Bani Israil Dikutuk Allah menjadi “Kera”

‎أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ

فَلَمَّا  عَتَوْا  عَنْ  مَّا  نُهُوْا  عَنْهُ  قُلْنَا  لَهُمْ  كُوْنُوْا  قِرَدَةً  خٰسِـئِیْنَ

“Maka setelah mereka bersikap sombong terhadap segala apa yang dilarang. Kami katakan kepada mereka, Jadilah kamu kera yang hina.” (QS. Al-A’raf 7: Ayat 166)

Via Al-Qur’an Indonesia https://quran-id.com

Dalam tafsir lengkap Kementrian Agama RI; Ketika Bani Israil bertambah kezalimannya tidak mengindahkan nasihat-nasihat, maka Allah mengazab mereka dengan menjadikan mereka sebagai kera yang hina. Menurut para mufassirin merupakan tafsiran dari perkataan “azab yang sangat pedih” yang terdapat pada ayat di atas. Sedangkan sebagian yang lain mengatakan bahwa hal ini merupakan azab yang lain yang ditimpakan Allah di samping azab yang pedih itu.
Para mufassir berbeda pendapatnya tentang: Apakah Bani Israil itu dijadikan kera yang sebenarnya atau hanya sifat dan watak mereka saja yang seperti kera, sedang badan mereka seperti badan manusia biasa. Jumhur ulama berpendapat bahwa mereka benar-benar menjadi kera, seperti kera yang sebenar-benarnya. Akan tetapi tidak beranak, tidak makan, tidak minum dan tidak hidup lebih dari tiga hari.

Menurut Mujahid yang diriwayatkan dari Ibnu Jarir dan pendapat al-Manar: Rupa mereka tidak ditukar menjadi kera, tetapi hati, jiwa dan sifat merekalah yang diubah menjadi kera.

وَلَقَدْ  عَلِمْتُمُ  الَّذِيْنَ  اعْتَدَوْا  مِنْكُمْ  فِيْ  السَّبْتِ  فَقُلْنَا  لَهُمْ  كُوْنُوْا  قِرَدَةً  خَا سِئِـيْنَ

“Dan sungguh, kamu telah mengetahui orang-orang yang melakukan pelanggaran di antara kamu pada hari Sabat, lalu Kami katakan kepada mereka, Jadilah kamu kera yang hina!” (QS. Al-Baqarah 2: Ayat 65).

Kera adalah binatang yang serakah, keserakahan membuat orang melanggar ketepatan dari Allah SWT.

Kera setelah melakukan pelanggaran, justru tidak merasa bersalah, malah membanggakan kesalahan yang telah diperbuatnya.
Pipi kiri dan kanan penuh dengan makanan, tangan kiri dan kanan memegang makanan, tapi masih beringas kalau ada kera lain yang akan mengambil makanan yang tersisa.

Ketika keserakahan mendominasi akal pikiran, hati nurani akan sulit mengendalikan tingkah laku. Bahkan hubungan persaudaraan sekalipun tidak mampu membukakan mata hati.

Demikianlah sifat kera yang bisa menjadi tabiat dan watak manusia. Oleh karena itu, mari bentengi diri dan keluarga agar selamat menjadi makhluk Allah yang terbaik, sehingga selamat dari menjadi manusia berkarakter binatang. Na’udzubillah.

مَثَلُ  الَّذِيْنَ  حُمِّلُوا  التَّوْرٰٮةَ  ثُمَّ  لَمْ  يَحْمِلُوْهَا  كَمَثَلِ  الْحِمَا رِ  يَحْمِلُ  اَسْفَا رًا  ۗ بِئْسَ  مَثَلُ  الْقَوْمِ  الَّذِيْنَ  كَذَّبُوْا  بِاٰ يٰتِ  اللّٰهِ  ۗ وَا للّٰهُ  لَا  يَهْدِى  الْقَوْمَ  الظّٰلِمِيْنَ

“Perumpamaan orang-orang yang diberi tugas membawa Taurat, kemudian mereka tidak membawanya (tidak mengamalkannya) adalah seperti keledai yang membawa kitab-kitab yang tebal. Sangat buruk perumpamaan kaum yang mendustakan ayat-ayat Allah. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.”(QS. Al-Jumu’ah 62: Ayat 5)

“Dan di antara mereka (ada) yang dijadikan kera dan babi dan (orang yang) menyembah Tagut.”¦(QS. al-Ma’idah 5: ayat 60)

Semoga kita terhindar dari karakter karakter binatang yang menjauhkan kita dari ridho Allah SWT