أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ
اِنَّ  اللّٰهَ  لَا  يَظْلِمُ  النَّا سَ  شَيْـئًا  وَّلٰـكِنَّ  النَّا سَ  اَنْفُسَهُمْ  يَظْلِمُوْنَ
“Sesungguhnya Allah tidak menzalimi manusia sedikit pun, tetapi manusia itulah yang menzalimi dirinya sendiri.” (QS. Yunus 10: Ayat 44)
Allah tidak menzalimi manusia, tetapi manusia itulah yang menzalimi dirinya sendiri
Dalam tafsir lengkap Kementrian Agama RI; Kemudian Allah menandaskan kepada kaum Muslimin, bahwa Dia tidak akan menganiaya hambanya dan tidak akan mengurangi daya indera dan semua alat yang dimiliki manusia untuk memperoleh petunjuk, agar mereka sampai kepada kebenaran dan dapat mempedomani petunjuk itu sehingga dapat melaksanakannya untuk mencapai segala sesuatu yang bermanfaat bagi mereka, asalkan manusia itu sendiri mau mempergunakan pancainderanya sebaik-baiknya. Kalau terjadi sebaliknya, merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri.
Karena mereka diberi mata dan telinga, tetapi tidak mau memahami petunjuk Allah berarti merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri. Karena mereka tidak mau mendengar, dan diberi hati tetapi tidak mau mengerti, maka sepantasnyalah apabila mereka disiksa sebab menganiaya diri mereka sendiri. Allah telah menurunkan utusan untuk membimbing mereka kepada kehidupan yang bahagia di dunia dan di akhirat, tetapi mereka tidak mau mendengar dan tidak mau menaatinya, maka apabila mereka tersesat di dunia dan di akhirat kelak dijatuhi siksaan yang berat, maka yang menganiaya mereka itu tiada lain adalah diri mereka sendiri. Banyak ayat dalam al Quran diakhir ayatnya menyebutkan Allah tidak menzalimi manusia sedikit pun, tetapi manusia itulah yang menzalimi dirinya sendiri.
Ayat ini sangat relevan bila dikaitkan dengan kisah tukang cukur yang melihat seorang pelanggan dengan penampilan kumuh—brewokan, rambut gimbal, dan kotor—lalu berkata, “Kalau Allah itu ada, seharusnya tidak ada orang seperti ini.”
Lalu si pelanggan menjawab dengan cerdas, “Tukang cukur itu tidak ada.”
Tukang cukur kaget dan berkata, “Bagaimana bisa begitu? Saya ini tukang cukur!”
Pelanggan itu berkata lagi, “Kalau tukang cukur itu ada, harusnya tidak ada orang berambut panjang, kumal, dan jorok seperti tadi.”
Tukang cukur menjawab, “Tapi mereka tidak datang kepadaku!”
Pelanggan pun menjawab, “Nah, begitu juga dengan Allah. Allah ada, tetapi banyak manusia yang tidak mau ‘datang’ kepada-Nya.”
Hubungannya dengan ayat tadi:
Allah tidak menzalimi siapa pun—Dia telah memberikan petunjuk, akal, kebebasan, dan kesempatan untuk hidup bersih, bermoral, dan dekat kepada-Nya. Tapi banyak manusia yang menolak atau tidak mau mendekat, sehingga penderitaan dan keburukan yang mereka alami sebenarnya berasal dari pilihan dan perbuatan mereka sendiri.
Pesan moralnya:
• Jangan menyalahkan Allah atas keburukan yang terjadi karena pilihan hidup kita.
• Kebaikan dan petunjuk sudah disediakan, tinggal kita mau mencarinya atau tidak.
• Seperti tukang cukur yang tidak bisa mencukur orang yang tidak datang, Allah pun tidak memaksa hamba-Nya—tapi selalu siap menyambut mereka yang kembali.
“Ya Allah, janganlah Engkau biarkan aku menzalimi diriku sendiri dengan lalai dari petunjuk-Mu. Bimbinglah aku agar selalu berada di jalan-Mu, dan jauhkan aku dari perbuatan yang membawa kesesatan dan penyesalan. Sesungguhnya Engkaulah sebaik-baik pelindung dan pemberi petunjuk.”
		
