Opini,- Nadiem Makarim Mendikbud (Mentri Pendidikan Dan Budaya) mengungkapkan dalam pidatonya yang bahwa dirinya akan menghapuskan UN atau Ujian nasional. Pidatonya tersebut disambut pro dan kontra dari berbagai pihak. Bagi Masyarakat luas yang awam penghapusan UN sepertinya tidak akan berdampak apa apa, berbeda dengan kenaikan sembako yang sepertinya melilit leher masyarakat yang kurang mampu. Namun bagi sebagian besar guru dan siswa penghapusan UN berdampak besar bagi pendidikan kita. Banyak sekali menteri yang merasa UN jangan sampai dihapuskan namun harus diganti dengan opsi yang lain, namun adakah opsi yang "lebih baik" dari Ujian nasional??
Seperti dikutip dari Hipwee.com ada dua opsi yang bisa menjadi pertimbangan Mendikbud untuk menggantikan Ujian Nasional diantaranya adalah :
portofolio karya siswa. Dengan begini siswa jadi bisa lebih eksplor minat dan bakatnya
Pengamat pendidikan dari Center for Education Regulations and Development Analysis (Cerdas), Indra Charismiadji, mengatakan kalau portofolio siswa bisa jadi usulan yang ideal sebagai pengganti UN. Sejak masuk sekolah, siswa sudah diarahkan untuk menciptakan apa saja tergantung minat dan bakatnya. Nah nantinya karya-karyanya itu dikumpulkan dalam bentuk portofolio dan ditunjukkan saat menjelang kelulusan. Jenis karyanya bisa bermacam-macam, bisa berupa permainan, video, tarian, buku, animasi, bahkan hasil riset sekali pun.
Bisa dibilang usulan Indra ini merupakan wujud pembelajaran berbasis proyek. Jika sudah begitu, peran guru bukan lagi sebagai pengajar melainkan sebagai fasilitator.
Selain itu, ada juga yang mengusulkan tes tapi nggak berbasis mata pelajaran. Lebih ke assessment yang fungsinya buat melihat perkembangan belajar siswa. Pelaksanaannya juga di tengah masa studi, jadi bisa diperbaiki
Lain lagi sama usulan yang disampaikan anggota Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) Kemendikbud, Doni Koesoema. Saat ini menurutnya, Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian tengah mengkaji model tes assessment sebagai format evaluasi belajar. Bentuknya memang tetap tes, tapi bedanya bukan mata pelajaran lagi yang diujikan, melainkan kompetisi siswa, misalnya kalau SD ya kemampuan baca-tulis, dan lain-lain.
Karena tujuannya untuk melihat perkembangan belajar siswa, jadi pelaksanaannya dilakukan di tengah masa studi. Kalau SD ya saat kelas 3 atau 4, SMP dan SMA kelas 2. Jadi ke depannya sekolah masih punya kesempatan untuk memperbaiki.
nah sebenarnya ada alasan realistis mengapa Ujian nasional perlu di kaji ulang diantaranya adalah anggaran 500 Miliar pertahun yang dikeluarkan untuk penyelenggaraan Ujian Nasional itu sendiri, Nadiem mengungkapkan jika dana besar itu terus dikeluarkan oleh negara hanya untuk ujian Nasional, alangkah lebih baiknya jika anggaran itu digunakan untuk pembenahan sekolah yang kurang layak dan untuk kenaikan upah guru. Semoga dengan pemikiran cerdas seperti itu mempermudah siswa siswa yang masih harus berjalan kiloan meter ke sekolah dapat menikmati hasilnya.