أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ
مَا كَا نَ اِبْرٰهِيْمُ يَهُوْدِيًّا وَّلَا نَصْرَا نِيًّا وَّ لٰكِنْ كَا نَ حَنِيْفًا مُّسْلِمًا ۗ وَمَا كَا نَ مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ
“Ibrahim bukanlah seorang Yahudi dan bukan (pula) seorang Nasrani, tetapi dia adalah seorang yang lurus, muslim, dan dia tidaklah termasuk orang-orang musyrik.”
(QS. Ali ‘Imran 3: Ayat 67)
* Nabi Ibrahim seorang yang lurus, muslim, dan dia tidaklah termasuk orang-orang musyrik.*
Nabi Ibrahim adalah Bapak Para Nabi, Abulanbiya, karena sebanyak 19 keturunannya menjadi nabi, dari 25 nabi yang disebut dalam Alquran. Posisi istimewa Nabi Ibrahim juga diindikasikan dengan beragam predikat diberikan oleh Allah.
Setiap cerita nabi memang perlu diketahui oleh umat manusia, mengingat di dalam Al-Qur’an disebutkan ada 25 nabi yang harus dipercaya. Ya, termasuk lima nabi ulul azmi di antaranya yang memiliki kelebihan khusus.
Adapun kelebihan yang dimaksud tersebut, yaitu ketabahan yang sangat besar dalam menghadapi berbagai cobaan. Dengan begitu, saat dihina dan diancam akan dibunuh mereka tetap sabar menghadapinya. Kelima nabi yang mendapatkan gelar ulul azmi yaitu Nabi Nuh AS, Nabi Ibrahim AS, Nabi Musa AS, Nabi Isa AS dan Nabi Muhammad SAW.
Surat Al-An’am ayat 79 : Memperlihatkan sosok Nabi Ibrahim AS, ketika kaumnya bertanya kepada Beliau, “Memangnya apa yang kamu sembah ? Jawaban ini ada dalam bacaan iftitah di rakaat pertama setiap shalat. (Khotobnya nabi Ibrahim, tapi pertanyaannya berlaku juga untuk seluruh umat).
إِنِّي وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِي فَطَرَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ حَنِيفًا ۖ وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ
“Aku hadapkan wajahku kepada (Allah) yang menciptakan langit dan bumi dengan penuh kepasrahan (mengikuti) agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang musyrik.”
Sejatinya, tafsir makna surat Al-An’am 76-78 berdasarkan keterangan tersebut di atas adalah sebagaimana berikut: ”Ketika malam telah menjadi gelap, Nabi Ibrahim melihat sebuah bintang lalu ia menyatakan, ”Inikah Tuhanku? sebagaimana kalian kira?”. Maka, ketika bintang itu terbenam dia menyatakan, ”Aku tidak suka kepada yang terbenam” yakni layakkah sesuatu yang terbenam dijadikan Tuhan sebagaimana yang kalian yakini? Maka, ketika kaumnya tidak memahami maksud pernyataan Nabi Ibrahim tersebut, bahkan mereka tetap menyembah bintang, Nabi Ibrahim menyatakan untuk kedua kalinya ketika ia melihat bulan dengan pernyataan yang sama ”Inikah Tuhanku?”.
Demikian Nabi Ibrahim mengulangi kembali pernyataannya ketika melihat matahari ”Inikah Tuhanku?”. Lalu, ketika Nabi Ibrahim tidak dapat memberikan kesadaran/hidayah terhadap kaumnya, ia menyatakan kepada kaumnya, inni bariun mimma tusyrikun (Sungguh, aku berlepas diri [tidak bertanggung jawab dan tidak ikut menyembah bintang] dari apa yang kalian persekutukan).
Kesimpulannya, Ibrahim sebagai nabi dan rasulullah telah mengenal dan beriman kepada-Nya jauh-jauh hari sebelum menjadi nabi sebagaimana para nabi lainnya. Tidak pernah ada keraguan sedikit pun akan keberadaan Allah Sang Pencipta Semesta. Dan, ketuhanan hanya layak disandang oleh Allah. Tiada pencipta yang berhak disembah kecuali Allah.
Bukan seperti asumsi sebagian orang bahwa Nabi Ibrahim, suatu ketika, pernah kebingungan, ragu, lalu mencari siapa Tuhannya. Karena, semua para nabi mustahil melakukan atau jatuh dalam kesesatan, kekufuran, syirik, dosa besar, dan dosa kecil yang menghinakan, baik sebelum maupun sesudah menjadi nabi. Karena, para nabi dan rasul diutus sebagai Hudatan Muhtadin (orang yang mencerahkan dan tercerahkan) guna menyampaikan risalah kebajikan kepada seluruh alam semesta.
Nabi Ibrahim as menjadi teladan para nabi dalam berdakwah termasuk dalam menyampaikan untaian kata dalam doa. Doa ingin mendapatkan anak yang sholeh, doa ingin mendapatkan keturunan yang mencintai sholat, dll…Doa Nabi Ibrahim yang lain diabadikan dalam surah Mumtahanah ayat 4.
رَّبَّنَا عَلَيْكَ تَوَكَّلْنَا وَإِلَيْكَ أَنَبْنَا وَإِلَيْكَ الْمَصِيرُ
Rabbana ‘alaika tawakkalna wa ilaika anabna wa ilaikal mashir.
“Wahai Tuhan kami, hanya kepada-Mu kami bertawakkal, dan hanya kepada-Mu kami bertaubat, dan hanya kepada-Mu tempat kembali.”