Kpam lokalatih guru (8)

Jiwa Kompetitif di Sekolah Ternyata Penting, Loh!

Jiwa kompetitif merupakan semangat yang dimiliki seseorang untuk meraih segala cita-citanya. Adanya sebuah proses untuk mencapai hal tersebut bisa dilakukan secara mandiri ataupun melalui bantuan dari pihak lain. Sekolah menjadi tempat yang sesuai untuk menumbuhkan jiwa kompetitif kepada para siswa sejak dini.

Sebenarnya jiwa kompetitif sangat penting untuk dimiliki setiap pelajar. Berhubungan dengan kepercayaan diri, memiliki hasrat untuk mencapai sesuatu dapat memicu diri untuk mengeksplorasi banyak hal. Namun apabila siswa tidak memiliki hal tersebut, yang muncul adalah kurang bersemangat dalam beraktivitas di sekolah. Mereka akan cenderung merasa malu, malas untuk bersaing, merasa rendah diri dan hidup pasif.

Tentu sebagai orang tua tidak ingin melihat anaknya hanya menjadi manusia pasif saja ketika di sekolah. Sekolah adalah tempat dimana para siswa untuk mengeksplorasi diri terhadap apa yang disukai dan apa yang tidak. Memiliki rasa kompetitif ibarat pemantik api yang menumbuhkan gairah untuk terus menjadi siswa yang produktif. Terlebih dengan kehadiran teman sebaya, aura kompetisi akan lebih terasa karena masing-masing akan berusaha untuk mengeluarkan performa terbaiknya. Mereka akan bekerja keras dan terus berusaha yang terbaik untuk bisa mengalahkan teman. Tentunya ini perlu dilakukan secara sehat dan sportif.

Hal lain dari keberadaan jiwa kompetitif di sekolah adalah menumbuhkan sifat empati dan menghargai proses. Iya, empati dapat tumbuh seiring waktu berjalan dalam momen kebersamaan antar siswa ketika sedang ingin mencapai sesuatu. Mereka dapat melihat perjuangan teman sendiri dalam menggapai tujuan dan merasakan hal yang sama, membuatnya semakin akrab dan suportif kepadanya. Karena tahu apa yang telah teman tersebut jalani, maka Ia akan lebih menghargai setiap proses dalam kehidupan.

Dari penjelasan di atas, kedengarannya terlihat menjanjikan untuk memiliki jiwa kompetitif di sekolah. Namun jangan sampai hal ini tidak difasilitasi dengan baik oleh pihak sekolah. Para guru hendaknya memberikan wadah untuk para siswa agar bisa berkompetisi, pun juga apresiasi yang layak ketika kompetisi tersebut telah berakhir.

Setiap siswa di kelas telah mendapatkan kesempatan yang sama untuk bersaing, tinggal bagaimana mereka merespon hal tersebut untuk berani mengambil kesempatan tersebut. Hal ini yang perlu terus untuk dibimbing oleh guru dengan memupuk semangat dan menjelaskan keuntungan dengan bersikap aktif (tentunya dalam hal yang positif).

Hal ini yang juga dilakukan oleh pihak Yayasan Al Ma’soem dalam tingkat sekolah SMP dan SMA. Pada setiap kesempatan pembelarajan dalam kelas, setiap guru maupun wali kelas menghimbau kepada para murid agar bersikap aktif misal dengan berani menjawab pertanyaan atau aktif bertanya. Hal ini dapat mempengaruhi penilaian kriteria Akhlak yang mana menjadi indikator penerimaan fasilitas bebas DOP. Fasilitas ini membuat biaya bulanan siswa akan lebih murah dan mengurangi beban orang tua.

Tidak hanya dari kriteria akhlak saja, tetapi juga fasilitas ini juga berlaku kepada siswa yang berprestasi. Jadi setiap siswa memiliki kesempatan yang sama untuk mengikuti sebuah perlombaan atau kompetisi, baik dari bidang IPTEK, IMTAQ, olah raga dan seni. Namun siswa yang terpilih mendapatkan fasilitas tersebut adalah siswa yang memenangkan kompetisi minimal juara 1 tingkat kota/kabupaten, penyelenggara lomba yang kredibel dan jenis peserta yang mewakili wilayah atau daerah. Masa bebas DOP akan mengacu pada konsistensi prestasi dan tingkat manfaat bagi Yayasan.

Kalau itu tadi adalah apresiasi Yayasan Al Ma’soem dalam mewadahi jiwa kompetitif siswa, maka langkah lainnya adalah sebuah kompetisi kecil antar kelas yang dilihat dari tingkat kehadiran siswa. Apabila terdapat kelas yang tingkat kehadirannya 100%, maka terdapat hadiah yang akan disiapkan pihak sekolah.

Jiwa kompetitif pun berlaku ketika momen ulangan penting berlangsung. Keunikan sekolah di Yayasan Al Ma’soem terkait hal ini adalah menerapkan peraturan tegas tidak mencontek di momen tersebut. Hal ini selain tidak sesuai dengan etika dari yayasan, juga ingin menciptakan iklim kompetisi yang bersih antar siswa. Apabila terdapat siswa yang kedapatan melakukan contek tersebut, maka Ia akan dikembalikan kepada orang tua tanpa terkecuali.

Kegiatan ekstrakurikuler juga menjadi wadah kompetitif favorit bagi para siswa Al Ma’soem. Beragam ekskul dapat dipilih bagi setiap siswa sesuai dengan minat dan bakatnya. Agenda ini mampu mempertemukan teman yang memiliki kesamaan yang sama, sehingga akan tumbuh rasa persaudaraan yang kuat. Hal ini bisa menimbulkan gairah bersaing yang tinggi dengan menampilkan penampilan terbaiknya. Terlebih ketika momen kompetisi hendak berlangsung, pelatih atau guru pembimbing pasti akan menentukan siapa-siapa saja yang layak mewakili pihak Yayasan Al Ma’soem.

 

 

Penulis: Gumilar Ganda