Assalamualaikum warohmatullohi wabarokatuh.
SUBHANALLAH WALHAMDULILLAH WALAILLAHAILLOH. WALLAHU AKBAR.
Semoga kita selalu sehat dalam lindungan Allah SWT.
Mari saling mendoakan ;
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
مَا يَوَدُّ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا مِنْ اَهْلِ الْكِتٰبِ وَلَا الْمُشْرِكِيْنَ اَنْ يُّنَزَّلَ عَلَيْكُمْ مِّنْ خَيْرٍ مِّنْ رَّبِّکُمْ ۗ وَا للّٰهُ يَخْتَصُّ بِرَحْمَتِهٖ مَنْ يَّشَآءُ ۗ وَا للّٰهُ ذُو
الْفَضْلِ الْعَظِيْمِ
“Orang-orang yang kafir dari Ahli Kitab dan orang-orang musyrik tidak menginginkan diturunkannya kepadamu suatu kebaikan dari Tuhanmu. Tetapi secara khusus Allah memberikan rahmat-Nya kepada orang yang Dia kehendaki. Dan Allah pemilik karunia yang besar.”
(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 105)
Kekuasaan mutlak dari Allah SWT, siapa yang mendapatkan rahmat dan siapa yang mendapatkan azab.
* عَذِّبُ مَنْ يَّشَاۤءُ وَيَرْحَمُ مَنْ يَّشَاۤءُ ۚوَاِلَيْهِ تُقْلَبُوْنَ
Dia (Allah) mengazab siapa yang Dia kehendaki dan memberi rahmat kepada siapa yang Dia kehendaki, dan hanya kepada-Nya kamu akan dikembalikan.
(QS Al Ankabut ayat 21)
Dia mengazab dengan sangat adil siapa yang Dia kehendaki atas segala dosa yang dilakukannya semasa hidup, dan memberi rahmat kepada siapa yang Dia kehendaki, yaitu orang-orang yang bertobat dan beramal saleh, dan hanya kepada-Nya setelah kematian kamu akan dikembalikan untuk perhitungan dan pembalasan.
Bagaimana untuk mendapatkan rahmat Allah SWT;
قَا لَ يٰقَوْمِ لِمَ تَسْتَعْجِلُوْنَ بِا لسَّيِّئَةِ قَبْلَ الْحَسَنَةِ ۚ لَوْلَا تَسْتَغْفِرُوْنَ اللّٰهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ
“Dia (Salih) berkata, Wahai kaumku! Mengapa kamu meminta disegerakan keburukan sebelum (kamu meminta) kebaikan? Mengapa kamu tidak memohon ampunan kepada Allah, agar kamu mendapat rahmat?”
(QS. An-Naml 27: Ayat 46)
Selain berbuat baik, memohon ampun kepada Allah dapat mendatangkan rahmat-Nya,
Memohon ampun (banyak beristigfar), mendapatkan rahmat Allah SWT, yang tidak/sulit mendapatkan rahmat, sulit untuk melakukan istigfar…
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Istighfar atau meminta ampun mempunyai manfaat yang sangat besar. Kisah dari Imam Ahmad dan penjual roti berikut sangat populer dikisahkan, sebagaimana dinukilkan dari Manaqib Imam Ahmad.
Imam Ahmad bin Hanbal murid Imam Syafi’i dikenal juga sebagai Imam Hanbali.
Di usia tua, ia bercerita, suatu waktu tanpa tahu alasannya tiba-tiba ingin ke kota di Irak. Padahal tidak ada janji ataupun hajat di sana.
Akhirnya Imam Ahmad pergi sendiri menuju ke kota Bashrah, Irak. Ia bercerita saat tiba di sana waktu Isya, kemudian ikut sholat berjamaah Isya di masjid. Hatinya terasa tenang, kemudian istirahat di masjid.
Begitu selesai sholat dan jamaah bubar, Imam Ahmad ingin tidur di masjid. Tiba-tiba marbut masjid datang menemui Imam Ahmad sambil bertanya, “Mengapa syekh (panggilan untuk orang tua), mau apa di sini?”
