أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ
وَا ذْکُرُوْ انِعْمَةَ اللهِ عَلَیْکُمْ وَمِیْثَا قَهُ الَّذِیْ وَا ثَقَکُمْ بِهٖۤ ۖ اِذْقُلْتُمْ سَمِعْنَا وَاَ طَعْنَا ۖ وَا تَّقُوا اللهَ ۗ اِنَّ اللهَ عَلِیْمٌ بِۢذَا تِ الصُّدُوْرِ
“Dan ingatlah akan karunia Allah kepadamu dan perjanjian-Nya yang telah diikatkan kepadamu ketika kamu mengatakan, Kami mendengar dan kami menaati. Dan bertakwalah kepada Allah, sungguh, Allah Maha Mengetahui segala isi hati.” (QS. Al-Ma’idah 5: Ayat 7)
Sami’na wa atho’na artinya kami dengar dan kami taat. Ini merupakan sikap di mana seorang Muslim memiliki ketundukkan jiwa dan kerelaan hati.
Seorang Muslim akan disebut beriman apabila memiliki sikap sami’na wa athona.
اِنَّمَا كَانَ قَوْلَ الْمُؤْمِنِيْنَ اِذَا دُعُوْٓا اِلَى اللّٰهِ وَرَسُوْلِهٖ لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ اَنْ يَّقُوْلُوْا سَمِعْنَا وَاَطَعْنَاۗ وَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ
“Hanya ucapan orang-orang mukmin, yang apabila mereka diajak kepada Allah dan Rasul-Nya agar Rasul memutuskan (perkara) di antara mereka, mereka berkata: Kami mendengar, dan kami taat. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.”
Karakter seseorang dengan sikap sami’na wa athona ditandai dengan selalu mengerjakan perintah dan menjauhi larangan Allah SWT. Mereka juga memiliki keyakinan bahwa Allah SWT Mahabenar dan tidak pernah salah.
Allah berjanji akan memberikan kemenangan kepada orang-orang yang memiliki sikap tersebut.
آمَنَ الرَّسُولُ بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْهِ مِنْ رَبِّهِ وَالْمُؤْمِنُونَ كُلٌّ آمَنَ بِاللَّهِ وَمَلائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ لا نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِنْ رُسُلِهِ وَقَالُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا غُفْرَانَكَ رَبَّنَا وَإِلَيْكَ الْمَصِيرُ
“Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan): Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya, dan mereka mengatakan: Kami dengar dan kami taat.” (QS Al-Baqarah: 285)
Apabila ada orang Muslim yang sudah tahu, paham, bahkan mendengar aturan Allah SWT, namun tetap tidak mau menaati-Nya, maka ia termasuk ke dalam golongan orang munafik. Ini sesuai firman Allah SWT yang berbunyi:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلا تَوَلَّوْا عَنْهُ وَأَنْتُمْ تَسْمَعُونَ وَلا تَكُونُوا كَالَّذِينَ قَالُوا سَمِعْنَا وَهُمْ لَا يَسْمَعُونَ
“Wahai orang-orang yang beriman! Taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya, dan janganlah kamu berpaling dari-Nya, padahal kamu mendengar (perintah-perintah-Nya), dan janganlah kamu menjadi seperti orang-orang (munafik) yang berkata: Kami mendengarkan, padahal mereka tidak mendengarkan (karena hati mereka mengingkarinya).” (QS. Al Anfal: 20-21).
Hal tersebut bisa terjadi karena masih lemahnya iman seseorang serta ditambah dengan adanya hawa nafsu dan bujukan setan. Karenanya, seseorang yang mengaku Muslim sering mengabaikan aturan Allah SWT dan lebih memilih aturan lain.
قَالُوا سَوَاءٌ عَلَيْنَا أَوَعَظْتَ أَمْ لَمْ تَكُنْ مِنَ الْوَاعِظِينَ إِنْ هَذَا إِلَّا خُلُقُ الْأَوَّلِينَ وَمَا نَحْنُ بِمُعَذَّبِينَ
“Mereka menjawab: Sama saja bagi kami, apakah engkau memberi nasihat atau tidak memberi nasihat, (agama kami) ini tidak lain hanyalah adat kebiasaan orang-orang terdahulu dan kami tdk akan diadzab.” (QS. asy-Syuara: 136-138).
Ketaatan seorang muslim ada dalam QS Al Baqarah 285, QS An Nisa 46, QS An Nur 51 dan masih banyak lagi ayat, seorang muslim harus taat kepada petunjuk Allah dan Rassul.
Jangan sampai seorang muslim mempunyai sikap, mau mendengarkan tapi tidak mentaati.
وْا سَمِعْنَا وَعَصَيْنَا = Sami’na wa assoyna
Kami mendengar dan kami tidak mentaati.
وَاِ ذْ اَخَذْنَا مِيْثَا قَكُمْ وَرَفَعْنَا فَوْقَکُمُ الطُّوْرَ ۗ خُذُوْا مَاۤ اٰتَيْنٰکُمْ بِقُوَّةٍ وَّا سْمَعُوْا ۗ قَا لُوْا سَمِعْنَا وَعَصَيْنَا وَاُ شْرِبُوْا فِيْ قُلُوْبِهِمُ الْعِجْلَ بِکُفْرِهِمْ ۗ قُلْ بِئْسَمَا يَأْمُرُکُمْ بِهٖۤ اِيْمَا نُكُمْ اِنْ كُنْتُمْ مُّؤْمِنِيْنَ
“Dan (ingatlah) ketika Kami mengambil janji kamu dan Kami angkat Gunung (Sinai) di atasmu (seraya berfirman), Pegang teguhlah apa yang Kami berikan kepadamu dan dengarkanlah! Mereka menjawab, Kami mendengarkan tetapi kami tidak menaati. Dan diresapkanlah ke dalam hati mereka itu (kecintaan menyembah patung) anak sapi karena kekafiran mereka. Katakanlah, Sangat buruk apa yang diperintahkan oleh kepercayaanmu kepadamu jika kamu orang-orang beriman!” (QS. Al-Baqarah 2: Ayat 93)
Tidak semata mata jin dan manusia diciptakan kecuali untuk beribadah (QS Az Zariyat 56).
Menciptakan manusia, untuk diuji;
اِنَّا خَلَقْنَا الْاِ نْسَا نَ مِنْ نُّطْفَةٍ اَمْشَا جٍ ۖ نَّبْتَلِيْهِ فَجَعَلْنٰهُ سَمِيْعًاۢ بَصِيْرًا
“Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur yang Kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan), karena itu Kami jadikan dia mendengar dan melihat.” (QS. Al-Insan 76: Ayat 2).
Doa supaya tetap taat tidak condong kepada kesesatan (QS Ali Imran ayat 8)
رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً ۚ إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ.
Rabbanaa laa tuzigh quluubanaa ba’da idz hadaitanaa wa hab lanaa min ladunka rahmatan innaha ‘antal wahhaab.
“Ya Tuhan kami, janganlah Engkau condongkan hati kami kepada kesesatan setelah engkau berikan petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi-Mu, sesungguhnya Engkau Maha Pemberi. “