Lingkungan sekolah menghadirkan banyak siswa dalam satu tempat yang sama untuk menimba ilmu. Maka tak heran akan dijumpai beragam karakter yang berbeda antar siswa, komunikasi mereka pun bisa lebih berwarna baik di dalam kelas ataupun di luar kelas. Ini bisa menjadi tantangan tersendiri bagi para guru atau wali kelas, apalagi ketika dihadapkan dengan situasi yang membutuhkan rasa saling menghargai antar siswa.
Misalnya saja ketika dalam proses belajar mengajar, seringkali guru akan mempersilahkan salah satu murid untuk menjawab pertanyaan. Guru akan mengajak siswa yang lain untuk diam dan fokus pada siswa yang ditunjuk barusan. Jadi siswa lainnya diharapkan menjadi pendengar yang baik untuk menghargai teman yang berbicara.
Ketika sedang diskusi kelompok, setiap siswa dalam satu kelompok pasti memiliki pandangannya masing-masing. Disinilah mereka perlu belajar untuk menemukan titik tengah yang disepakati bersama. Tentunya proses ini bisa berbeda tergantung dari karakter siswa, tetapi disitulah keindahan proses. Pastikan untuk tetap menciptakan kondisi diskusi yang kondusif.
Dari beberapa contoh di atas, sikap saling menghargai membuat suasana belajar ataupun suasana pertemanan menjadi lebih nyaman. Antar siswa akan semakin tinggi tingkat tolerasinya yang tentunya akan berimbas pada kehidupan dewasa nanti.
Sikap ini merupakan cerminan dari Pancasila sila ketiga yaitu “Persatuan Indonesia”. Sila ini menjelaskan posisi penting untuk mengakui keberagaman latar belakang seseorang sebagai kekayaan bangsa seperti suku, ras, agama dan budaya. Sikap mengakui ini akan melahirkan sikap menghargai satu sama lain dan bersama-sama mewujudkan impiannya bangsa sebagai negara maju dan berbudaya.
Lalu kira-kira hal apa saja yang bisa dilakukan siswa dalam mempraktekkan sikap saling menghargai di lingkungan sekolah? Mari simak penjelasannya berikut!
Belajar Bersama
Belajar bersama tidak hanya dilakukan ketika waktu jam sekolah, tetapi bisa dilakukan diluar jam sekolah. Disini para siswa bisa meluangkan waktunya untuk berkumpul pada satu tempat (misal rumah teman) dan mengerjakan tugas bersama.
Disini setiap anak bisa saja menuangkan unek-uneknya seputar pelajaran dengan lebih mudah kepada teman yang lebih paham, dibandingkan ketika di kelas karena malu. Selain itu kelompok belajar siswa ini juga bisa meningkatkan keakraban bersama dengan menghabiskan waktu bersama lebih banyak.
Saling Membantu Satu Sama Lain
Prinsip saling membantu ini mungkin sudah mendarah daging bagi masyarakat di Indonesia, dan ini juga yang bisa dilakukan ketika sekolah. Ketika salah satu siswa sedang menghadapi masalah, siswa lainnya atau guru bisa menawarkan bantuan yang dibutuhkan. Misalnya, ketika bingung mengenai materi pelajaran yang baru diajarkan, ada siswa lain yang akan membantu memberikan penjelasan atau menemani belajarnya.
Bisa juga ketika terdapat satu siswa yang lupa membawa uang makan, maka temannya bisa menawarkan makanannya atau memberikan pinjaman uang makan. Masih banyak lagi contoh saling membantu ini, namun yang paling penting adalah bagaimana siswa bisa menumbuhkan kepekaan sosialnya dan memiliki kemauan untuk menolong.
Mendukung Hobi Teman
Sikap yang satu ini lebih kepada cara meningkatkan tenggang rasa antar teman. Masing-masing siswa di sekolah pasti memiliki perbedaan dari apa yang disukai. Misalnya ada yang menyukai sepak bola, ada yang menyukai bermain piano dan lain sebagainya. Bagi siswa yang memiliki teman atau sahabat dengan hobi yang berbeda, bentuk saling menghargai bisa diwujudkan dengan saling mendukung hobi satu sama lain.
Dengan mendukung hobi satu sama lain, ada perasaan senang karena ada yang mendukung kesukaan mereka. Siswa tersebut bisa lebih semangat untuk melanjutkan aktivitas yang disukai, sedangkan teman lainnya bisa merasakan usaha dan jerih payahnya untuk fokus pada hobi tersebut.
Disamping dari cara bersosialisasi antar siswa dalam menjalankan sikap saling menghargai, sekolah pun juga bisa ikut andil dalam hal tersebut. Contoh yang bisa terlihat adalah menggunakan seragam sekolah yang sudah diatur sejak awal masuk sekolah. Hal ini bisa menyeragamkan segala status siswa, baik siswa dengan latar belakang miskin dan siswa dengan latar belakang kaya.
Hal ini yang dilakukan oleh sekolah di Yayasan Al Ma’soem dengan mengatur 3 jenis seragam sekolah. Pada hari senin hingga rabu, menggunakan kemeja putih dan bawahan oranye (SD)/krem (SMP)/coklat (SMA). Pada hari kamis menggunakan kemeja batik dan bawahan yang sama. Lalu pada hari Jum’at menggunakan baju koko putih dan bawahan yang sama. Kebijakan seragam diikuti dengan kerapihan dalam pemakaian seperti tidak menggunakan aksesoris yang berlebihan, sepatu dominan hitam, tanpa memakai jaket ketika KBM berlangsung dan lain sebagainya.
Penulis: Gumilar Ganda

