أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ
اِنَّ هٰذَا لَهُوَ الْقَصَصُ الْحَـقُّ ۚ وَمَا مِنْ اِلٰهٍ اِلَّا اللّٰهُ ۗ وَاِ نَّ اللّٰهَ لَهُوَ الْعَزِ يْزُ الْحَكِيْمُ
“Sungguh, ini adalah kisah yang benar. Tidak ada tuhan selain Allah, dan sungguh, Allah Maha Perkasa, Maha Bijaksana.”
(QS. Ali ‘Imran 3: Ayat 62)
Sesungguhnya apa yang Kami ceritakan tentang Isa -‘alaihissalām- ini adalah berita yang benar, tidak ada kebohongan dan keraguan terhadapnya. Tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Allah semata. Dan sesungguhnya Allah lah Yang Maha Perkasa di dalam kerajaan-Nya lagi Maha Bijaksana dalam pengaturan dan perintah-Nya.
Allah menyebut diri-Nya dengan al-‘Aziz karena dalam Dzat memenuhi tiga syarat. Tiga syarat itu, menurut Imam al-Ghazali, adalah peran dan kekuasaan-Nya yang sangat penting, keberadaan-Nya sangat dibutuhkan, dan sulit diraih atau disentuh.
Allah memiliki kewenangan, kekuasaan, dan kedigjayaan mutlak, termasuk dalam memberikan dan menahan rahmat-Nya untuk makhluk-Nya. “Apa saja di antara rahmat Allah yang dianugerahkan kepada manusia, maka tidak ada yang dapat menahannya; dan apa saja yang ditahan-Nya, maka tidak ada yang sanggup melepaskannya setelah itu. Dan Dialah Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana” (Qs Fathir [35]: 2).
Kemuliaan itu bisa diperoleh apabila hamba selalu tunduk dan taat kepada al-‘Aziz. Ketaatan kepada al-‘Aziz mengantarkan hamba kepada kedekatan, sedangkan kedekatan kepada-Nya membuatnya selalu menghamba, meneladani, dan memiliki jiwa al-‘izzah.
Nabi Muhammad saw bersabda, “Sesungguhnya Tuhan kalian berfirman setiap hari; Akulah al-‘Azîz (Yang Maha Mulia, Maha Perkasa), siapa yang menghendaki kemuliaan dunia dan akhirat, hendaklah dia taaat kepada al-‘Aziz,” (HR al-Hakim, al-Dailami, dan Ibn Asakir dari Ibn Anas ra).
Kekuatan dan kemuliaan manusia tergantung pada kedekatan hubungan dan ketaatannya kepada Allah al-‘Aziz. Kedekatan dan ketaatan hamba menjadi penentu kekuatan dan kemuliaannya dalam mengarungi kehidupan
Jadi, sandaran vertikal hamba adalah al-‘Aziz. Hamba al-‘Aziz yang sejati pasti tidak akan pernah melacurkan diri dan kehormatannya demi kekayaan dan kekuasaan dengan menghalalkan segala cara.
Iman, Islam, dan ihsan hamba al-‘Aziz selalu dipupuk dan diperteguh dengan ilmu yang bermanfaat, dan dibuktikan dengan amal shalih yang memberi nilai tambah bagi kemanusiaan dan keumatan. Hamba al-‘Aziz selalu berupaya menjadi khaira ummah, umat pilihan dan unggulan, yang selalu memainkan peran dakwah amar ma’ruf dan nahi munkar di tengah kehidupan.
Berikutnya yang ada dalam QS Ali Imran 62 adalah Al-Hakim (Maha Bijaksana), yaitu yang memiliki hikmah (kebijaksanaan). Bijaksana yang dimaksud bukanlah memberikan peluang kepada semua orang dan menampung semua pendapat, baik pendapat keliru atau benar. Hikmah adalah sebuah ungkapan untuk mengenal sesuatu yang paling afdhal (mulia) dengan ilmu yang paling afdhal (mulia). Sesuatu yang paling mulia adalah Allah, jadi orang yang paling bijaksana adalah orang yang mengenal Allah. Bila diminta menilai sesuatu ia menilai dengan penilaian Allah, itu lah orang yang bijaksana. Hanya saja dalam mengenal Allah, seorang muslim hanya sedikit saja mengenal Dzat Allah karena Allah yang sebenarnya hanya Dia-lah yang mengetahui.
