Setiap generasi tumbuh dengan cara berpikir dan merasakan yang berbeda. Generasi Z mereka yang lahir di tengah pesatnya kemajuan teknologi tumbuh dengan koneksi internet di tangan dan informasi yang tak terbatas di depan mata. Namun di balik kemajuan itu, muncul tantangan baru dalam dunia pendidikan: bagaimana cara mendidik Gen Z agar tetap disiplin, tanpa kehilangan sentuhan empati dan nilai-nilai adab?
Di Al Masoem, kami percaya bahwa disiplin bukan hanya soal aturan, tapi soal kesadaran diri dan tanggung jawab. Bagi siswa Gen Z, pendekatan keras tanpa penjelasan justru bisa memicu perlawanan diam-diam. Mereka bukan tidak mau diatur mereka hanya ingin dimengerti dulu sebelum diarahkan.
- Gen Z Bukan Generasi yang Anti Aturan
Sering muncul anggapan bahwa Gen Z sulit diatur, mudah tersinggung, dan cepat menolak perintah. Padahal, mereka hanya butuh pendekatan yang lebih manusiawi. Mereka ingin tahu mengapa sesuatu harus dilakukan, bukan sekadar karena guru bilang begitu.
Di sinilah peran guru sebagai teladan diuji. Di SMP dan SMA Al Masoem, kedisiplinan ditanamkan lewat keteladanan, bukan sekadar perintah. Guru hadir bukan hanya sebagai pengajar, tapi juga pembimbing yang memahami perasaan dan konteks hidup siswanya.
- Empati sebagai Jembatan Antara Guru dan Siswa
Empati bukan berarti memanjakan. Dalam pendidikan Islami, empati justru menjadi cara untuk mendekati hati siswa sebelum menyentuh pikirannya. Rasulullah SAW sendiri adalah teladan terbaik dalam mendidik dengan kelembutan tanpa kehilangan ketegasan.
Guru-guru di Al Masoem berusaha meneladani hal ini — memahami alasan di balik perilaku siswa, mendengar sebelum menegur, dan mengajak berdialog tanpa menghakimi. Dengan begitu, disiplin menjadi proses tumbuh, bukan hukuman.
- Disiplin dalam Bingkai Nilai Islami
Sebagai sekolah Islam di Bandung yang memadukan sains dan nilai agama, Al Masoem menanamkan disiplin bukan hanya dalam hal waktu dan aturan, tapi juga dalam akhlak dan tanggung jawab sosial.
Siswa dibimbing untuk menghormati guru, menjaga kebersihan lingkungan, menepati janji, dan berani jujur meski sulit. Semua ini dilakukan dengan pendekatan yang konsisten, lembut, namun tegas — karena disiplin yang tidak diiringi empati hanya melahirkan ketakutan, bukan kesadaran.
- Mengajarkan Adab Sebelum Ilmu
Nilai ini menjadi fondasi utama pendidikan di Al Masoem. Sebelum memahami rumus atau teori, siswa diajarkan cara bersikap, berinteraksi, dan menghargai orang lain.
Pendekatan ini terbukti efektif menghadapi karakter Gen Z yang kritis dan ekspresif. Mereka belajar bahwa menjadi pintar saja tidak cukup; menjadi manusia yang beradab jauh lebih penting.
Ketika adab menjadi dasar, disiplin tumbuh dengan sendirinya — bukan karena takut dihukum, tapi karena sadar ingin berbuat baik.
- Sekolah yang Menyatu dengan Dunia Mereka
Gen Z hidup di dunia digital. Karena itu, pendekatan mendidik mereka juga perlu relevan dengan dunia yang mereka pahami.
Al Masoem memanfaatkan teknologi dalam pembelajaran, namun tetap menjaga nilai-nilai islami agar siswa tidak kehilangan arah. Guru berperan sebagai “kompas moral”, bukan sekadar pengajar akademik.
Dengan cara ini, siswa tidak hanya disiplin dalam tugas sekolah, tapi juga dalam penggunaan teknologi — tahu kapan harus fokus, kapan boleh bersantai, dan kapan harus menahan diri.
- Disiplin dengan Sentuhan Empati, Bukan Emosi
Ketika seorang siswa melakukan kesalahan, reaksi pertama bukan marah, tapi memahami. Mengapa hal itu terjadi? Apa yang bisa diperbaiki bersama?
Pendekatan seperti ini membuat siswa merasa aman untuk belajar dari kesalahan, bukan takut untuk jujur.
Inilah yang membuat sistem pendidikan di Al Masoem terasa hidup dan manusiawi. Disiplin tetap ditegakkan, tapi dengan wajah yang ramah. Tegas, tapi tidak kasar. Serius, tapi tetap hangat.
- Melahirkan Generasi Beradab dan Mandiri
Tujuan akhir pendidikan bukan hanya mencetak siswa yang lulus ujian, tetapi melahirkan pribadi yang beradab, mandiri, dan peka terhadap sesama.
Dengan fondasi empati dan disiplin islami, siswa diajarkan untuk memahami tanggung jawabnya sebagai pelajar, anak, dan calon pemimpin.
Mereka belajar bahwa menjadi manusia disiplin bukan berarti menjadi kaku, tapi mampu menempatkan diri dengan bijak — baik di sekolah, rumah, maupun dunia digital.
Disiplin yang Menyentuh Hati
Mendidik Gen Z adalah tantangan sekaligus peluang. Dengan pendekatan yang lembut namun tegas, disiplin bisa tumbuh menjadi kesadaran, bukan paksaan.
Al Masoem percaya bahwa setiap generasi memiliki cara belajar yang berbeda, tapi tujuan akhirnya tetap sama: menjadi manusia yang berilmu, beradab, dan berempati.
Karena di dunia yang serba cepat ini, disiplin tanpa empati hanya akan melahirkan jarak. Tapi disiplin yang dibalut kasih dan pemahaman — itulah yang membuat pendidikan menjadi indah dan bermakna.