أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ
بَقِيَّتُ اللّٰهِ خَيْرٌ لَّـكُمْ اِنْ كُنْتُمْ مُّؤْمِنِيْنَ ۚ وَمَاۤ اَنَاۡ عَلَيْكُمْ بِحَفِيْظٍ
“Sisa (yang halal) dari Allah adalah lebih baik bagimu jika kamu orang yang beriman. Dan aku bukanlah seorang penjaga atas dirimu.” (QS. Hud 11: Ayat 86)
Keuntungan yang halal, sisa yang diberkahi dari Allah (al-baqiyyah) lebih baik dan lebih langgeng daripada keuntungan besar tapi batil
Dalam tafsir lengkap Kementrian Agama RI; Pada ayat ini, Nabi Syuaib a.s. memberikan penjelasan kepada kaumnya bahwa keuntungan yang halal yang mereka peroleh setelah menyempurnakan takaran dan timbangan, adalah lebih baik dari keuntungan yang haram yang mereka peroleh dengan cara mengurangi takaran dan timbangan, jika mereka beriman. Karena iman itu benar-benar dapat membersihkan jiwa dari keserakahan dan ketamakan, dan mengisinya dengan sifat pemurah. Tetapi jika mereka tidak beriman, tentu tidak akan dapat merasakan sama sekali. Selanjutnya Nabi Syuaib a.s. menjelaskan kepada kaumnya, bahwa ia bukanlah orang yang ditugaskan memelihara atau menjaga mereka dari berbuat kejahatan-kejahatan. Dia hanya sekadar menyampaikan nasihat-nasihat dan petunjuk-petunjuk kepada mereka. Tugas itu sudah dilaksanakannya dengan sungguh-sungguh dan disertai dengan peringatan-peringatan tentang azab Allah kepada orang-orang yang tetap membangkang.
Keuntungan yang halal, sisa yang diberkahi dari Allah (al-baqiyyah) lebih baik dan lebih langgeng daripada keuntungan besar tapi batil.
Pesan yang tersirat Hud 86 ;
- Keuntungan kecil tapi halal lebih bernilai di sisi Allah daripada keuntungan besar tapi haram.
- Keberkahan (barakah) adalah yang membuat sedikit terasa cukup, bukan besarnya harta.
- Kejujuran dalam berdagang dan bermuamalah adalah kunci keberkahan harta.
- Allah menyebutkan al-baqiyyatu minallah khair — artinya rezeki yang halal adalah yang akan benar-benar tersisa dan bermanfaat abadi di dunia maupun akhirat.
- Ayat ini juga menegaskan larangan mengurangi takaran dan timbangan, karena itu berarti mengambil hak orang lain.
Jadi intinya bukan sekadar “keuntungan halal lebih baik”, tapi juga “keberkahan harta hanya ada pada kejujuran, sedangkan keuntungan haram akan hilang manfaatnya dan mendatangkan azab.
Doa agar Allah memberikan kita rezeki halal, keberkahan, dan menjauhkan dari keuntungan haram:
اللَّهُمَّ اكْفِنَا بِحَلَالِكَ عَنْ حَرَامِكَ، وَبَارِكْ لَنَا فِي رِزْقِنَا، وَاجْعَلْ بَقِيَّتَكَ خَيْرًا لَنَا فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ
Allāhumma’kfinā biḥalālika ‘an ḥarāmika, wa bārik lanā fī rizqinā, waj‘al baqiyyataka khayran lanā fī al-dunyā wa al-ākhirah.
“Ya Allah, cukupkanlah kami dengan rezeki-Mu yang halal dari yang haram, berkahilah rezeki yang Engkau anugerahkan kepada kami, dan jadikanlah sisa (pemberian) dari-Mu sebagai kebaikan bagi kami di dunia dan akhirat.”

