Dalam rangka memperkenalkan ilmu dan budaya sunda kepada generasi Z dan generasi Alpha, sudah selayaknya berbagai lembaga mengembangkan dan memperkenalkan lagi berbagai macam budaya sunda melalui pendekatan digitalisasi. Kegiatan yang diikuti dengan pendekatan digitalisasi jauh lebih memiliki nilai jual tersendiri bagi para siswa dan siswi pada era generasi ini, karena pada dasarnya generasi anak kelahiran tahun 1995-2010 dan 2011-2025 notabene cenderung lebih mudah menyerap teknologi informasi berbasis digital dibandingkan dengan berbagai macam pendekatan lainnya. Mengingat era ini teknologi informasi sudah berjalan sangat cepat dan bahkan generasi Z cenderung memiliki potensi yang besar dibidang teknologi digital seperti gadget. Dengan pendekatan digital ini diharapkan berbagai macam ilmu dan pendidikan termasuk memperkenalkan ilmu dan budaya kita bisa lebih mudah dicerna oleh anak anak zaman sekarang.

Berbicara tentang budaya dan teknologi kita tidak akan pernah bisa memakai teori bahwa dengan penggunaan teknologi budaya bisa lebih diserap dengan mudah tanpa ada goals atau bukti yang nyata. Faktanya di era digital seperti sekarang, budaya sunda sudah mulai dilupakan di Jawa Barat, jangankan budaya untuk berbahasa sunda saja anak anak sekarang sudah sedikit sulit mengingat anak anak jaman sekarang lebih suka menggunakan bahasa campuran seperti bahasa Indonesia yang dicampur sunda. Bahkan seperti dikutip dari jurnal Pendidikan Sosial Humaniora Vol.1, No.3 September 2022 dari 10 siswa usia 16 tahun kebawah 70% diantaranya menggunakan bahasa Indonesia dalam keseharian mereka dan 30% nya menggunakan bahasa campuran ini membuat bahasa Sunda sudah semakin dilupakan. Dengan adanya kegiatan atau kompetisi budaya yang dibalut dengan teknologi diharapkan siswa dan para peserta didik lainnya bisa lebih memahami dan mencintai budayanya masing masing.
Siswa SMP Al Ma’soem Juara 2 dalam Pasanggiri Tarucing Cakra Tingkat Provinsi 2024
Dalam rangka memperingati hari basa Indung satu siswa SMP Al Masoem berhasil meraih Pinunjul 2 tingkat SMP dalam Pasanggiri Tarucing Cakra tingkat SMP dan SMA setata dan umum se Jawa barat dan Banten 2024. Siswi yang berhasil meraih juara 2 dalam pasanggiri Tarucing cakra tingkat provinsi Jawa Barat dan Banten 2024 adalah Hilda Siti Nasyamah siswi kelas 9F SMP Al Masoem.
Bagi yang tidak tahu Pasanggiri Tarucing Cakra Cakra merupakan lomba mengisi teka-teki silang berbahasa Sunda. Secara umum Pasanggiri Tarucing Cakra merupakan kegiatan yang dapat mengasah kemampuan peserta didik dalam menjawab soal soal TTS dalam bahasa Sunda, kegiatan ini dimaksudkan untuk melestarikan bahasa Sunda sebagai bahasa Ibu di masyarakat Tatar Sunda.
Mengisi Pasanggiri Tarucing Cakra memiliki kesulitan tersendiri, secara umum ketika kita mengisi TTS menggunakan bahasa nasional seperti bahasa Indonesia merupakan hal yang lumrah dan kadang pun ada beberapa yang sulit untuk dijawab lantas bagaimana jika kita mengisi soal dan jawabannya harus menggunakan bahasa Sunda? Hal seperti ini yang membuat pasanggiri tarucing cakra menjadi sebuah hal yang cukup menguras otak untuk berpikir mengingat anak anak zaman sekarang atau generasi Z dan generasi alpha sudah mulai kurang paham dengan bahasa daerahnya sendiri. Jangankan generasi Z generasi milenial pun banyak yang tidak paham dengan bahasa sunda. Ditambah bahasa sunda menjadi salah satu bahasa yang memiliki banyak sekali kosa kata seperti makan saja memiliki beberapa kata seperti tuang, neda, dahar, nyatu, emam, ancin, rewog, wareg seubeuh, dan itu memiliki pola kata yang berbeda beda tergantung dari objek yang kita tuju seperti kata neda itu adalah istilah makan dalam bahasa sunda yang halus untuk diri sendiri, istilah dahar juga masih makna dari makan namun dalam bahasa sunda lama untuk diri sendiri atau untuk orang lain, adapun istilah tuang merupakan kata makan dalam bahasa sunda yang halus untuk orang lain, kata emam juga makan digunakan untuk anak anak. Kemudian istilah Ancin,Rewog dan Wareg adalah perumpamaan untuk makan sedikit dan makan rakus atau banyak makan dan istilah wareg merupakan kata dari kenyang secara halus.

Jadi disini sudah paham betapa sulitnya bahasa sunda? Memang betul bahasa sunda satu kata berjuta makna begitulah bahasa Sunda bahasa yang sudah mulai pudar di keseharian kita selama ini. Banyak sekolah yang sudah mulai melupakan bahasa ini. Maka jika ada sekolah yang masih memberikan fasilitas kepada para peserta didik tentang bahasa sunda selain dijadikan mata pelajaran umum seperti pelajaran bahasa Indonesia sudah selayaknya berikan apresiasi penuh. Karena mau bagaimanapun sekolah adalah tempat untuk belajar dan sekolah juga adalah tempat untuk memperkenalkan. Diharapkan sekolah juga memberikan ruang kepada para tenaga didik yang memiliki kemampuan dalam dunia digital dan budaya untuk bisa emngembangkan berbagai macam sastra dan adat sunda dan memperkenalkan kepada para peserta didik. Jangan sampai bahasa sunda dilupakan begitu saja oleh generasi kita. Sehingga anak dan cucu kita tidak apa apa apa dengan budaya dan bahasa ini.