Marbut tidak tahu kalau yang ditegurnya adalah Imam Ahmad. Imam Ahmad pun tidak memperkenalkan dirinya. Di Irak semua orang kenal Imam Ahmad sebagai seorang ulama besar dan ahli hadits. Sosok ulama yang sangat saleh dan zuhud. Zaman itu tidak ada foto sehingga orang tidak tahu wajahnya, hanya tahu namanya sudah terkenal.
Imam Ahmad menjawab, “Saya ingin istirahat, saya musafir.” Marbut berkata, “Tidak boleh, tidak boleh tidur di masjid.”
Imam Ahmad melanjutkan ceritanya, “(Di masjid itu) saya didorong-dorong oleh orang (marbut) itu, disuruh keluar dari masjid, setelah keluar masjid, maka dikuncilah pintu masjid.”
Setelah diusir dari dalam masjid, Imam Ahmad ingin tidur di teras masjid. Ketika sudah berbaring di teras masjid, marbutnya datang lagi dan marah-marah kepada Imam Ahmad.
Marbut itu mengatakan, “Mau apa lagi syekh?” Imam Ahmad menjawab, “mau tidur, saya musafir.” Marbut masjid menimpali, “di dalam masjid tidak boleh, di teras masjid juga tidak boleh.”
Setelah itu Imam Ahmad diusir…
Setelah itu Imam Ahmad diusir bahkan didorong dari teras masjid sampai ke jalanan.
Di samping masjid ada penjual roti yang rumahnya kecil, di rumah itu ia membuat dan menjual roti. Penjual roti itu sedang membuat adonan, sambil melihat kejadian Imam Ahmad didorong-dorong oleh marbut ke jalan.
Saat Imam Ahmad sampai di jalanan, penjual roti itu memanggil dari jauh dan mengajaknya menginap di rumahnya. Imam Ahmad bersedia dengan ajak menginap itu.
Imam Ahmad masuk ke rumah penjual roti, duduk di belakangnya yang sedang membuat roti. Imam Ahmad masih tidak memperkenalkan dirinya, ia layaknya seorang musafir.
Penjual roti ini perilakunya lain daripada umumnya, kalau Imam Ahmad tidak mengajak berbicara, ia terus membuat adonan roti sambil membaca istighfar. Kalau diajak bicara baru menjawab seperlunya.
Saat meletakkan garam membaca Astaghfirullah, memecahkan telur membaca Astaghfirullah, mencampur gandum membaca Aastaghfirullah. Ia selalu mengucap istighfar.
Imam Ahmad memperhatikan terus, lalu bertanya, “Sudah berapa lama kamu lakukan ini (membaca istighfar setiap saat)?” Penjual roti menjawab, “Sudah lama sekali syekh, saya menjual roti sudah 30 tahun, jadi semenjak itu saya lakukan ini.”
Imam Ahmad bertanya lagi, “Apa hasil dari perbuatanmu ini?” Penjual roti menjawab, “Hajat yang saya minta pasti dikabulkan Allah, semua yang saya minta kepada Allah langsung diterima.”
Penjual roti menambahkan, “Semua dikabulkan Allah kecuali satu, masih satu yang belum Allah kabulkan.” Imam Ahmad penasaran kemudian bertanya, “Apa itu?”
Penjual roti menjawab, “Saya minta kepada Allah supaya dipertemukan dengan Imam Ahmad.”
Seketika itu juga Imam Ahmad bertakbir. Kemudian berkata, “Allah telah mendatangkan saya jauh dari Baghdad ke Bashrah, bahkan sampai didorong-dorong marbut masjid itu sampai ke jalanan karena istighfar yang kamu lakukan.”
Penjual roti terperanjat dan memuji Allah, karena ternyata yang di depannya adalah Imam Ahmad. Sosok yang sangat ingin ditemuinya.
Ya Tuhan kami, kami telah beriman, maka ampunilah kami dan berilah kami rahmat dan Engkau adalah Pemberi rahmat Yang Paling Baik” (QS. Al Mu’minun: 109).
