kaum

Allah menghukum sesuai dengan karakter, dosa, dan keangkuhan masing-masing.
– Kaum Luth tenggelam dalam dosa keji (homoseksual) → dihancurkan dengan cara yang sangat menghinakan.
– Kaum ‘Ād sombong dengan kekuatan fisiknya → dibinasakan dengan angin yang tak bisa mereka lawan.
– Kaum Tsamūd sombong dengan kemampuan membangun rumah di gunung → dihancurkan dengan gempa dan suara keras.

2. Tanda Kebesaran Allah

Azab yang berbeda-beda menunjukkan bahwa Allah berkuasa menghancurkan dengan beragam cara, baik air, angin, suara, maupun bumi.
Sehingga manusia tidak boleh merasa aman, karena Allah bisa menurunkan azab dari arah mana pun.

3. Pelajaran bagi umat setelahnya

Setiap kisah azab jadi peringatan,
– Kaum Nuh jadi pelajaran tentang kesabaran dalam dakwah.
– Kaum Tsamūd jadi pelajaran tentang kesombongan menolak tanda (mu‘jizat) Allah.
– Kaum Luth jadi pelajaran tentang kerusakan moral.

4. Rahmat Allah pada umat Nabi Muhammad ﷺ

Umat terdahulu diazab secara langsung di dunia. Tetapi umat Nabi Muhammad ﷺ tidak lagi dihancurkan sekaligus dengan azab besar, melainkan Allah menangguhkan hingga Hari Kiamat.
Sebagaimana sabda Nabi ﷺ:
“Umatku ini umat yang dirahmati, tidak ada azab umum bagi mereka di dunia. Azab mereka hanyalah fitnah, gempa, dan pertumpahan darah di antara mereka.” (HR. Abu Dawud).

Perbedaan azab bukan karena Allah pilih kasih, melainkan karena hikmah, keadilan, dan pelajaran yang ingin ditunjukkan sesuai dengan kondisi masing-masing kaum.

لَـقَدْ  كَا نَ  فِيْ  قَصَصِهِمْ  عِبْرَةٌ  لِّاُولِى  الْاَ  لْبَا بِ  ۗ مَا  كَا نَ  حَدِيْثًا  يُّفْتَـرٰ ى  وَلٰـكِنْ  تَصْدِيْقَ  الَّذِيْ  بَيْنَ  يَدَيْهِ  وَتَفْصِيْلَ  كُلِّ  شَيْءٍ  وَّهُدًى  وَّرَحْمَةً  لِّـقَوْمٍ  يُّؤْمِنُوْنَ

“Sungguh, pada kisah-kisah mereka itu terdapat pelajaran bagi orang yang mempunyai akal. (Al-Qur’an) itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya, menjelaskan segala sesuatu, dan (sebagai) petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.”(QS. Yusuf 12: Ayat 111).

Mengambil pelajaran bukan hanya dari kisah kisah umat terdahulu, perhatikan akhir kisah orang orang yang berbuat dosa ;

قُلْ  سِيْرُوْا  فِى  الْاَ رْضِ  فَا نْظُرُوْا  كَيْفَ  كَا نَ  عَا قِبَةُ  الْمُجْرِمِيْنَ

“Katakanlah (Muhammad), Berjalanlah kamu di Bumi, lalu perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang berdosa.”(QS. An-Naml 27: ayat 69)

Doa agar dapat mengambil hikmah dari azab umat terdahulu

اللَّهُمَّ اجْعَلْنَا مِمَّنْ يَسْتَمِعُونَ الْقَوْلَ فَيَتَّبِعُونَ أَحْسَنَهُ، وَعَلِّمْنَا مِنْ قَصَصِ مَنْ سَبَقَنَا الْعِبْرَةَ وَالْحِكْمَةَ، وَلَا تَجْعَلْنَا مِنَ الْغَافِلِينَ، وَاعْصِمْنَا مِنْ سُبُلِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَالضَّالِّينَ.

Allāhummaj‘alnā mimman yastami‘ūnal-qaula fayattabi‘ūna ahsanah, wa ‘allimnā min qaṣaṣi man sabaqanā al-‘ibrata wal-ḥikmata, wa lā taj‘alnā minal-ghāfilīn, wa‘ṣimnā min subuli al-maghḍūbi ‘alaihim waḍ-ḍāllīn.

“Ya Allah, jadikanlah kami termasuk orang-orang yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti yang terbaik darinya. Ajarkanlah kami mengambil ibrah dan hikmah dari kisah umat sebelum kami. Janganlah Engkau jadikan kami termasuk orang-orang yang lalai. Lindungilah kami dari jalan orang-orang yang dimurkai dan orang-orang yang sesat.”