Ibrah dari QS Yusuf Ayat 8; Terkadang Ujian Paling Berat Datang dari Orang Terdekat

‎أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ
اِذْ  قَا لُوْا  لَيُوْسُفُ  وَاَ خُوْهُ  اَحَبُّ  اِلٰۤى  اَبِيْنَا  مِنَّا  وَنَحْنُ  عُصْبَةٌ  ۗ اِنَّ  اَبَا نَا  لَفِيْ  ضَلٰلٍ  مُّبِيْنِ
“Ketika mereka berkata, Sesungguhnya Yusuf dan saudaranya (Bunyamin) lebih dicintai ayah daripada kita, padahal kita adalah satu golongan (yang kuat). Sungguh, ayah kita dalam kekeliruan yang nyata,” (QS. Yusuf 12: Ayat 8)
Saudara-saudara Yusuf merasa iri dan dengki karena Nabi Yakub, lebih menyayangi Yusuf dan Bunyamin
Dalam tafsir lengkap Kementrian Agama RI; Saudara-saudara Yusuf berkata sesama mereka, “Sesungguhnya ayah kita lebih banyak menyayangi Yusuf dan saudaranya Bunyamin dan lebih banyak menumpahkan perhatiannya kepada keduanya, padahal kitalah yang lebih berhak untuk disayangi dan diperhatikan, karena kita ini sudah menjadi orang dewasa yang kuat dan dapat membelanya serta memenuhi segala kebutuhannya. Sikap ayah kita itu bertentangan dengan keadilan dan persamaan hak antara anak-anak. Mengapa ayah lebih mengutamakan dua orang anak yang lemah dan tak berdaya itu dari pada kita yang kuat serta lebih sanggup berkhidmat dan berbakti kepadanya?”
Sepintas lalu nampak dengan jelas kebenaran ucapan saudara-saudara Yusuf itu, seakan-akan Nabi Yakub a.s. telah membuat kekeliruan dengan tindakannya itu padahal dia seorang nabi yang selalu dibimbing Allah dalam segala sikap dan tindakannya. Menurut riwayat memang Yakub menumpah-kan perhatian yang besar terhadap Yusuf, karena ada firasat dan tanda-tanda yang menunjukkan bahwa Yusuf mempunyai keistimewaan pada sifat dan pembawaannya. Keistimewaan ini tidak dimiliki oleh saudara-saudaranya yang lain. Maka Yakub sangat menaruh harapan kepadanya, apalagi setelah ia mendengar Yusuf menceritakan mimpinya.
Jika Yakub lebih cinta kepada Yusuf dan lebih banyak memperhatikannya, maka hal itu adalah wajar, sebab Yusuf dan Bunyamin masih kecil-kecil dan lebih banyak membutuhkan perhatian dan bimbingan orang tuanya dibanding saudara-saudaranya yang sudah besar. Hanya sifat iri dan dengki sajalah yang mendorong saudara-saudaranya untuk melakukan tindakan permusuhan terhadapnya, bukanlah karena ayah mereka sudah menyimpang dari jalan keadilan.
Dari QS Yusuf ayat 8, kita bisa menadaburi beberapa pelajaran penting berikut:
  1. Bahaya iri hati dan dengki, rasa cemburu bisa menutup hati hingga mendorong seseorang melakukan kezaliman bahkan kepada saudara sendiri.
  2. Keadilan dalam kasih sayang, orang tua perlu berhati-hati agar tidak tampak berat sebelah dalam mencintai anak-anaknya, karena bisa menimbulkan kecemburuan.
  3. Ujian dalam keluarga, terkadang ujian paling berat justru datang dari orang terdekat, sebagai sarana Allah menguji kesabaran dan keikhlasan.
  4. Kasih sayang Allah tetap melindungi orang yang dizalimi, seperti halnya Nabi Yusuf yang akhirnya dimuliakan Allah meskipun sempat dizalimi saudara-saudaranya.
Doa agar dijauhkan dari sifat iri dan diberi hati yang lapang:
اللهم طهر قلبي من الحسد والغل، واملأه بالرضا والمحبة والخير لإخواني وأخواتي. واجعلني من عبادك الذين يحبون للناس ما يحبون لأنفسهم.
Allāhumma ṭahhir qalbī mina al-ḥasadi wal-ghill, wa’mla’hu bir-riḍā wal-maḥabbah wal-khayri li-ikhwānī wa akhawātī. Waj‘alnī min ‘ibādika alladzīna yuḥibbūna linnāsi mā yuḥibbūna li-anfusihim.
“Ya Allah, sucikanlah hatiku dari iri dan dengki, penuhilah dengan keridaan, kasih sayang, dan kebaikan kepada saudara-saudaraku. Jadikan aku termasuk hamba-Mu yang mencintai sesama sebagaimana aku mencintai diriku sendiri.”