أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ
يَحْلِفُوْنَ  بِا للّٰهِ  لَـكُمْ  لِيُرْضُوْكُمْ  ۚ وَا للّٰهُ  وَرَسُوْلُهٗۤ  اَحَقُّ  اَنْ  يُّرْضُوْهُ  اِنْ كَا نُوْا  مُؤْمِنِيْنَ
“Mereka bersumpah kepadamu dengan (nama) Allah untuk menyenangkan kamu, padahal Allah dan Rasul-Nya lebih pantas mereka cari keridaan-Nya jika mereka orang mukmin.” (QS. At-Taubah 9: Ayat 62)
Munafikun cenderung menggunakan nama Allah untuk menutupi niatnya
Dalam tafsir lengkap Kementrian Agama RI; Sabab Nuzul: Diriwayatkan Ibnu Mundzir dari Qatadah tentang sebab nuzul ayat ini, Qatadah berkata, “Kepada kami diberitahukan bahwa seorang lelaki dari kalangan munafik berkata tentang golongan yang tidak turut Perang Tabuk dimana turun ayat khusus mengenai mereka. Lelaki itu berkata, “Demi Allah bahwa sesungguhnya mereka yang tidak ikut berperang itu adalah orang-orang pilihan dan orang-orang yang mulia. Jika sekiranya benar apa yang dikatakan Muhammad tentulah mereka lebih jahat daripada keledai.” Ucapan lelaki itu didengar oleh seorang lelaki dari kalangan muslim, lalu ia berkata (sebagai jawaban terhadap orang-orang munafik itu), “Demi Allah, bahwa apa yang dikatakan Muhammad itu adalah benar dan engkau adalah lebih jelek daripada himar (keledai).”
Orang muslim itu pergi kepada Rasulullah untuk menceritakan kejadian itu maka orang-orang munafik itu didatangkan menghadap Nabi dan Nabi berkata, “Apakah yang mendorong engkau berkata demikian?” Orang munafik itu mengingkari ucapannya dan melaknati dirinya dengan bersumpah bahwa ia tidak pernah berkata demikian. Orang muslim itu berkata, “Hai Tuhanku benarkanlah orang yang benar dan dustakanlah orang yang dusta,” maka turunlah ayat ini.
Ayat ini menerangkan tentang kebiasaan orang-orang munafik sebagaimana halnya dengan orang-orang yang berbuat suatu kesalahan, seperti: mencuri, dan membunuh. Mereka selalu merasa dalam kesulitan karena mereka selalu dibayang-bayangi oleh akibat perbuatan mereka yang buruk yang mereka lakukan, dan mereka takut kebohongan mereka diketahui oleh orang-orang muslim. Mereka sering bersumpah sebagai cara untuk menutupi kejahatan dan kebohongan mereka.
Demikian perbuatan orang munafik, mereka bersumpah untuk meyakinkan orang-orang mukmin bahwa apa yang disampaikannya tentang kelakuan buruk mereka baik menentang maupun memburukkan Rasulullah adalah tidak benar. Hal ini dimaksudkan agar orang mukmin mengakui bahwa mereka adalah orang-orang yang bersih dari segala tuduhan. Mereka sering bersumpah dengan maksud menyenangkan Rasul dan mendapat kepercayaan dari orang-orang mukmin sehingga mereka mendapat perlindungan dari orang-orang mukmin; semestinya mereka berusaha mendapat keridaan Tuhan dan Rasul-Nya dengan iman yang sungguh-sungguh yang jauh dari kemunafikan dan keraguan jika benar-benar mereka ingin menjadi orang mukmin.
Meskipun orang-orang mukmin dapat diyakinkan dengan jalan bersumpah, dan kebohongan mereka tidak terungkap, namun Allah swt, tetap mengetahui segala sesuatu yang mereka perbuat dan sesuatu yang masih tersimpan di hati mereka. Ketika kemaslahatan menghendaki, Allah menurunkan kepada Rasul wahyu yang menjelaskan tentang semua yang mereka lakukan.
Ayat ini mengkritik orang-orang munafik yang bersumpah atas nama Allah di hadapan kaum mukmin untuk mendapatkan simpati dan keridhaan manusia, bukan karena keikhlasan kepada Allah.
- Sifat Munafik yang Menipu; Orang-orang munafik cenderung menggunakan nama Allah untuk menutupi niat mereka yang sebenarnya. Mereka ingin diterima oleh manusia, tetapi tidak tulus dalam iman mereka kepada Allah.
 - Keridhaan Allah Lebih Utama; Ayat ini mengingatkan bahwa tujuan hidup seorang mukmin adalah mencari keridhaan Allah dan Rasul-Nya, bukan hanya perhatian atau pujian manusia.
 - Kriteria Iman yang Benar; Iman yang sejati akan mengarahkan seseorang untuk memprioritaskan Allah dalam segala hal, termasuk dalam perkataan dan perbuatan, tanpa terpengaruh oleh keinginan untuk menyenangkan manusia.
 
Pelajaran dari Ayat Ini
– Jangan menggunakan nama Allah untuk kepentingan pribadi atau menipu orang lain.
–  Ketulusan dalam niat sangat penting bagi seorang mukmin.
–  Sebagai hamba Allah, kita harus selalu mengutamakan ridha-Nya di atas segalanya.
Ayat ini menjadi pengingat untuk menjaga keikhlasan dalam beribadah dan menjauhkan diri dari sifat munafik.
Doa untuk memohon perlindungan dari sifat munafik:
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ النِّفَاقِ
Allahumma inni a‘uudzu bika minan nifaaq
“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari sifat kemunafikan.”
		
