Ibrah dari Hud Ayat 63; Amanah Sebagai Ciri Orang Beriman

‎أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ
قَا لَ  يٰقَوْمِ  اَرَءَيْتُمْ  اِنْ كُنْتُ  عَلٰى  بَيِّنَةٍ  مِّنْ  رَّبِّيْ  وَاٰ تٰٮنِيْ  مِنْهُ  رَحْمَةً  فَمَنْ  يَّـنْصُرُنِيْ  مِنَ  اللّٰهِ  اِنْ  عَصَيْتُهٗ  ۗ فَمَا  تَزِ يْدُوْنَنِيْ  غَيْرَ  تَخْسِيْرٍ
“Dia (Saleh) berkata, Wahai kaumku! Terangkanlah kepadaku jika aku mempunyai bukti yang nyata dari Tuhanku dan diberi-Nya aku rahmat (kenabian) dari-Nya, maka siapa yang akan menolongku dari (azab) Allah jika aku mendurhakai-Nya? Maka kamu hanya akan menambah kerugian kepadaku.” (QS. Hud 11: Ayat 63)
Nabi Shaleh menegaskan bahwa risalah yang ia sampaikan berasal dari Allah, bukan buatannya sendiri, dan ia seorang rasul yang dapat dipercaya.
Dalam tafsir lengkap Kementrian Agama RI; Nabi Saleh a.s. menjawab tuduhan dan tantangan kaumnya itu dengan menyatakan bahwa seruannya itu adalah seruan yang benar untuk kebaikan dan kebahagiaan mereka sendiri, jika mereka mau memikirkan dan mempertimbangkannya. Nabi Saleh meminta mereka mempertimbangkan dengan sebaik-baiknya, jika ternyata ia yang benar dan dapat mengemuka-kan bukti-bukti dari Tuhan atas kebenaran seruan itu. Apakah mungkin ia mendurhakai-Nya dan enggan menyampaikan seruan ini kepada kaumnya. Siapakah yang dapat menolong jika Allah membinasakannya karena kedurhakaan itu? Ia harus menyampaikan kebenaran ini dan menjelaskan kepada mereka bahwa sembahan-sembahan dan berhala-berhala itu, tidak dapat menolong mereka sedikit pun. Oleh karena itu, sembahlah Allah yang menciptakan mereka dan memberi nikmat dan karunia kepada mereka sehingga mereka dapat hidup senang di muka bumi ini.
Isi ayat ini adalah jawaban Nabi Shaleh kepada kaumnya: ia menegaskan bahwa risalah yang disampaikan bukanlah buatan dirinya, melainkan benar-benar wahyu dari Allah, dan bahwa ia hanyalah seorang rasul yang amanah.
Dari ayat ini, beberapa poin tadabbur yang bisa diambil:
  1. Ketulusan seorang da’i/rasul → Seorang penyampai kebenaran, tapi hanya menjalankan amanah dari Allah.
  2. Kepercayaan → Seseorang yang mengajak kepada kebaikan harus bisa dipercaya, baik ucapannya maupun perbuatannya.
  3. Kebenaran berasal dari Allah, bukan manusia → Hidayah, syariat, dan petunjuk hidup tidak diciptakan oleh akal manusia, melainkan datang dari Allah.
  4. Jawaban yang bijak terhadap penolakan → Nabi Shaleh tidak marah saat ditolak, tapi menjawab dengan tegas, santun, dan penuh keyakinan.
  5. Amanah sebagai ciri orang beriman → Seorang mukmin harus menjaga integritas dan kejujuran, sebagaimana Nabi Shaleh menekankan dirinya sebagai “rasul yang dipercaya”.
Jadi, tadabburnya bisa menuntun kita untuk lebih ikhlas berdakwah, menjaga amanah, dan yakin bahwa kebenaran sejati bersumber dari Allah.
Doa semoga mendapat rahmat dunia dan akhirat ;
اَللّٰهُمَّ اجْعَلْنَا مِمَّنْ يَسْتَمْسِكُ بِهُدَاكَ وَلَا يَعْصِيكَ، وَارْزُقْنَا رَحْمَتَكَ الَّتِي بِهَا نَنْجُو مِنْ خُسْرَانِ الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ
Allāhumma aj‘alnā mimman yastamsiku bihudāk wa lā ya‘ṣīk, warzuqnā raḥmataka allātī bihā nanjū min khusrāni ad-dunyā wal-ākhirah.
“Ya Allah, jadikanlah kami termasuk orang yang berpegang teguh pada petunjuk-Mu dan tidak mendurhakai-Mu. Limpahkanlah kepada kami rahmat-Mu yang dengannya kami selamat dari kerugian di dunia dan akhirat.”