6 Alasan Orang Berkhianat

‎أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ

وَلَا  يَحْسَبَنَّ  الَّذِيْنَ  كَفَرُوْا  سَبَقُوْا  ۗ اِنَّهُمْ  لَا  يُعْجِزُوْنَ

“Dan janganlah orang-orang kafir mengira, bahwa mereka akan dapat lolos (dari kekuasaan Allah). Sungguh, mereka tidak dapat melemahkan (Allah).” (QS. Al-Anfal 8: Ayat 59)

Siapa saja yang berlaku khianat dan merusak perjanjian akan menerima laknat Allah, bahkan seandainya ia beragama Islam sekalipun

Dalam tafsir ringkas Kementrian Agama RI; Melihat perilaku buruk mereka itulah, Allah mengancam dengan firman-Nya pada ayat ini. Dan janganlah orang-orang kafir itu, baik Yahudi Bani Quraizah, sesuai konteks ayat ini, maupun siapa saja yang merusak perjanjian dan pengkhianatan, mengira bahwa mereka akan dapat lolos menyelamatkan diri dari kekuasaan atau azab Allah sebagai akibat dari sikap pengkhianatan tersebut. Sungguh, mereka tidak dapat melemahkan Allah atau menghindar dari pengawasan-Nya; dan Allah pasti membalasnya dengan balasan yang setimpal. Rangkaian ayat ini memberi pelajaran kepada kita, bahwa siapa saja yang berlaku khianat dan merusak perjanjian akan menerima laknat Allah, bahkan seandainya ia beragama Islam sekalipun. Karena itu, pengkhianatan dalam konteks apa pun dan dengan alasan apa pun tidak dibenarkan dalam agama.

Pengkhianatan adalah tindakan yang bertentangan dengan kepercayaan atau janji yang telah diberikan. Ada beberapa alasan yang menyebabkan orang berlaku khianat, meskipun mereka mengetahui ancaman dan dampaknya:

  1. Nafsu dan Keserakahan. Seringkali, nafsu dan keinginan untuk memperoleh keuntungan pribadi menyebabkan seseorang mengkhianati orang lain. Ketamakan terhadap harta, jabatan, atau kekuasaan bisa mendorong seseorang mengabaikan etika dan prinsip moral.
  2. Kurangnya Iman. Iman yang lemah atau kurangnya keyakinan kepada Allah dan akhirat sering menjadi alasan seseorang berani berkhianat. Orang yang lemah iman tidak merasa takut akan balasan dari Allah atau mengabaikan peringatan tentang laknat dan azab-Nya.
  3. Lingkungan dan Pengaruh Sosial. Lingkungan yang permisif terhadap perbuatan khianat, atau berada di sekitar orang-orang yang tidak jujur, dapat mendorong seseorang untuk berlaku serupa. Norma sosial yang buruk membuat pengkhianatan tampak seperti hal yang wajar.
  4. Kekuasaan dan Otoritas. Orang yang memiliki kekuasaan sering kali merasa bahwa mereka bisa lolos dari konsekuensi perbuatan mereka. Mereka bisa menyalahgunakan kekuasaan tanpa takut terhadap sanksi moral atau hukum.
  5. Kekurangan Tanggung Jawab Moral. Beberapa orang mungkin tidak memiliki kesadaran akan tanggung jawab moral. Mereka memandang perjanjian atau janji sebagai sesuatu yang dapat dilanggar tanpa merasakan konsekuensi spiritual.
  6. Tekanan atau Kesulitan. Kadang-kadang, situasi sulit seperti tekanan ekonomi atau sosial dapat mendorong seseorang untuk mengkhianati orang lain, meskipun mereka mungkin menyadari bahwa tindakan tersebut salah.

Meskipun begitu, dalam Islam sangat ditekankan pentingnya menjaga amanah dan menepati janji, serta ancaman berat bagi mereka yang mengkhianati. Ini merupakan pengingat bahwa iman yang kuat dan takwa kepada Allah adalah perlindungan terbaik dari perbuatan khianat.

Doa memohon perlindungan dari perbuatan buruk dan khianat:

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ أَنْ أَضِلَّ أَوْ أُضَلَّ، أَوْ أَزِلَّ أَوْ أُزَلَّ، أَوْ أَظْلِمَ أَوْ أُظْلَمَ، أَوْ أَجْهَلَ أَوْ يُجْهَلَ عَلَيَّ

“Allahumma inni a’udzu bika min an adilla aw udalla, aw azilla aw uzalla, aw azhlima aw uzhlama, aw ajhala aw yujhala ‘alayya.”

“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari tergelincir atau digelincirkan, dari tersesat atau disesatkan, dari berbuat zalim atau dizalimi, dan dari kebodohan atau dibodohi.”