Nabi Muhammad hanya Menyampaikan Wahyu

‎أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ

قُلْ  لَّاۤ  اَقُوْلُ  لَـكُمْ  عِنْدِيْ  خَزَآئِنُ  اللّٰهِ  وَلَاۤ  اَعْلَمُ  الْغَيْبَ  وَلَاۤ  اَقُوْلُ  لَـكُمْ  اِنِّيْ  مَلَكٌ  ۚ اِنْ  اَتَّبِعُ  اِلَّا  مَا  يُوْحٰۤى  اِلَيَّ  ۗ قُلْ  هَلْ  يَسْتَوِى  الْاَ عْمٰى  وَا لْبَصِيْرُ  ۗ اَفَلَا  تَتَفَكَّرُوْنَ

“Katakanlah (Muhammad), Aku tidak mengatakan kepadamu, bahwa perbendaharaan Allah ada padaku, dan aku tidak mengetahui yang gaib dan aku tidak (pula) mengatakan kepadamu bahwa aku malaikat. Aku hanya mengikuti apa yang diwahyukan kepadaku. Katakanlah, Apakah sama antara orang yang buta dengan orang yang melihat? Apakah kamu tidak memikirkan(nya)?” (QS. Al-An’am 6: Ayat 50)

Nabi Muhammad hanya menyampaikan wahyu

Dalam tafsir ringkas Kementrian Agama RI menjelaskan; Ayat ini menguatkan bahwa rasul hanyalah menyampaikan apa yang berasal dari Allah. Katakanlah, wahai Nabi Muhammad, “Aku tidak mengatakan kepadamu, hai orang-orang kafir, bahwa perbendaharaan Allah, yaitu aneka kekayaan dan kemewahan yang sering kalian jadikan ukuran kemuliaan hidup, ada padaku, dan aku tidak mengetahui yang gaib tanpa bantuan dari Allah , dan aku tidak pula mengatakan kepadamu bahwa aku malaikat yang tidak makan, tidak minum, dan tidak memiliki kebutuhan biologis. Aku hanyalah manusia seperti kamu.

Yang membedakan kita adalah bahwa aku hanya mengikuti apa yang diwahyukan kepadaku, di antaranya berupa Al-Qur’an.” Para pendurhaka menolak ajaran Allah, maka Nabi Muhammad diperintahkan untuk mengajukan pertanyaan yang mengandung kecaman. Katakanlah, wahai Muhammad, “Apakah sama orang yang buta, terutama buta mata hatinya, dengan orang yang melihat?” Orang yang normal pasti akan menjawab “berbeda”. “Maka, apakah kamu tidak pernah memikirkan-nya?”

اِنَّاۤ  اَوْحَيْنَاۤ  اِلَيْكَ  كَمَاۤ  اَوْحَيْنَاۤ  اِلٰى  نُوْحٍ  وَّا لنَّبِيّٖنَ  مِنْۢ  بَعْدِهٖ  ۚ وَاَ وْحَيْنَاۤ  اِلٰۤى  اِبْرٰهِيْمَ  وَاِ سْمٰعِيْلَ  وَاِ سْحٰقَ  وَيَعْقُوْبَ  وَا لْاَ سْبَا طِ  وَعِيْسٰى  وَاَ يُّوْبَ  وَيُوْنُسَ  وَهٰرُوْنَ  وَسُلَيْمٰنَ  ۚ وَاٰ تَيْنَا  دَاوٗدَ  زَبُوْرًا

“Sesungguhnya Kami mewahyukan kepadamu (Muhammad) sebagaimana Kami telah mewahyukan kepada Nuh dan nabi-nabi setelahnya, dan Kami telah mewahyukan (pula) kepada Ibrahim, lsmail, Ishaq, Ya’qub dan anak cucunya; ‘Isa, Ayyub, Yunus, Harun, dan Sulaiman. Dan Kami telah memberikan Kitab Zabur kepada Daud.” (QS. An-Nisa’ 4: Ayat 163)

Wahyu Allah ada dalam al Quran, dan al Quran bukan buatan nabi Muhammad SAW, tapi kalamullah, berisi kisah kisah yang sudah lampau dengan urutan dan silsilah nabi yang tepat sama seperti kitab kitab sebelumnya dan ada sebagian berisi prediksi ke depan yang sekarang sudah terbukti kebenarannya.

وَمَا  كُنْتَ  تَـتْلُوْا  مِنْ  قَبْلِهٖ  مِنْ كِتٰبٍ  وَّلَا  تَخُطُّهٗ  بِيَمِيْنِكَ  اِذًا  لَّا رْتَا بَ  الْمُبْطِلُوْنَ

“Dan engkau (Muhammad) tidak pernah membaca sesuatu Kitab sebelum (Al-Qur’an) dan engkau tidak (pernah) menulis suatu Kitab dengan tangan kananmu; sekiranya (engkau pernah membaca dan menulis), niscaya ragu orang-orang yang mengingkarinya.” (QS. Al-‘Ankabut 29: Ayat 48).

Semoga menambah keyakinan dan keimanan kita kepada Quran dan Quran adalah kitabullah dan kalamullah.