أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ
فَلَا تَكُ فِيْ مِرْ يَةٍ مِّمَّا يَعْبُدُ هٰۤؤُلَآ ءِ ۗ مَا يَعْبُدُوْنَ اِلَّا كَمَا يَعْبُدُ اٰبَآ ؤُهُمْ مِّنْ قَبْلُ ۗ وَاِ نَّا لَمُوَفُّوْهُمْ نَصِيْبَهُمْ غَيْرَ مَنْقُوْصٍ
“Maka janganlah engkau (Muhammad) ragu-ragu tentang apa yang mereka sembah. Mereka menyembah sebagaimana nenek moyang mereka dahulu menyembah. Kami pasti akan menyempurnakan pembalasan (terhadap) mereka tanpa dikurangi sedikit pun.” (QS. Hud 11: Ayat 109)
Orang kafir mengikuti ibadah nenek moyang mereka tanpa ilmu — bentuk taklid buta dalam akidah.
Dalam tafsir lengkap Kementrian Agama RI; Pada ayat ini, Allah swt menghibur Nabi Muhammad saw dan memberi peringatan kepada musuh-musuhnya. Dan bagi orang-orang musyrik penyembah berhala, Allah pasti akan menyiksa mereka karena apa yang disembah mereka, sama saja dengan yang telah disembah oleh nenek moyangnya. Sebagaimana nenek moyang mereka telah disiksa akibat perbuatannya memusuhi nabi-nabi dan menyembah berhala, begitu juga yang akan ditimpakan kepada mereka, tidak dikurangi sedikit pun.
Sikap orang-orang kafir yang tetap menyembah sebagaimana nenek moyang mereka dahulu menyembah, tanpa ilmu dan tanpa petunjuk yang benar. Inilah yang disebut dengan taklid buta — mengikuti tradisi nenek moyang hanya karena kebiasaan, bukan karena kebenaran.
🔹 Tadabbur: Ayat ini mengingatkan agar kita tidak mengikuti tradisi atau keyakinan hanya karena warisan leluhur, tetapi harus berdasarkan ilmu, wahyu, dan petunjuk Allah. Keimanan yang benar tidak lahir dari kebiasaan, tetapi dari keyakinan dan pemahaman yang benar.
Taklid buta tidak hanya terjadi dalam akidah, tetapi juga bisa muncul dalam berbagai aspek kehidupan. Berikut beberapa bentuk taklid buta lainnya selain dalam akidah:
1. Taklid buta dalam ibadah
Mengikuti cara beribadah hanya karena kebiasaan atau ikut-ikutan tanpa tahu dalil dan tuntunannya dari Rasulullah ﷺ. Contoh: Melakukan amalan tertentu yang dianggap ibadah, padahal tidak ada dasar dari Al-Qur’an dan Sunnah.
“Barang siapa mengada-adakan dalam urusan (agama) kami sesuatu yang bukan darinya, maka ia tertolak.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
2. Taklid buta dalam hukum atau fatwa
Mengikuti pendapat seseorang (ustaz, tokoh, madzhab, atau pemimpin) tanpa mau meneliti dalil atau memahami konteksnya. Ulama sepakat: boleh mengikuti ulama dalam keterbatasan ilmu, tapi bukan membenarkan mutlak tanpa dalil.
3. Taklid buta dalam budaya dan tradisi
Meneruskan kebiasaan masyarakat (adat, perayaan, gaya hidup) hanya karena “sudah dari dulu begitu”, walau bertentangan dengan nilai Islam.
“Dan apabila dikatakan kepada mereka: ‘Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah,’ mereka menjawab: ‘(Tidak), kami hanya mengikuti apa yang kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami.’” (QS. Al-Baqarah: 170)
4. Taklid buta dalam pemikiran dan ideologi
Mengikuti pandangan, tren, atau pemikiran modern tanpa menimbang dengan nilai Islam — misalnya dalam politik, pendidikan, atau gaya hidup.
5. Taklid buta dalam pergaulan sosial
Meniru perilaku tokoh, influencer, atau mayoritas masyarakat hanya karena ingin diterima, bukan karena kebenaran.
Taklid buta adalah mengikuti sesuatu tanpa ilmu dan tanpa dalil. Dalam Islam, yang benar adalah ittiba’ — mengikuti kebenaran dengan dasar wahyu dan ilmu.
“Ya Allah, lindungilah kami dari taklid buta, dan bimbinglah hati kami untuk mengikuti kebenaran karena Engkau.”

