أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ
اِنَّمَا التَّوْبَةُ عَلَى اللّٰهِ لِلَّذِيْنَ يَعْمَلُوْنَ السُّوْٓءَ بِجَهَا لَةٍ ثُمَّ يَتُوْبُوْنَ مِنْ قَرِ يْبٍ فَاُ ولٰٓئِكَ يَتُوْبُ اللّٰهُ عَلَيْهِمْ ۗ وَكَا نَ اللّٰهُ عَلِيْمًا حَكِيْمًا
“Sesungguhnya bertobat kepada Allah itu hanya (pantas) bagi mereka yang melakukan kejahatan karena tidak mengerti, kemudian segera bertobat. Tobat mereka itulah yang diterima Allah. Allah Maha Mengetahui, Maha Bijaksana.”
(QS. An-Nisa’ 4: Ayat 17)
Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia
Sesungguhnya Allah hanyalah menerima taubat dari orang-orang yang mengerjakan maksiat-maksiat dan dosa-dosa lantaran ketidaktahuan mereka terhadap akibatnya dan potensinya mendatangkan kemurkaan Allah maka tiap orang yang bermaksiat kepada Allah,tanpa sengaja, atau tidak disengaja, orang itu adalah orang yang jahil(bodoh) berdasarkan pertimbangan ini, meskipun dia mengerti bahwa hal itu diharamkan. Kemudian mereka kembali kepada tuhan mereka degan penyesalan dan ketaatan sebelum menyaksikan datangnya kematian dengan jelas, maka mereka itu adalah orang-orang yang Allah menerima taubat mereka. Dan Allah maha mengetahui hamba-hambaNYA, juga Maha bijaksana dalam pengaturan dan ketetapan takdirNYA.
Pelajaran dari ayat ini :
Taubat yang disukai Allah adalah taubatnya orang yang berbuat dosa karena kebodohannya, bukan karena dia mengetahui dan terus melakukan dosa dan tidak menyegerakan bertaubat.
Imam Al-Ghazali menilai bahaya seorang yang beriman menunda-nunda taubatnya.
Pertama bahwa dosa itu akan mengeruhkan/menghitamkan hati.
Imam Al-Ghazali menjelaskan Bal’am bin Baura adalab dia memiliki rahasia Al-Ismu Al-Adzam (nama keagungan Allah yang hanya diketahui orang-orang
Sebagian orang shaleh mengatakan sesungguhnya hitam di hati adalah bagian dari dosa. Tanda-tanda hitamnya hati adalah ketika engkau tidak merasa gusar dan kaget serta tidak merasa syok dengan dosa yang engkau lakukan. Engkau juga tidak mendapatkan ketenangan dan kelezatan pada saat melakukan ketaatan.
Imam Al-Ghazali mengutip syair dari Al-Kamil. “Jangan engkau remehkan dosa-dosa meskipun sangat sedikit, sesungguhnya yang sedikit itu apabila dilakukan terus-menerus akan menjadi banyak.”
Imam Ghazali mengatakan kebenaran perkataan ini dibuktikan di dalam hadis Abu Hurairah Radhiallahu Anhu bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda. “Sesungguhnya seorang mukmin apabila melakukan dosa maka terdapat titik hitam di dalam hatinya. Apabila ia bertaubat dan minta ampun, maka hatinya akan kembali putih jika ia menambah dosa maka hitam yang akan bertambah.”
Itulah noda yang disebutkan oleh Allah dalam firman-nya :
كَلَّا ۖ بَلْ ۜ رَانَ عَلَىٰ قُلُوبِهِم مَّا كَانُوا۟ يَكْسِبُونَ
“Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka.” ((QS. Al-Muthaffifiin: 14)
Kedua termasuk golongan yang tidak mensyukuri nikmat Allah. Jika manusia menumpuk dosa, meremehkan taubat, dan bahkan meremehkan ampunan Allah maka dia akan ditimpa kegelapan dalam kehidupannya. Karena itulah kita segerakan mendekat kepada Allah meraih cinta-Nya dengan perbanyak istighfar dan bertaubat
Menyegerakan bertaubat dalam kehidupannya, itulah hakekat manusia yang ingin mensucikan dirinya. Karena satu dosa yang diampuni lebih baik dibanding dunia dan seluruh isinya. Betapa rugi jika mengabaikan hakikat taubat. Apalagi jika kita melihat bahwa begitu mudahnya Allah mengampuni dosa hamba-nya.
ۗ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ التَّوَّا بِيْنَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِ يْنَ
“Sungguh, Allah menyukai orang yang tobat dan menyukai orang yang menyucikan diri.”
(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 222)
Semoga kita termasuk orang yang menyukai tobat dan berusaha menyucikan diri.