أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ
وَاِ ذْ تَاَ ذَّنَ رَبُّكَ لَيَبْعَثَنَّ عَلَيْهِمْ اِلٰى يَوْمِ الْقِيٰمَةِ مَنْ يَّسُوْمُهُمْ سُوْٓءَ الْعَذَا بِ ۗ اِنَّ رَبَّكَ لَسَرِ يْعُ الْعِقَا بِ ۖ وَاِ نَّهٗ لَـغَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ
“Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu memberitahukan, bahwa sungguh, Dia akan mengirim orang-orang yang akan menimpakan azab yang seburuk-buruknya kepada mereka (orang Yahudi) sampai hari Kiamat. Sesungguhnya Tuhanmu sangat cepat siksa-Nya, dan sesungguhnya Dia Maha Pengampun, Maha Penyayang.” (QS. Al-A’raf 7: Ayat 167)
Azab yang seburuk buruknya kepada orang Yahudi sampai hari kiamat
Dalam tafsir lengkap Kementrian Agama RI; Nabi Muhammad dalam ayat ini diingatkan oleh Allah tentang pemberitahuan-Nya kepada orang-orang Yahudi, bahwa Dia akan mengirimkan manusia lain yang lebih perkasa dari mereka untuk menjajah dan menyiksa mereka. Mereka selalu akan hidup dalam kehinaan dan penderitaan sampai akhir zaman, disebabkan tindakan mereka yang bertentangan dengan hukum-hukum Allah. Dalam sejarah telah terbukti dengan jelas ancaman Allah tersebut. Sesudah zaman Nabi Sulaiman, bangsa Yahudi diperangi oleh bangsa Babilonia di bawah raja Nebukadnezar, mereka hancur, laki-laki banyak yang dibunuh dan wanita-wanitanya banyak yang dijadikan hamba sahaya. Banyak pula di antara mereka yang di bawa ke Babilonia sebagai tawanan, sesudah itu mereka dijajah berganti-ganti oleh bermacam-macam kerajaan, karena itu mereka mengalami penderitaan berabad-abad lamanya akibat peperangan yang tak henti-hentinya. Akhirnya mereka jatuh ke tangan bangsa Romawi sampai zaman Nabi Isa.
Zaman Romawi Kristen mereka tidak mempunyai kekuasaan lagi, bahkan mereka diusir dari negeri mereka dan terpencar-pencar di beberapa negeri. Sebagian mereka melarikan diri ke Jazirah Arab. Tinggallah mereka di daerah ini dengan aman. Tetapi kemudian sesudah agama Islam datang, mereka memusuhi Nabi Muhammad. Padahal beliau telah memberikan kebebasan kepada mereka hidup di daerah Islam berdasarkan perjanjian dengan mereka. Karena sikap permusuhan dan pengkhianatan mereka, terpaksa kaum Muslimin mengusir mereka dari daerah Islam. Ada pula di antara mereka yang dibunuh atau terbunuh karena berpihak kepada kaum musyirikin waktu peperangan (Perang Ahzab).
Pada abad ke 20, mereka mengalami penderitaan yang tak terperikan. Dalam perang dunia kedua yang lalu, banyak orang Yahudi menjadi korban kekuasaan Nazi Jerman. Di Amerika, di Eropa dan di Rusia, dewasa ini mereka masih banyak mengalami penghinaan. Meskipun orang Yahudi sekarang sudah mempunyai tanah air (Negara Israel) namun mereka tetap dalam penderitaan, karena sikap mereka juga, disebabkan umat manusia di dunia ini, terutama umat Islam memusuhi mereka. Negara Israel itu dibentuk dengan mengusir rakyat Palestina yang menjadi penduduk asli negara tersebut. Demikianlah nasib bangsa Yahudi itu. Sesungguhnya hukum Allah berlaku terhadap umat yang mendurhakai perintah-perintah-Nya dan membuat onar. Tetapi pengampunan dan kasih sayang Allah sangatlah besar dan luas bagi mereka yang taubat dari dosanya, kembali ke jalan Allah dengan penuh kesadaran, dan dengan jalan mengadakan perbaikan. Allah pasti menghapus penderitaan mereka.
Syekh Ahmad Yassin: Israel akan Hancur 2027; Meski Israel didukung oleh kekuatan yang besar, kekuatan itu tidak ada yang kekal.
Israel berdiri di atas kezaliman dan penindasan sehingga segala sesuatu yang lahir dari penindasan akan berakhir pada kehancuran.
Menurut Syekh Ahmad Yassin yang telah wafat pada 2004 lalu, meski Israel didukung oleh kekuatan yang besar, kekuatan itu tidak ada yang kekal. Dia mengibaratkan kekuatan itu sama halnya seperti manusia yang lahir, tumbuh, besar, tua dan kemudian meninggal. Sama halnya dengan sebuah negara.
Negara akan tumbuh, berkembang sedikit demi sedikit, berada pada puncak kejayaannya kemudian akan hancur. Syekh Ahmad Yassin pun menganalisis saat Israel berusia 50 tahun, keberadaannya tidak akan lama.
