Segala yang di Langit dan di Bumi Adalah Milik Allah

أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ
اَ لَاۤ  اِنَّ  لِلّٰهِ  مَنْ  فِى  السَّمٰوٰتِ  وَمَنْ  فِى  الْاَ رْضِ  ۗ وَمَا  يَتَّبِعُ  الَّذِيْنَ  يَدْعُوْنَ  مِنْ  دُوْنِ  اللّٰهِ  شُرَكَآءَ  ۗ اِنْ  يَّتَّبِعُوْنَ  اِلَّا  الظَّنَّ  وَاِ نْ  هُمْ  اِلَّا  يَخْرُصُوْنَ
“Ingatlah, milik Allah meliputi siapa yang ada di langit dan siapa yang ada di Bumi. Dan orang-orang yang menyeru sekutu-sekutu selain Allah, tidaklah mengikuti (suatu keyakinan). Mereka hanya mengikuti persangkaan belaka dan mereka hanyalah menduga-duga.” (QS. Yunus 10: Ayat 66)
Segala yang di langit dan di bumi adalah milik Allah, sedangkan orang-orang musyrik hanya mengikuti prasangka dan berdusta dalam menyembah selain-Nya.
Dalam tafsir lengkap Kementrian Agama RI; Ayat ini mengingatkan kaum Muslimin bahwa semua yang ada di langit dan di bumi, berada di bawah kekuasaan Allah, termasuk pula patung-patung yang mereka sembah dan mereka perserikatkan dengan Allah, berada di dalam kekuasaan-Nya pula. Orang-orang musyrik mempersekutukan Allah dengan tuhan-tuhan yang lain bukanlah berdasarkan pada keyakinan yang benar, akan tetapi hanyalah berdasarkan pada persangkaan belaka. Mereka menyembah patung karena adanya anggapan, bahwa patung-patung yang mereka sembah itu dapat menolong mereka, dan dapat mendekatkan diri kepada Allah, agar doa-doa mereka dikabulkan Allah.
Anggapan serupa itu timbul dalam pikiran mereka, karena mereka menganggap bahwa Allah itu sama dengan pemimpin-pemimpin serta pembesar-pembesar mereka yang bengis dan zalim. Apabila mereka ingin berhubungan dengan pembesar-pembesar mereka atau ingin menyampaikan permohonan kepada mereka, permohonan itu tidak akan diterima atau mendapat pelayanan sebagaimana mestinya, apabila tidak terlebih dahulu melalui tangan kanan pemimpin mereka. Di akhir ayat Allah menegaskan bahwa orang-orang musyrik mengikuti dugaan-dugaan seperti itu adalah karena kebodohan yang tidak akan membawa mereka kepada kebenaran sedikitpun.
Tadabbur (perenungan) dari Yunus ayat 66:
  1. Kepemilikan mutlak hanya milik Allah; Ayat ini menegaskan bahwa segala sesuatu di langit dan di bumi adalah milik Allah — mencakup kekuasaan, kendali, dan kepemilikan. Maka, hanya Allah yang layak disembah dan dijadikan tempat bergantung.
  2. Mengingkari syirik secara tegas; Orang-orang yang menyembah selain Allah dikatakan tidak mengikuti apa pun yang nyata, hanya mengikuti dugaan dan kebohongan. Ini menunjukkan bahwa kemusyrikan dibangun atas ilusi, bukan kebenaran.
  3. Bahaya mengikuti prasangka dalam keyakinan; Keyakinan harus dibangun atas ilmu dan wahyu, bukan asumsi atau tradisi buta. Dalam konteks ini, mendasarkan ibadah pada prasangka adalah penyimpangan besar.
  4. Peringatan terhadap kebohongan spiritual; Ayat ini juga menyindir orang-orang yang mengada-adakan ajaran agama yang tidak bersumber dari Allah — mereka sebenarnya sedang berdusta atas nama Tuhan.
Nilai yang bisa diambil:
  • Teguhkan tauhid, jangan sampai tergelincir dalam menyekutukan Allah, baik secara terang-terangan maupun halus (seperti bergantung pada sesuatu selain-Nya).
  • Bangun keyakinan berdasarkan ilmu, bukan warisan tradisi atau dugaan semata.
  • Waspadai kebohongan agama, termasuk yang datang dari keyakinan yang tidak bersumber dari wahyu.
“Ya Allah, aku memohon kepada-Mu iman yang tidak pernah goyah, keyakinan yang tidak pernah habis, tauhid yang murni untuk-Mu, dan aku berlindung kepada-Mu dari syirik, prasangka, dan kesesatan.”