Salah satu harapan orang tua terhadap anaknya adalah memiliki sifat mandiri. Memiliki sifat mandiri adalah hal yang sangat penting bagi setiap orang, khususnya bagi anak usia dini. Tanpanya, anak akan kesulitan untuk beradaptasi di lingkungan masyarakat karena tidak bisa melakukan sesuatu tanpa orang tua.
Maka dari itu, orang tua punya kewajiban untuk mengajarkan anaknya untuk hidup mandiri. Banyak hal yang bisa dilakukan, salah satu caranya adalah mempercayakan pondok pesantren sebagai wadah belajarnya. Mari kenali bersama cara melatih kemandirian anak melalui pondok pesantren.
Melatih Kemandirian Anak Melalui Pondok Pesantren
Melatih kemandirian sedari dini memanglah kewajiban orang tua, namun sekolah juga bisa menjadi tempat yang tepat untuk melatih hal tersebut. Lingkungan sekolah terlahir sebagai tempat bagi setiap siswa untuk berekspresi diri, menemukan minat dan bakat, bergaul dengan teman sebaya dan masih banyak lagi.
Sebagai kepanjangan tangan dari orang tua, guru akan memantau segala perkembangan siswa dan memastikan mereka mendapatkan pengalaman belajar yang terbaik. Bila dikaitkan dengan belajar mandiri, maka guru dapat mengajak siswa untuk lebih berani dan lebih cerdas dalam menghadapi sesuatu secara sendiri.
Secara umumnya begitu, dan hal ini semakin bertambah tingkat kesulitannya ketika masuk ke pondok pesantren. Jujur saja, siapa yang tidak senang harus tinggal berpisah dengan orang tua dalam kurun waktu yang lama hanya demi belajar?
Memang terdengar sulit dan mustahil, tetapi justru inilah wujud belajar mandiri yang paling konkrit bagi seorang siswa. Ia akan banyak belajar banyak hal ketika mulai melakukan segala hal secara sendiri. Ia akan berjumpa dengan teman seperjuangan dalam satu kamar yang siap membuat kehidupan di pesantren menjadi lebih berwarna.
Lalu apa saja bentuk melatih kemandirian anak sebagai santri di lingkungan pesantren? Mari simak penjelasannya berikut!
Melatih Tanggung Jawab
Menjadi siswa santri di pondok pesantren berarti harus siap untuk melakukan hal secara sendiri. Inilah wujud tanggung jawab yang harus diemban, memastikan diri agar bisa tetap bertahan dan betah tinggal di lingkungan pesantren.
Setiap anak yang menjadi santri akan diberikan petunjuk di awal masuk bahwa ada tata tertib yang harus dipatuhi, ada adab yang harus dijaga, dan ada jadwal harian yang harus dilalui. Ketika Ia melanggar peraturan yang ada, maka Ia tahu akan ada konsekuensi yang harus diterima. Misalnya seperti mendapatkan sanksi hukuman, mendapatkan teguran atau penyitaan barang bila berhubungan dengan penggunaan barang ilegal.
Terkait dengan memantau pelaksanaan kegiatan di pesantren, maka wali santri lah yang punya kuasa akan hal tersebut selain oleh anak santri itu sendiri. Wali santri berperan sebagai ‘orang tua asuh’ bagi setiap santri dengan cara memantau, menilai dan juga memberikan bimbingan kepada mereka. Inilah salah satu cara agar siswa santri bisa tetap lancar menjalankan tanggung jawabnya.
Melatih Manajemen Waktu
Tidak hanya sekolah, asrama pesantren pun juga memiliki jadwal kegiatan sehari-hari yang mesti diikuti oleh setiap siswa santri. Jadwal harian yang diberikan dapat membantu mereka untuk belajar mengatur waktu dengan efektif dan terarah, memastikan bahwa setiap santri memiliki kegiatan positif yang dilakukan setiap hari.
Mungkin awalnya akan terasa berat karena belum terbiasa, tetapi seiring waktu, siswa santri akan terbiasa melakukannya. Kuncinya adalah pada konsistensi yang menciptakan kebiasaan baru dalam hidup mereka. Inilah wujud manajemen waktu yang diterapkan dengan baik.
Salah satu contoh bentuk manajemen waktu yang penting bagi santri di asrama pesantren adalah bangun pagi. Setiap santri harus bangun sebelum adzan shubuh dan mempersiapkan diri untuk sholat berjama’ah. Bagi yang belum terbiasa, hal ini akan sangat sulit sekali. Namun seiring waktu, berkat memaksa diri dan juga didukung oleh teman satu kamarnya, maka Ia mulai terbiasa untuk bangun pagi untuk sholat berjama’ah. Kebiasaan ini pun berlanjut ketika sudah mencapai usia dewasa.
Melatih Rasa Empati
Menjadi santri di pesantren berarti melakukan aktivitas harian di lingkungan pesantren bersama santri lainnya. Hubungan yang terus menerus dengan teman sebaya, baik itu teman satu kamar ataupun teman lainnya dalam satu asrama, dapat menumbuhkan keterikatan perasaan dan batin antar sesama. Ada masanya ketika sedang berkumpul bersama dan menceritakan suatu hal dan ikut membayangkan kalau dirinya berada dalam kondisi tersebut, inilah yang dapat meningkatkan kemampuan berempati.
Lalu apa hubungannya dengan sifat mandiri? Memiliki rasa empati dapat mendukung kemandirian seseorang dengan cara memperbaiki hubungan sosial. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Alodokter, bahwa salah satu manfaat empati adalah membangun hubungan sosial yang mana sangat dibutuhkan ketika ingin belajar mandiri. Siswa santri bakal sering menghadapi berbagai situasi secara sendiri, caranya dengan perlu memahami cara menghadapi seseorang dan memberikan respons yang tepat dalam segala situasi sosial.
Selain itu, rasa empati dapat melatih emosi diri sendiri. Kemampuan mengendalikan emosi diri menjadi ciri kemandirian yang bisa dimiliki. Dalam perspektif santri, Ia akan bisa berpikir lebih rasional ketika menghadapi situasi yang sulit ketika tinggal di asrama pesantren. Ini juga termasuk perilaku tolong menolong antar sesama yang menandakan bahwa Ia sudah cukup mandiri untuk menolong orang lain tanpa perlu diminta.
Itulah bentuk melatih kemandirian anak melalui pondok pesantren yang penting untuk diketahui. Pengalaman belajar di pesantren bisa kalian dapatkan di Yayasan Al Ma’soem yaitu pesantren atau boarding school tingkat SMP dan SMA.
Kalian akan mendapatkan fasilitas yang beragam di lingkungan Yayasan, kurikulum pesantren yang sarat akan materi keagamaan maupun hafalan Al Qur’an, dan jadwal kepulangan santri setiap satu bulan sekali. Yayasan Al Ma’soem Bandung sudah dipercaya oleh ribuan orang tua untuk menitipkan anaknya untuk belajar dan mengembangkan potensi diri bersama guru-guru maupun wali santri kami. Mari bergabung menjadi bagian dari keluarga Yayasan Al Ma’soem!
Penulis: Gumilar Ganda