Hidayah adalah Hak Prerogatif Allah SWT

‎أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ

قَا لَ  رَبِّ  اِنِّيْ  لَاۤ  اَمْلِكُ  اِلَّا  نَفْسِيْ  وَاَ خِيْ  فَا فْرُقْ  بَيْنَـنَا  وَبَيْنَ  الْـقَوْمِ  الْفٰسِقِيْنَ

“Dia (Musa) berkata, Ya Tuhanku, aku hanya menguasai diriku sendiri dan saudaraku. Sebab itu, pisahkanlah antara kami dengan orang-orang yang fasik itu.” (QS. Al-Ma’idah 5: Ayat 25)

Nabi Musa= Nabi Muhammad SAW, tidak bisa memberi hidayah pada orang lain

{فإن الله يُضِلُّ مَنْ يَشَاءُ وَيَهْدِي مَنْ يَشَاءُ فَلا تَذْهَبْ نَفْسُكَ عَلَيْهِمْ حَسَرَاتٍ}

“Sesungguhnya Allah menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya dan memberi hidayah (taufik) kepada siapa yang dikehendaki-Nya” (QS Faathir: 8).

Hidayah adalah hak prerogatif Allah SWT, manusia hanya berusaha mengajak seseorang atau yang lainnya untuk ke jalan yang lurus, tapi hanya Allah lah yang bisa memberi hidayah untuk ke jalan yang lurus atau menyesatkannya.
Siapaun tidak akan bisa memberi hidayah kecuali Allah. Sekalipun para Nabi tidak diberi kewenangan dalam hal ini. Para Nabi hanya menunjukkan jalan, memberikan mencerahan, dan mengajarkannya bagaimana mendapat hidayah.

Dalam sebuah kisah disebutkan bahwa Nabi Muhammad s.a.w., menginginkan pamannya memeluk Islam ternyata tidak mampu mengislamkannya. Apalagi manusia biasa, namun demikian jika Allah menghendakinya untuk memberi hidayah maka jalannya menjadi mudah melalui berbagai cara Allah menunjukkannya terkadang juga tak terduga.

Manusia diberi lima macam hidayah oleh Allah, yaitu

(1) hidayah ilham fitrah

(2) hidayah indera

(3) hidayah Aqal

(4) hidayah taufik dan

(5) hidayah agama.

Hidayah agama (Islam) sebagai benteng untuk menjaga manusia dari kesesatan. Hidayah ini merupakan cara Allah membimbing manusia ke jalan yang lurus bagi yang dikehendaki-Nya. Firman Allah dalam Al-Qur`an telah mengisyaratkan hidayah tersebut dalam banyak ayat;

لَيْسَ  عَلَيْكَ  هُدٰٮهُمْ  وَلٰـكِنَّ  اللّٰهَ  يَهْدِيْ  مَنْ  يَّشَآءُ  ۗ وَمَا  تُنْفِقُوْا  مِنْ  خَيْرٍ  فَلِاَ نْفُسِكُمْ  ۗ وَمَا  تُنْفِقُوْنَ  اِلَّا  ابْتِغَآءَ  وَجْهِ  اللّٰهِ  ۗ وَمَا  تُنْفِقُوْا  مِنْ  خَيْرٍ  يُّوَفَّ  اِلَيْكُمْ  وَاَ نْـتُمْ  لَا  تُظْلَمُوْنَ

“Bukanlah kewajibanmu (Muhammad) menjadikan mereka mendapat petunjuk, tetapi Allah-lah yang memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki. Apa pun harta yang kamu infakkan, maka (kebaikannya) untuk dirimu sendiri. Dan janganlah kamu berinfak melainkan karena mencari rida Allah. Dan apa pun harta yang kamu infakkan, niscaya kamu akan diberi (pahala) secara penuh dan kamu tidak akan dizalimi (dirugikan).” (QS. Al-Baqarah 2: Ayat 272)

اُولٰٓئِكَ  الَّذِيْنَ  هَدَى  اللّٰهُ  فَبِهُدٰٮهُمُ  اقْتَدِهْ  ۗ قُلْ  لَّاۤ  اَسْـئَلُكُمْ  عَلَيْهِ  اَجْرًا  ۗ اِنْ  هُوَ  اِلَّا  ذِكْرٰ ى  لِلْعٰلَمِيْنَ

“Mereka itulah (para nabi) yang telah diberi petunjuk oleh Allah, maka ikutilah petunjuk mereka. Katakanlah (Muhammad), Aku tidak meminta imbalan kepadamu dalam menyampaikan (Al-Qur’an). Al-Qur’an itu tidak lain hanyalah peringatan untuk (segala umat) seluruh alam.” (QS. Al-An’am 6: Ayat 90).

Setiap hari minimal 17 kali dalam sehari minta petunjuk;

اِهْدِنَا  الصِّرَا طَ  الْمُسْتَقِيْمَ
“Tunjukilah kami jalan yang lurus,” (QS. Al-Fatihah 1: Ayat 6)

Doa meminta hidayah yang dapat dipanjatkan untuk memperoleh petunjuk, yakni:

اللَّهُمَّ إنِّي أسْألُكَ الهُدَى وَالتُّقَى وَالعَفَافَ وَالغِنَى

Allahumma innii as-aslukal hudaa wat tuqaa, wal ‘afaa-fa, wal ghinaa.
“Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu hidayah, ketakwaan, perlindungan, dan kekayaan.”