Hidup itu Pilihan, Ingin Akhir Sengsara atau Bahagia

‎أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ
يَوْمَ  يَأْتِ  لَا  تَكَلَّمُ  نَفْسٌ  اِلَّا  بِاِ ذْنِهٖ  ۚ فَمِنْهُمْ  شَقِيٌّ  وَّسَعِيْدٌ
“Ketika hari itu datang, tidak seorang pun yang berbicara, kecuali dengan izin-Nya; maka di antara mereka ada yang sengsara dan ada yang berbahagia.” (QS. Hud 11: Ayat 105)
Hidup itu pilihan, ingin akhir sengsara atau bahagia
Dalam tafsir ringkas Kementrian Agama RI; Ketika hari Kiamat itu datang, tidak ada seorang pun yang mampu berbicara untuk berdalih di hadapan Allah karena dahsyatnya hari itu, kecuali dengan izin-Nya, yakni diberi kemampuan berbicara. Maka di antara mereka ada yang sengsara akibat perbuatan buruk yang mereka lakukan, mereka adalah kelompok penghuni neraka, dan ada yang berbahagia karena amal baik yang mereka lakukan selama di dunia, mereka adalah penghuni surga.
Hidup adalah pilihan: manusia akan berakhir sengsara atau bahagia sesuai dengan jalan yang dipilihnya di dunia.
Allah memberi manusia akal , potensi istimewa yang tidak dimiliki makhluk lain.
Dengan akal, manusia mampu:
– Membedakan baik dan buruk,
– Mempertimbangkan akibat dari setiap pilihan,
– Menentukan arah hidupnya: menuju rahmat Allah atau menuju kesengsaraan.
Ayat ini menggambarkan hari keputusan akhir, di mana semua pilihan manusia di dunia akan menampakkan hasilnya:
  • Yang menggunakan akalnya untuk mencari kebenaran, beribadah, dan berbuat baik, akan mendapat kebahagiaan (sa‘īd).
  • Sedangkan yang menyia-nyiakan akalnya, mengikuti hawa nafsu dan kelalaian, akan berakhir dalam kesengsaraan (shaqī).
Pelajaran yang Bisa Ditadabburi
  1. Akal adalah alat untuk memilih jalan hidup; Allah tidak menciptakan manusia tanpa bimbingan, diberikan akal dan wahyu berupa al Quran agar bisa memilih dengan sadar.
  2. Hidup di dunia adalah masa ujian dan kesempatan memilih; Allah memberi waktu dan kebebasan untuk menentukan arah hidup, tapi hasilnya ditentukan di akhirat.
  3. Di akhirat, tidak ada lagi kesempatan berbicara atau membela diri; Saat ketetapan datang, semua keputusan telah ditutup; yang tersisa hanyalah akibat dari pilihan selama hidup.
  4. Gunakan akal untuk mendekat kepada Allah, bukan untuk mencari pembenaran atas kesalahan; Banyak orang pintar tetapi salah arah karena akalnya tidak disinari iman.
Refleksi Kehidupan Sekarang
Di zaman sekarang, banyak orang menggunakan akalnya hanya untuk mengejar dunia, bukan untuk menimbang akhirat.
Padahal akal sejati adalah yang mampu melihat akibat jangka panjang, bukan sekadar kesenangan sesaat.
Hidup ini memang penuh pilihan:
•Mau disiplin atau malas,
•Mau jujur atau menipu,
•Mau mendekat kepada Allah atau menjauh.
Setiap pilihan kecil membentuk arah hidup besar, dan akhirnya menentukan: bahagia atau sengsara di hadapan Allah.
اللهم أرنا الحق حقًا وارزقنا اتباعه، وأرنا الباطل باطلًا وارزقنا اجتنابه
Allahumma arinal-ḥaqqa ḥaqqan warzuqnā ittibā‘ah, wa arinal-bāṭila bāṭilan warzuqnā ijtinābah
“Ya Allah, tunjukkanlah kepada kami kebenaran sebagai kebenaran dan berilah kami kekuatan untuk mengikutinya; tunjukkanlah kepada kami kebatilan sebagai kebatilan dan berilah kami kekuatan untuk menjauhinya.”