Buku merupakan jendela ilmu dan jendela dunia. Tidak perlu keliling dunia untuk mengetahui banyak hal karena hanya dengan membaca buku kita bisa mengetahui informasi tentang apapun yang kita mau. Untuk dapat memahami informasi apapun, tentunya kita harus memiliki kemampuan literasi yang baik. Jika dilihat dari pengertian sendiri, literasi adalah skill atau kemampuan seseorang yang berhubungan dengan kegiatan membaca, menulis serta memahami sebuah ide dan informasi hingga kemampuan problem solving (memecahkan masalah tertentu). Untuk dapat memahami sebuah informasi secara utuh, tepat dan akurat, maka dibutuhkan kemampuan berbahasa / linguistik yang baik pula.
Di era revolusi industri 4.0 seperti saat ini, buku bisa dibaca dengan mengakses versi digitalnya. Tidak hanya buku, tulisan-tulisan lain seperti berita, jurnal penelitian dan sebagainya pun bisa kita akses dengan sangat cepat dan mudah. Meskipun tidak semua buku atau penelitian yang bisa kita baca full text nya, akan tetapi kita tetap bisa membaca ringkasan ataupun abstraknya. Namun kemudahan-kemudahan itu tidak diimbangi dengan meningkatnya minat membaca warga negara Indonesia khususnya pelajar.
Negara Indonesia merupakan salah satu negara dengan tingkat literasi yang amat sangat rendah. Catatan yang cukup parah pernah diterbitkan oleh Programme for International Student Assessment (PISA) di tahun 2012 dimana saat itu Indonesia menempati urutan 64 dari 65 negara yang diteliti mengenai minat baca dan literasi. Tidak hanya itu, World’s Most Literate Nations mencatat Indonesia juga pernah menempati urutan ke 60 dari 61 negara yang diteliti. Remaja Indonesia pada umumnya lebih menyukai membaca literatur / sesuatu yang berhubungan dengan minat dan hobinya dibandingkan dengan literatur ilmu pengetahuan ataupun berita yang bermanfaat. Hal ini tentu harus segera dibenahi oleh seluruh elemen terutama profesi yang berhubungan dengan dunia akademis, khususnya guru.
Perkembangan teknologi digital seperti saat ini memang sangat diperlukan mengingat di tahun 2020-2021 ini seluruh dunia sedang dilanda pandemi virus CORONA atau yang dikenal juga dengan istilah COVID 19. Akibatnya seluruh aktivitas apapun sangat disarankan untuk dilakukan dirumah saja. Dari mulai bekerja, aktivitas perekonomian / bisnis hingga aktivitas belajar mengajar pun disarankan dilakukan dirumah untuk mencegah penyebaran virus CORONA yang lebih parah.
Program literasi sekolah yang selama ini dilakukan secara konvensional harus mulai berubah sedikit demi sedikit menuju bentuk digital mengingat saat ini peserta didik belum diperbolehkan belajar di sekolah. Untuk dapat menarik minat baca peserta didik, tentunya seorang guru atau pustakawan harus mampu merancang metode tertentu sekreatif mungkin agar kontennya lebih up to date. Maka dari itu, penting kiranya pihak sekolah memberikan pelatihan pemanfaatan teknologi informasi di bidang multimedia dengan cara bekerjasama dengan instansi yang profesional di bidang tersebut. Tidak hanya itu, pihak sekolah juga sudah harus mulai memikirkan fasilitas yang memadai seperti perpustakaan online dan lain-lain untuk memaksimalkan program literasi digital.
Khusus guru pengampu mata pelajaran Bahasa Indonesia, kurikulum dan RPP yang sudah disusun pun perlu disesuaikan supaya materi mata pelajaran bisa diserap secara maksimal dalam bentuk kontekstual dan bukan hafalan. Salah satu caranya adalah membebaskan peserta didik membaca literatur apapun yang mereka suka (selama isi bahan bacaan positif) lalu membuat ulasan sesuai dengan materi yang sedang dibahas saat itu. Program literasi SMP misalnya, terdapat pembahasan mengenai teks iklan, fiksi-non fiksi, teks drama dan lain-lain. Saat sedang membahas materi tersebut, seorang guru bisa membebaskan siswanya mencari literatur apapun yang mereka suka dan kuasai baik berbentuk teks book ataupun video di YouTube lalu mempresentasikan hasil analisisnya. Dengan begitu, peserta didik dapat memaksimalkan fungsi teknologi informasi dengan hal-hal yang positif dan secara tidak langsung meningkatkan minat baca dalam bentuk literasi digital.