أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ
وَيَوْمَ  يَحْشُرُهُمْ  كَاَ نْ  لَّمْ  يَلْبَثُوْۤا  اِلَّا  سَا عَةً  مِّنَ  النَّهَا رِ  يَتَعَا رَفُوْنَ  بَيْنَهُمْ  ۗ قَدْ  خَسِرَ  الَّذِيْنَ  كَذَّبُوْا  بِلِقَآءِ  اللّٰهِ  وَمَا  كَا نُوْا  مُهْتَدِيْنَ
“Dan (ingatlah) pada hari (ketika) Allah mengumpulkan mereka, (mereka merasa) seakan-akan tidak pernah berdiam (di dunia) kecuali sesaat saja pada siang hari, (pada waktu) mereka saling berkenalan. Sungguh rugi orang yang mendustakan pertemuan mereka dengan Allah dan mereka tidak mendapat petunjuk.” (QS. Yunus 10: Ayat 45)
Tertipu oleh kehidupan dan kenikmatan dunia yang sifatnya hanya sementara
Dalam tafsir lengkap Kementrian Agama RI; Allah memerintahkan Rasul-Nya agar memberikan peringatan kepada orang musyrik bahwa Allah akan menimpakan siksa kepada mereka di Hari Kiamat yaitu pada saat mereka dihimpun di Padang Mahsyar setelah mereka dibangkitkan kembali dari alam kubur. Mereka akan diperiksa pada hari itu dan akan diberikan pembalasan yang setimpal dengan amalnya.
Pada hari itu mereka akan dapat membandingkan betapa lamanya waktu yang harus mereka lalui apabila dibandingkan dengan kehidupan dunia yang terasa sebentar saja. Di saat itulah mereka akan merasa menyesal karena tertipu oleh kehidupan dan kenikmatan dunia yang sifatnya hanya sementara, serta melupakan kehidupan akhirat padahal kehidupan akhirat itu adalah kehidupan yang kekal dan di saat itu pulalah mereka akan merasakan penyesalan yang berkepanjangan dan menerima hukuman.
“Pada hari mereka melihat azab yang dijanjikan, mereka merasa seolah-olah mereka tinggal (di dunia) hanya sesaat saja pada siang hari. Tugasmu hanya menyampaikan. Maka tidak ada yang dibinasakan kecuali kaum yang fasik (tidak taat kepada Allah). (al- Ahqaf/46: 35).
Supaya tertipu oleh kenikmatan dunia yang sementara dan tetap memperhatikan kehidupan akhirat.
1. Sadari Sementara-nya Dunia; Renungkan bahwa segala yang kita punya—harta, jabatan, bahkan tubuh kita sendiri—akan hilang pada waktunya. Banyak ayat dalam Al-Qur’an mengingatkan kita, “Kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan yang memperdaya.” (QS. Al-Hadid: 20)
Dengan kesadaran ini, kita jadi lebih waspada dan tidak mudah terlena.
2. Perbanyak Mengingat Kematian (dzikrul maut); Nabi Muhammad SAW bersabda: “Perbanyaklah mengingat pemutus segala kenikmatan (kematian).” (HR. Tirmidzi).
Mengingat kematian membantu menata ulang prioritas hidup dan menurunkan ego serta keserakahan.
3. Perkuat Hubungan dengan Allah; Dengan menjaga salat tepat waktu, membaca dan memahami Al-Qur’an, serta memperbanyak dzikir dan doa, hati kita akan lebih “terikat” pada akhirat daripada dunia.
4. Bergaul dengan Orang-Orang Saleh;  Lingkungan sangat berpengaruh. Teman yang baik akan mengingatkan kita saat mulai tergelincir ke arah duniawi yang berlebihan.
5. Bersedekah dan Menolong Orang Lain; Ini cara konkret untuk “menginvestasikan” harta dunia ke akhirat. Nabi bersabda: “Sedekah tidak mengurangi harta.” (HR. Muslim)
6. Belajar Ilmu Agama Secara Konsisten; Ilmu adalah cahaya. Semakin kita belajar, semakin kita paham bahwa dunia ini bukan tujuan akhir, hanya tempat ujian.
“Ya Allah, jangan jadikan dunia sebagai tujuan utama kami, jangan jadikan dunia sebagai puncak ilmu kami, jangan jadikan neraka sebagai tempat kembali kami, dan jadikanlah surga sebagai tempat tinggal dan ketenangan kami.”
		