Dia meyakini analisa tersebut bersumber dari dalam Alquran. Dikatakan ada fase generasi setiap 40 tahun akan berubah. Sebelumnya Palestina mengalami peristiwa nakbah (1948) pada 40 tahun pertama. Kemudian pada 40 tahun kedua Palestina mengalami persitiwa Intifada (1987), dimana penduduk Palestina mengalami penyerangan, pengeboman, dan penindasan.
Termasuk Syekh Ahmad yang wafat akibat pengeboman Israel seusai shalat Subuh di dalam mobil. Kemudian atas izin Allah SWT pada 40 tahun kemudian eksistensi Israel akan hilang. Hal ini dia yakini jelas tercantum dalam syariat Alquran.
Syahidnya Syekh Ahmad Yassin
Syekh Ahmad Yassin syahid pada Senin 22 Maret 2004 yang bertepatan dengan 1 Shafar 1425 Hijriyah. Pemimpin spiritual Hamas tersebut gugur di Jalur Gaza setelah tiga buah rudal yang dilepaskan melalui helikopter Apache milik tentara Israel menghantam tubuhnya yang lumpuh total. Saat itu, ia baru saja selesai menunaikan shalat Subuh berjamaah di Masjid Al-Mujama’ Al-Islami di Kota Gaza.
Semasa hidupnya, Syekh Yassin dikenal gigih dalam melakukan perlawanan terhadap penjajah Zionis Israel. Sosoknya menjadi motivator dan pemompa semangat jihad di kalangan generasi muda Palestina. Walaupun usianya uzur, kondisi tubuhnya lumpuh dari leher hingga ujung kaki dan setiap hari harus menggunakan kursi roda, hal itu tidak menghalanginya untuk berdakwah, memimpin dan membina umat serta berjuang bersama rakyat Palestina di Jalur Gaza. Karena itu, beliau seringkali dijadikan target sasaran tentara Israel.
Nama lengkapnya Syekh Ahmad Ismail Yassin, dilahirkan di desa Al-Jaurah, pinggiran Al-Mijdal, sebelah selatan Kota Gaza (sekarang dekat Ashkelon di Israel). Tanggal kelahirannya tidak diketahui secara pasti. Menurut paspor Palestinanya, ia lahir pada 1 Januari 1929. Namun, ia telah menyatakan bahwa sebenarnya lahir pada 1938. Sedangkan, sumber Palestina mendaftarkan tahun 1937 sebagai tahun kelahirannya.
Saat masih kanak-kanak, ia dan keluarganya telah dipaksa menjadi pengungsi. Hal ini disebabkan terjadinya peperangan rakyat Palestina dengan Israel pada 1948. Sejak saat itu hingga akhir hayatnya, ia tinggal dan hidup di tanah pengungsian.
Saat berusia 12 tahun, ia mengalami kecelakaan dalam sebuah kegiatan olahraga sehingga menyebabkan kelumpuhan total. Dan, itu membuatnya harus menggunakan kursi roda sepanjang sisa hidupnya. Syekh Yassin sempat mengenyam pendidikan di Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir. Namun, karena alasan kesehatan, ia tidak dapat melanjutkan studinya hingga tamat. Selanjutnya, ia memperoleh pendidikan di rumah. Seperti halnya pelajaran yang didapatkan melalui lembaga pendidikan resmi, saat bersekolah di rumah, ia juga mendapatkan pengajaran mengenai filsafat, agama, politik, sosiologi, dan ekonomi.
Kendati memiliki keterbatasan secara fisik, Syekh Yassin pernah bekerja sebagai guru bahasa Arab dan tarbiyah Islamiyah di sebuah sekolah dasar di Rimal, Gaza. Kemudian, ia bertugas sebagai khatib dan guru di masjid-masjid di sepanjang jalur Gaza. Pada masa penjajahan, ia menjadi khatib paling populer di kalangan masyarakat Kota Gaza karena kekuatan argumentasi dan keberaniannya dalam menegakkan kebenaran. Agresi tentara Israel terhadap tanah Palestina yang tiada berkesudahan hingga saat ini membuat Syekh Yassin bersama dua orang rekannya Abdel Aziz al-Rantissi dan Khaled Meshal terpanggil untuk mendirikan sebuah organisasi perlawanan terhadap penjajah zionis Israel. Pada 1987, tiga serangkai ini menyepakati pendirian Hamas.
Di kalangan para petinggi Hamas, Syekh Yassin merupakan tokoh spiritual gerakan Hamas. Di samping itu, ia juga seorang pemimpin bagi pejuang dan rakyat Palestina melawan penjajah Israel. Sebagai tokoh spiritual dan pemimpin dalam perjuangan, Syekh Yassin banyak memberikan keteladanan bagi pengikutnya dan rakyat Palestina, juga bagi umat Islam di seluruh dunia. Dalam suatu khutbahnya, Syekh Yassin pernah berkata: ”Umat ini tidak akan pernah memiliki kemuliaan dan meraih kemenangan kecuali dengan Islam. Tanpa Islam tidak pernah ada kemenangan. Kita selamanya akan selalu berada dalam kemunduran sampai ada sekelompok orang dari umat ini yang siap menerima panji kepemimpinan yang berpegang teguh kepada Islam, baik sebagai aturan, perilaku, pergerakan, pengetahuan, ataupun jihad. Inilah satu-satunya jalan. Pilih Allah SWT atau binasa!”
