Sifat fathanah adalah salah satu sifat wajib yang dimilik Rasul. Fathanah artinya memiliki kecerdasan yang tinggi. Mengapa sifat ini penting dimiliki oleh Rasul? Ini berkaitan dengan misi suci yang telah diamanahkan oleh Allah SWT. Ujian dan tugas yang diberikan kepada Rasul memang sangat berat, namun berkat kecerdasan dan kewibawaannya, rintangan tersebut bisa dilalui. Hal ini pula yang dirasakan oleh para santri di lingkungan pesantren, walaupun dalam bobot yang lebih kecil.
Sosok Rasul seperti Rasulullah SAW tidak hanya berperan sebagai seorang Nabi atau tokoh Islam, melainkan pula menjadi pemimpin, panglima perang, pebinis hingga politisi sepanjang hidupnya. Dengan kecerdasannya, Beliau memberikan kesempatan kepada perwakilan tiap suku yang berada di Mekkah untuk membawakan Hajar Aswad ke Kabbah.
Di kala perang, ada salah satu riwayat dari Ali bin Abu Thalib ketika pasukan Islam dan pasukan suku Qurais sedang bersiap untuk pertempuran di daerah Badar. Rasulullah SAW mencari informasi dari dua orang pemuda yang menyediakan air minum kepada pasukan suku Quraisy perihal lokasi perkemahan mereka serta jumlah pasukannya.
Untuk pertanyaan yang pertama dijawab oleh kedua orang tersebut yaitu berada di balik bukit pasir, di bibir lembah yang paling ujung. Namun ketika ditanya jumlah pasukannya, mereka hanya terdiam lama lalu menjawab “Jumlah pasukan kami banyak sekali”. Kemudian Rasulullah SAW mengganti pertanyaannya, “Berapakah jumlah unta dan kambing yang mereka sembelih setiap harinya?”
Mereka hanya menjawab bahwa pada tiap harinya pasukan suku Quraisy menyembelih kambing kurang lebih 10 ekor. Mengetahui hal tersebut, Rasulullah SAW memprediksikan jumlah pasukan musuh sekitar seribu orang. Karena setiap satu kambing bisa diberikan untuk seratus pasukan. Beliau pun akhirnya tahu kekuatan musuh yang sebenarnya.
Itulah beberapa contoh jenis kecerdasan yang dimliliki oleh Rasulullah SAW, yang memang benar adanya mampu membantu proses dakwah Islam. Oleh karena itu, kita sebagai umat muslim juga semestinya untuk bisa menjaga kecerdasan agar berguna di kehidupan sehari-hari.
Khususnya bagi siswa santri di lingkungan pesantren, mereka akan hidup bersama banyak santri lainnya dalam satu asrama dan menimba ilmu didampingi wali santri. Tidak hanya ilmu formal saja yang diajarkan, tetapi juga ilmu agama yang dipelajari sepanjang hari ketika bangun pagi hingga menjelang tidur.
Hal itulah yang menjadi bentuk dari sifat fathanah dengan cara belajar tekun, mencari ilmu kepada guru, dan menambah wawasan serta pengetahuan. Oleh karena itu, penting bagi wali santri di pesantren maupun orang tua di rumah menanamkan sikap senang untuk belajar. Belajar ini tidak hanya demi kepentingan akademik semata, namun juga sebagai persiapan di masa depan nanti agar menjadi pribadi yang cerdas dan tangguh, serta memiliki perspektif pemikiran yang luas.
Di Yayasan Al Ma’soem sendiri, terdapat Pesantren Siswa Al Ma’soem yang dihuni oleh siswa SMP dan SMA Al Ma’soem. Pesantren ini memiliki visi untuk “Mewujudkan insan berintelektual tinggi dan berakhlakul karimah” yang ditunjukkan dengan membangun suasana belajar yang optimal serta harmonis antara santri dengan wali santri.
Aktivitas santri telah diatur sesuai jadwal harian yang berlaku, dimulai dari bangun pagi hingga jam tidur malam. Dimulai dari bangun pagi, semua santri melakukan persiapan untuk sholat Shubuh berjama’ah dan dilanjutkan wirid dan tadarus. Selanjutnya mereka akan melanjutkan kegiatan belajar di sekolah formal hingga memasuki waktu sholat Ashar.
Aktivitas santri selanjutnya dilanjutkan di lingkungan asrama pesantren. Setelah melaksanakan shalat Magrib dan shalat Isya berjama’ah, mereka akan melaksanakan pembelajaran di kelas, seperti kelas Al Qur’an/Tajwid, Fiqih, Akidah dan Akhlak, Nahwu Shorof dan bahasa. Ada pula kelas Tahsin dan kelas Tahfidz bagi santri yang ingin memperlancar bacaan Al Qur’an ataupun memperlancar hafalan Al Qur’an. Tak lupa ada kelas Takhossus Kitab Kuning sebagai materi ilmu khas pesantren.
Di akhir pekan, terdapat agenda Malam Kreasi atau AMB (Al Ma’soem Mencari Bakat), dimana para santri akan menampilkan bakat dan potensi santri baik di bidang agama, seni dan lainnya. Ini bisa menjadi wadah apreasiasi bagi para santri untuk terus giat belajar dan fokus pada apa yang disukainya.
Penulis: Gumilar Ganda

