Allah Tidak Menzalimi Umat yang Dibinasakan, Tetapi Merekalah yang Menzalimi Diri Sendiri

‎أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ
وَمَا  ظَلَمْنٰهُمْ  وَلٰـكِنْ  ظَلَمُوْۤا  اَنْفُسَهُمْ  فَمَاۤ  اَغْنَتْ  عَنْهُمْ  اٰلِهَتُهُمُ  الَّتِيْ  يَدْعُوْنَ  مِنْ  دُوْنِ  اللّٰهِ  مِنْ  شَيْءٍ  لَّمَّا  جَآءَ  اَمْرُ  رَبِّكَ  ۗ وَمَا  زَا دُوْهُمْ  غَيْرَ  تَتْبِيْبٍ
“Dan Kami tidak menzalimi mereka, tetapi merekalah yang menzalimi diri mereka sendiri, karena itu tidak bermanfaat sedikit pun bagi yang mereka sembah selain Allah. Ketika siksaan Tuhanmu datang, sesembahan itu hanya menambah kebinasaan bagi mereka.” (QS. Hud 11: Ayat 101)
Allah tidak menzalimi penduduk negeri yang dibinasakan, tetapi merekalah yang menzalimi diri sendiri dengan kekafiran dan kedurhakaan mereka
Dalam tafsir lengkap Kementrian Agama RI; Ayat ini menerangkan bahwa dibinasakannya mereka itu bukanlah tindakan aniaya dari Allah, tetapi mereka sendirilah yang menganiaya dirinya yang menyebabkan Allah mengambil tindakan demikian. Mereka mempersekutukan Allah dan mengadakan kerusakan di muka bumi secara terus-menerus, sehingga azab tidak dapat ditunda-tunda. Andaikata mereka dibiarkan dalam keadaan yang demikian berlarut-larut, niscaya mereka akan tetap saja, malah bertambah-tambah penganiayaan, kejahatan, dan pengrusakannya di muka bumi, sebagaimana kata Nabi Nuh a.s. tentang kaumnya, kepada Allah:
Sesungguhnya jika Engkau biarkan mereka tinggal, niscaya mereka akan menyesatkan hamba-hamba-Mu, dan mereka hanya akan melahirkan anak-anak yang jahat dan tidak tahu bersyukur. (Nuh/71: 27).
Rasul-rasul yang diutus kepada mereka cukup gigih memberikan pelajaran dan petunjuk, tetapi mereka tetap saja angkuh dan membangkang. Apabila diberi ancaman, mereka makin membangkang dan menentang karena mereka terlalu percaya bahwa tuhan-tuhan sembahannya itulah yang akan menyelamatkan dari segala marabahaya dan azab yang akan menimpanya. Padahal apabila Allah swt telah memutuskan akan menurunkan azab dan membinasakan suatu kaum, maka sembahan-sembahan yang mereka seru selain Allah swt itu tidak akan bermanfat sedikit pun dan tidak mempunyai daya sama sekali untuk menahan dan menghalangi keputusan Allah. Kepercayaan mereka kepada sembahan-sembahan mereka itu, tidak lain kecuali hanya menambah kebinasaan dan kehancuran mereka. Mereka percaya bahwa sembahan-sembahan itu akan menimpakan malapetaka kepada nabi yang diutus sebagaimana diceritakan Allah swt di dalam firman-Nya; mengenai kaum Nabi Hud a.s.:
Kami hanya mengatakan bahwa sebagian sesembahan kami telah menimpakan penyakit gila atas dirimu. (Hud/11: 54).
Tadabur dari Surah Hud ayat 101.
  1. Azab Allah tidak menimpa tanpa sebab.; Allah menegaskan bahwa Dia tidak menzalimi siapa pun; kebinasaan suatu kaum terjadi karena dosa dan kezaliman mereka sendiri.
  2. Manusia sering menjadi penyebab kehancurannya sendiri; Ketika nikmat disalahgunakan dan kebenaran ditolak, akibatnya adalah kehancuran yang mereka timbulkan sendiri.
  3. Keadilan Allah sempurna; Ayat ini meneguhkan bahwa setiap hukuman dari Allah adalah bentuk keadilan, bukan kezaliman.
  4. Pelajaran bagi umat setelahnya; Kisah kaum yang dibinasakan menjadi cermin agar manusia sekarang tidak mengulangi kesalahan mereka.
  5. Keselamatan hanya dengan taat pada Allah; Siapa yang beriman dan mengikuti petunjuk Allah akan dijaga dari kehancuran dunia maupun akhirat.
Doa semoga termasuk orang yang mengambil pelajaran dari tanda kebesaran Allah SWT;
اللّٰهُمَّ لَا تَجْعَلْنَا مِنَ الْقَوْمِ الظَّالِمِينَ، وَاحْفَظْ قُلُوبَنَا مِنَ الضَّلَالِ وَالْغُفْلَةِ، وَاجْعَلْنَا مِنَ الْعَابِرِينَ الَّذِينَ يَتَّعِظُونَ مِنْ آيَاتِكَ.
Allahumma la taj‘alna minal qawmiz zhalimīn, waḥfaẓ qulūbanā minaḍ-ḍalāli wal ghaflah, waj‘alnā minal ‘ābirīn allażīna yata‘izhūna min āyātik.
“Ya Allah, jangan jadikan kami termasuk orang-orang yang zalim. Peliharalah hati kami dari kesesatan dan kelalaian, dan jadikan kami termasuk orang yang mengambil pelajaran dari tanda-tanda kebesaran-Mu.”