Program days sd 2023 (17)

5 Kesalahan yang Sering Dilakukan Orang Tua Saat Memondokkan Anak – Nomor 3 Sering Dianggap Sepele!

Memondokkan anak di pesantren adalah keputusan besar yang bisa membawa banyak kebaikan untuk masa depan anak—mulai dari ilmu agama yang lebih dalam, karakter yang kuat, hingga kemandirian. Tapi, proses menuju ke sana tidak selalu mudah. Tanpa persiapan yang matang, anak bisa kesulitan beradaptasi, bahkan merasa tidak betah di pesantren.

Banyak orang tua yang tanpa sadar melakukan kesalahan kecil namun dampaknya besar. Berikut lima kesalahan yang paling sering terjadi dan bagaimana cara menghindarinya.

1. Memilih Pesantren Tanpa Melibatkan Anak

Kesalahan pertama adalah memutuskan pesantren hanya berdasarkan rekomendasi atau nama besar tanpa mendengar pendapat anak. Akibatnya, anak merasa tidak dilibatkan, bahkan bisa merasa “dikirim begitu saja”.

Cara menghindarinya:
Ajak anak ikut dalam proses memilih pesantren. Datang langsung ke lokasi, lihat asrama, ruang kelas, dan suasana lingkungannya. Kenalkan dengan guru dan pengasuhnya. Dengan begitu, anak akan lebih siap secara mental dan merasa punya kendali atas pilihannya. Di Al Ma’soem, misalnya, orang tua dan anak bisa berkeliling melihat fasilitas sekaligus berdialog dengan pengurus sebelum memutuskan.

2. Terlalu Fokus pada Fasilitas, Lupa Cek Cara Didik

Banyak yang terpikat dengan bangunan mewah, kamar ber-AC, atau kantin yang lengkap, tapi lupa memastikan seperti apa metode pembelajaran dan pembentukan karakter di pesantren tersebut. Padahal, cara mendidik jauh lebih penting untuk perkembangan anak.

Cara menghindarinya:
Cari tahu keseimbangan antara pelajaran umum dan agama, bagaimana sistem kedisiplinannya, dan nilai apa yang ditanamkan. Contohnya, di Al Ma’soem, pendidikan ditekankan pada budaya disiplin, rasa malu berbuat salah, dan dorongan untuk berprestasi. Hal ini penting untuk memastikan anak berkembang bukan hanya secara akademik, tapi juga kepribadiannya.

3. Tidak Melatih Kemandirian Sejak di Rumah

Kesalahan yang sering disepelekan adalah langsung mengirim anak ke pesantren tanpa membiasakan mereka mandiri dulu. Banyak anak yang belum terbiasa mencuci pakaian, merapikan kamar, atau mengatur jadwal belajar, lalu kaget saat harus melakukan semuanya sendiri di pesantren.

Cara menghindarinya:
Biasakan anak untuk mandiri sejak di rumah—mulai dari hal sederhana seperti menyiapkan pakaian, mencuci piring, atau merapikan tempat tidur. Di pesantren seperti Al Ma’soem, santri memang didorong untuk mandiri lewat aktivitas sehari-hari, jadi persiapan ini akan sangat membantu anak beradaptasi lebih cepat.

4. Minim Komunikasi tentang Alasan dan Harapan

Banyak orang tua hanya berkata singkat “biar jadi anak sholeh/sholehah” tanpa memberi penjelasan lebih dalam. Akibatnya, anak merasa mondok hanyalah hukuman atau keputusan sepihak, bukan perjalanan yang punya tujuan jelas.

Cara menghindarinya:
Sebelum berangkat, bicarakan alasan dan manfaat mondok dengan bahasa yang mudah dipahami anak. Ceritakan juga kisah sukses alumni pesantren agar mereka punya gambaran yang memotivasi. Di Al Ma’soem, banyak santri yang berprestasi di bidang tahfidz maupun akademik—cerita seperti ini bisa jadi penyemangat bagi anak.

5. Melepas Begitu Saja Setelah Anak Masuk Pesantren

Kesalahan terakhir adalah kurang memberikan dukungan emosional. Setelah anak masuk, beberapa orang tua jarang berkomunikasi atau jarang datang menjenguk. Padahal, masa awal mondok adalah fase paling berat untuk anak.

Cara menghindarinya:
Tetap terhubung dengan anak melalui jadwal kunjungan, surat, atau pesan singkat sesuai aturan pesantren. Di Al Ma’soem, ada pertemuan rutin dan grup komunikasi antara pengurus dan orang tua, sehingga orang tua tetap bisa memantau dan memberi semangat. Dukungan ini membuat anak lebih percaya diri dan nyaman di lingkungan baru.

Memilih pesantren bukan hanya soal mencari tempat dengan fasilitas lengkap, tapi memastikan bahwa anak mendapatkan pendidikan dan pengalaman yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Dengan menghindari lima kesalahan di atas—melibatkan anak, memahami cara didik pesantren, melatih kemandirian, berkomunikasi tentang tujuan, dan mendampingi secara emosional—orang tua bisa membantu anak beradaptasi lebih mudah dan berkembang menjadi pribadi yang berakhlak, mandiri, dan berprestasi.