Azab-Azab yang Ditimpakan kepada Kaum Sebalumnya Harusnya Menjadi Pelajaran

‎أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ
وَيٰقَوْمِ  لَا  يَجْرِمَنَّكُمْ  شِقَا قِيْۤ  اَنْ  يُّصِيْبَكُمْ  مِّثْلُ  مَاۤ  اَصَا بَ  قَوْمَ  نُوْحٍ  اَوْ  قَوْمَ  هُوْدٍ  اَوْ  قَوْمَ  صٰلِحٍ  ۗ وَمَا  قَوْمُ  لُوْطٍ  مِّنْكُمْ  بِبَعِيْدٍ
“Dan wahai kaumku! Janganlah pertentangan antara aku (dengan kamu) menyebabkan kamu berbuat dosa, sehingga kamu ditimpa siksaan seperti yang menimpa kaum Nuh, kaum Hud, atau kaum Saleh, sedang kaum Luth tidak jauh dari kamu.” (QS. Hud 11: Ayat 89)
Azab azab yang ditimpakan kepada kaum kaum sebalumnya harusnya menjadi pelajaran
Dalam tafsir lengkap Kementrian Agama RI; Pada ayat ini diterangkan bahwa Nabi Syuaib a.s. menjelaskan kepada kaumnya nasihat dan peringatan dengan mengatakan, “Hai kaumku, janganlah pertentangan antara aku dengan kamu, karena kamu masih tetap mempertahankan menyembah berhala dan patung-patung, dan menganiaya hak orang lain dengan mengurangi takaran, timbangan dan lain-lain, mendorong dan menyebabkan kamu menjadi orang-orang yang jahat sehingga kamu ditimpa oleh azab yang membinasakan di dunia ini sebagai-mana azab topan yang menenggelamkan kaum Nuh atau azab angin keras yang memusnahkan kaum Hud atau azab suara keras mengguntur yang mematikan kaum Saleh.”
Kalau azab yang menimpa kaum-kaum itu yang disebabkan pembangkangan mereka terhadap Allah dan rasul-rasul-Nya, tidak dapat menjadi contoh dan pelajaran bagimu, karena sudah jauh masanya atau tempatnya dari kamu, maka perhatikanlah tentang azab hujan batu yang membakar dan memusnahkan kaum Luth. Peristiwa ini tidaklah jauh masa dan tempatnya dari kamu.
“Azab yang menimpa umat-umat terdahulu harus menjadi pelajaran, agar kita tidak mengulangi kesalahan yang sama dengan mendustakan kebenaran.”
Pesan tadabbur:
• Sejarah bukan sekadar cerita, tetapi peringatan.
• Umat yang ingkar pasti akan dihancurkan oleh Allah.
• Orang beriman wajib mengambil hikmah agar selamat dari kebinasaan dunia dan akhirat.
ۚ فَا قْصُصِ  الْقَصَصَ  لَعَلَّهُمْ  يَتَفَكَّرُوْنَ…”
“…Maka ceritakanlah kisah-kisah itu agar mereka berpikir.” (QS. Al-A’raf 7: Ayat 176)
Fungsi kisah dalam Al-Qur’an: bukan hanya sebagai cerita, tapi sebagai peringatan dan cermin hidup.
Allah SWT sering mengulang dalam beberapa ayat al Quran untuk menyampaikan kisah kisah supaya menjadi pelajaran
“Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pelajaran bagi orang-orang yang berakal.” (QS. Yusuf: 111)
Doa supaya dapat mengambil pelajaran dari kisah kisah umat umat terdahulu ;
اللَّهُمَّ اجْعَلْنَا مِمَّنْ يَتَّعِظُ بِآيَاتِكَ، وَلَا تَجْعَلْنَا مِمَّنْ يُعَانِدُ الْحَقَّ فَيَسْتَحِقُّ عَذَابَكَ، وَنَجِّنَا كَمَا نَجَّيْتَ أَنْبِيَاءَكَ وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُمْ
Allāhumma aj‘alnā mimman yata‘izhu bi-āyātika, wa lā taj‘alnā mimman yu‘ānidu al-haqqa fa-yastaḥiqqu ‘adhābaka, wa najjinā kamā najjayta anbiyā’aka walladzīna āmanū ma‘ahum.
“Ya Allah, jadikanlah kami termasuk orang yang mengambil pelajaran dari ayat-ayat-Mu. Janganlah Engkau jadikan kami orang yang membangkang terhadap kebenaran hingga berhak mendapat azab-Mu. Selamatkanlah kami sebagaimana Engkau menyelamatkan para nabi-Mu dan orang-orang yang beriman bersama mereka.”