Kenapa Allah disebut Maha Bijaksana? Karena hanya Dia-lah yang mengetahui sesuatu yang paling mulia dengan ilmu yang mulia. Oleh karena itu ilmu yang paling mulia adalah ilmu azali, yaitu ilmu sejak zaman dahulu sebelum manusia dan alam ada yang terus menerus dan tidak mungkin bisa hilang. Karenanya ilmu Allah tidak mungkin hilang. Dengan ilmu Allah tidak ada yang tersembunyi dan samar-samar. Yang demikian itu tidak bisa disifati kecuali ilmu Allah.
Hakim bukanlah orang yang memutuskan perkara seperti yang banyak dikenal di Indonesia. Tapi hakim adalah ilmu mengenal Allah, sedang orang yang memutuskan dalam bahasa Arab disebut Qadhi.
Allah disebut sebagai Al-Hakimul Haq, karena sebaik-baik dan sedetail-detail ilmu manusia tidak akan dapat menyamai ilmu Allah sehingga Allah lah yang paling berhak disebut Al-Hakim. Adapun manusia yang memiliki banyak disiplin ilmu, tapi kalau ia tidak mengenal Allah maka ia tidak disebut hakim, karena mengenal Allah merupakan ilmu yang paling mulia. Tidak ada yang paling mulia selain Allah maka orang yang mengenal Allah adalah hakim kendatipun kecerdasan pada disiplin ilmu lainnya lemah. Hal itu disebabkan adanya nilai hikmah seorang hamba terkait dengan sejauh mana pengenalannya kepada Dzat Allah Ta’ala. Pengetahuan seorang hamba tentang Allah adalah pengetahuan yang paling mulia meski sedikit, maka barangsiapa yang diberikan kepadanya hikmah oleh Allah berarti ia diberikan kebaikan yang banyak.
Barangsiapa mengenal Allah, ucapannya akan berbeda dengan orang yang tidak mengenal Allah. Orientasi hidupnya juga tidak akan sama. orang yang mengenal Allah sedikit sekali berbicara tentang maslahat dunia, tapi ia banyak berbicara tentang maanfaat akhirat. Sudah menjadi kebiasaan manusia terhadap orang-orang yang mengenal Allah disebut dengan kata-kata hikmah, artinya kata-kata itu diucapkan oleh orang yang mengenal Allah. Termasuk hadits-hadits nabi, semuanya adalah kata-kata hikmah. Orang yang hakim akan mengurangi pembicaraan dan pekerjaan duniawi, ia akan memperbanyak pembicaraan dan pekerjaan yang bisa menyelamatkannya di akhirat.
Allah Maha Perkasa (Al ‘Aziz ) Maha Bijaksana (Al Haakim). Dua sifat Allah yang ada di dalam QS Ali Imran 62. Sifat Allah dikenal dengan nama Asmaul husna.
Asmaul husna adalah nama-nama Allah SWT yang baik dan indah yang berjumlah 99 sesuai dengan sifat-sifat-Nya yang Mahaagung dan Mahabijaksana.
Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu, Rasulullah Saw bersabda:
“إِنَّ لِلَّهِ تَعَالَى تِسْعَةً وَتِسْعِينَ اسْمًا، مِائَةٌ إِلَّا وَاحِدًا، مَنْ أَحْصَاهَا دخل الجنة، وهو وتر يُحِبُّ الْوِتْرَ”
“Sesungguhnya Allah mempunyai sembilan puluh sembilan nama, alias seratus kurang satu. Barang siapa yang menghitung-hitungnya, niscaya masuk surga; Dia Witir dan menyukai yang witir”.
Muslim dianjurkan untuk senantiasa menyebut dan berdzikir dengan menyebut asmaul husna . Selain akan mendapatkan pahala dan ampunan, juga ketenangan sukses dunia akhirat.
Disebutkan dalam Alquran bahwa orang yang hafal Asmaul husna akan dijamin masuk surga. Allah juga akan memberikan balasan yang baik bagi tiap hamba-Nya yang menyertakan asmaul husna dalam setiap doanya.
وَلِلّٰهِ الْاَسْمَاۤءُ الْحُسْنٰى فَادْعُوْهُ بِهَاۖ وَذَرُوا الَّذِيْنَ يُلْحِدُوْنَ فِيْٓ اَسْمَاۤىِٕهٖۗ سَيُجْزَوْنَ مَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ
“Allah mempunyai asmaul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan”. (QS. Al A’raf180)
Semoga keimanan kita kepada Allah SWT semakin meningkat dengan mengenal sifat sifat Allah SWT yang ada dalam Asmaul Husna.