Orang orang yang diberikan hidayah oleh Allah SWT

‎بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْ

‎ٱلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ ٱللَّٰهِ وَبَرَكَاتُهُ

‎سُبْحَانَ اللَّهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ وَلاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَاللَّهُ أَكْبَرُ.

‎أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ

قُلْ  يٰۤـاَهْلَ  الْكِتٰبِ  تَعَا لَوْا  اِلٰى  كَلِمَةٍ  سَوَآءٍۢ  بَيْنَـنَا  وَبَيْنَكُمْ  اَ  لَّا  نَـعْبُدَ  اِلَّا  اللّٰهَ  وَلَا  نُشْرِكَ  بِهٖ  شَيْــئًا  وَّلَا  يَتَّخِذَ  بَعْضُنَا  بَعْضًا  اَرْبَا بًا  مِّنْ  دُوْنِ  اللّٰهِ   ۗ فَاِ نْ  تَوَلَّوْا  فَقُوْلُوا  اشْهَدُوْا  بِاَ نَّا  مُسْلِمُوْنَ

“Katakanlah (Muhammad), Wahai Ahli Kitab! Marilah (kita) menuju kepada satu kalimat (pegangan) yang sama antara kami dan kamu, bahwa kita tidak menyembah selain Allah dan kita tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun, dan bahwa kita tidak menjadikan satu sama yang lain tuhan-tuhan selain Allah. Jika mereka berpaling, maka katakanlah (kepada mereka), Saksikanlah, bahwa kami adalah orang muslim.”
(QS. Ali ‘Imran 3: Ayat 64)

Allah memerintahkan nabi Muhammad untuk mengajak orang-orang Yahudi dan Nasrani kepada kalimat yang benar, bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan kemudian kita berpegang teguh kepadanya, tidak menyembah selain Dia, dan tidak saling mentaati dalam menyembah selain-Nya. Jika mereka berpaling dari apa yang kau seru ini maka katakanlah kepada mereka: “saksikanlah bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri dan taat kepada Allah.” yaitu orang-orang yang benar-benar berserah diri kepada Allah dan semata-mata beribadah kepada-Nya. Mereka bukannya mengikuti ajaran tauhid, sebagai inti ajaran (millah) nabi ibrahim, akan tetapi mereka justru saling berbantah tentang siapa nabi ibrahim. Masing-masing mereka mengaku bahwa nabi ibrahim adalah pengikut mereka. Wahai ahli kitab, yahudi dan nasrani! mengapa kamu berbantah-bantahan tentang ibrahim, di mana masingmasing dari kalian menganggap nabi ibrahim itu dari golongan kalian, padahal taurat dan injil diturunkan setelah dia dengan jarak waktu yang sangat panjang. Allah menutup ayat ini dengan redaksi apakah kalian tidak mengerti atau pura-pura tidak mengerti bahwa yang datang lebih dahulu tidak mungkin mengikuti yang datang belakangan. Bukti sejarah ini sekaligus meruntuhkan klaim mereka tentang nabi ibrahim sebagai ahli kitab.

يٰۤـاَهْلَ  الْكِتٰبِ  لِمَ  تُحَآ جُّوْنَ  فِيْۤ  اِبْرٰهِيْمَ  وَمَاۤ  اُنْزِلَتِ  التَّوْرٰٮةُ  وَا لْاِ نْجِيْلُ  اِلَّا  مِنْۢ  بَعْدِهٖ   ۗ اَفَلَا  تَعْقِلُوْنَ
“Wahai Ahli Kitab! Mengapa kamu berbantah-bantahan tentang Ibrahim, padahal Taurat dan Injil diturunkan setelah dia (Ibrahim)? Apakah kamu tidak mengerti?”
(QS. Ali ‘Imran 3: Ayat 65)

Perintah ajakan kepada Yahudi dan Nasrani sudah dilakukan sejak zaman nabi Muhammad dan perintahnya langsung kepada nabi Muhammad, ada yang mengikuti dan ada yang tidak mengikuti ajakan nabi Muhammad SAW, Ini memperlihatkan bahwa hidayah itu hak mutlak Allah SWT, nabi Muhammad sendiri tidak dapat memberi hidayah.

إِنَّكَ لَا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَٰكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَن يَشَاءُ ۚ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ ٨:٥٦

“Sesungguhnya engkau (Muhammad) tidak akan dapat memberi hidayah (petunjuk) kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi hidayah kepada orang yang Dia kehendaki, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk”. [Al Qashash/28 : 56]

Doa meminta hidayah yang dapat dipanjatkan untuk memperoleh petunjuk, yakni:

اللَّهُمَّ إنِّي أسْألُكَ الهُدَى وَالتُّقَى وَالعَفَافَ وَالغِنَى

Allahumma innii as-aslukal hudaa wat tuqaa, wal ‘afaa-fa, wal ghinaa.

“Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu hidayah, ketakwaan, perlindungan, dan kekayaan.”