Semangat perlawanan terhadap penjajah Israel yang terus dikobarkan Syekh Yassin kepada para generasi muda Palestina, membuatnya kerap menjadi incaran tentara Israel. Pada 1983, ia ditangkap rezim imperialis Israel atas tuduhan memiliki senjata, membentuk pasukan militer dan menyerukan pelenyapan eksistensi negara Yahudi. Karena itu, beliau dihadapkan ke Mahkamah Militer Israel dan divonis 13 tahun penjara.
Pada 1985, beliau dibebaskan dalam rangka pertukaran tahanan antara pihak Israel dengan Front Rakyat untuk pembebasan Palestina, setelah mendekam selama 11 bulan dalam penjara Israel. Pada akhir Agustus 1988, militer Israel menyerbu rumah kediamannya di Gaza. Mereka melakukan penggeledahan dan mengancam membuangnya dari atas kursi roda ke Lebanon.
Kemudian, pada malam hari tanggal 17 Mei 1989, rezim Israel kembali menangkap Syekh Yassin beserta ratusan aktivis gerakan Hamas lainnya. Tindakan pemerintah Israel tersebut sebagai upaya menghentikan perlawanan bersenjata yang terjadi ketika itu. Syekh Yassin dituduh mendalangi serangan rakyat Palestina atas Israel dan melucuti senjata serdadu-serdadu Israel, warga Yahudi, serta penculikan terhadap agen-agen Israel.
Pada 16 Oktober 1991, Mahkamah Militer Israel mengeluarkan keputusan dengan memvonis Syekh Yassin berupa penjara seumur hidup ditambah 15 tahun, setelah disodorkan daftar tuduhan sebanyak sembilan item. Tuduhan itu, antara lain, seruan (provokasi) penculikan dan pembunuhaan terhadap serdadu-serdadu Israel, pendirian gerakan Hamas beserta sayap militer, dan dinas keamanannya.
Di samping menderita kelumpuhan total, Syekh Yassin juga menderita beberapa penyakit lain. Di antaranya, kebutaan di mata kirinya dan lemah pandangan di mata kanannya akibat penyiksaan yang dialaminya saat menjalani penyidikan, menderita radang telinga cukup kronis, alergi paru-paru, serta beberapa penyakit dan peradangan dalam dan usus. Kondisi penahanan yang buruk membuat kesehatan Syekh Yassin makin merosot, sehingga harus dipindahkan ke rumah sakit beberapa kali. Kondisi kesehatannya terus menurun akibat penahanan dan tidak adanya pelayanan kesehatan yang memadai.
Pada 13 Desember 1992, sekelompok sukarelawan berani mati (fida’i) dari Brigade Izzuddin al-Qassam dengan menculik seorang serdadu militer Israel. Brigade Izzuddin al-Qassam menuntut pelepasan serdadu Israel tersebut dengan kompensasi pembebasan Syekh Yassin dan beberapa tawanan di penjara rezim Israel. Di antara mereka ada yang sedang menderita sakit, orang lanjut usia, serta beberapa tawanan Arab yang ditangkap militer Israel di Lebanon.
Namun, pihak Israel menolak tuntutan tersebut, bahkan balik melancarkan serangan ke lokasi penahanan serdadu Israel tersebut sehingga menyebabkan kematian komandan kesatuan penyerangan pasukan Israel dalam penyerangan tersebut.
Rabu pagi, 1 Oktober 1997, Syekh Yassin dibebaskan berkat perjanjian yang berlangsung antara pemerintah Yordania dan Israel, dengan kompensasi penyerahan dua orang mata-mata zionis yang tertangkap di Yordania setelah mereka gagal dalam upaya pembunuhan terhadap Khaled Meshal, Kepala Biro Politik Hamas di Amman. Republika 13 Nov. 2023
Netanyahu Takut Ditangkap ICC, Jadi Buronan di Banyak Negara.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dijadwalkan melakukan kunjungan ke Amerika Serikat (AS) bulan ini dengan pesawat pemerintah tanpa singgah di Eropa. Keputusan ini diambil karena kekhawatiran atas kemungkinan surat perintah penangkapan terhadap Netanyahu.
Pada bulan Mei, Jaksa Pengadilan Pidana Internasional (ICC) Karim Khan menyatakan bahwa ia sedang mencari surat perintah penangkapan untuk beberapa tokoh Israel, termasuk Netanyahu dan Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant, terkait kejahatan perang di Gaza. Pemimpin Hamas seperti Yahya Sinwar, Mohammed Deif, dan Ismail Haniyeh juga masuk dalam daftar yang dicari. CNBC Indonesia –
Semoga penderitaan rakyat Palestina segera berakhir dan kezaliman dihancurkan sehancur hancurnya