Foto : Siswa dan Guru yang sedang mengajar pelajaran Bahasa Arab di Perpustakaan Al Masoem
(catatan Foto di ambil sebelum pademi)
Penulis Siti Suwarmi S.Pd (Guru Bahasa Inggris SMP Al Masoem)
Almasoem.sch.id,- Suatu siang, sebelum memulai pelajaran, seorang guru mengajukan sebuah pertanyaan tentang apa tujuan para siswa ke sekolah. Pertanyaan tersebut harus dijawab dengan jujur. Diperolehlah berbagai jawaban, antara lain; karena ingin belajar, karena dipaksa/disuruh orangtua, karena ingin bertemu teman dan bisa bermain bersama, dan ada juga yang menjawab kesekolah agar dapat uang saku dari orangtua. Dari beragamnya jawaban tersebut, bisa dipahami jika sikap dan motivasi belajar siswa pun berbeda. Tidak heran jika ada siswa yang senang sekali ketika bel istirahat berbunyi seakan terbebas dari tekanan dan riang gembira berlari berkumpul bersama teman-temannya. Sebuah sikap yang bertolak belakang saat sedang belajar di kelas.
Di waktu yang berbeda, hampir semua siswa di sebuah kelas tidak sabar menunggu kedatangan seorang guru; sebut saja Pak Eri. Kehadiran Pak Eri sangat dinantikan bahkan tanpa diminta beberapa siswa sukarela menjemput guru tersebut dan menyiapkan serta memastikan perangkat infokus dan speaker telah siap sebelum guru tersebut masuk kelas. Saat Pak Eri mengajar, hampir semua siswa fokus dan terlibat aktif dalam proses belajar mengajar. Suatu suasana belajar yang sangat menyenangkan. Lebih jauh, hubungan siswa dan Pak Eri pun terlihat dekat dan hangat. Hal ini terkadang menimbulkan sedikit kecemburuan pada beberapa rekan guru lainnya. Apa yang dilakukan Pak Eri salah? Tentu tidak! Dalam hal ini Pak Eri berhasil menciptakan bahagia belajar.
Keberhasilan dalam belajar banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor, faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri pembelajar seperti, minat belajar, motivasi, bakat, kondisi fisik dan mental serta persepsi pembelajar terhadap mata pelajaran serta guru yang mengajarnya. Sementara faktor eksternal meliputi dukungan keluarga, kondisi sosial ekonomi, kondisi lingkungan belajar, kurikulum serta fasilitar belajar.
Salah satu faktor yang sangat mempengaruhi bahagia belajar adalah minat. Seseorang yang memiliki minat atau ketertarikan kuat terhadap sesuatu hal, maka apapun kondisinya dia akan mencari cara agar dapat mempelajari hal tersebut. Sebagai contoh; seorang yang memiliki minat untuk menguasai bahasa Inggris, maka dia akan terlihat aktif ketika belajar di kelas, sering bertanya dan mencari informasi dan mampu belajar secara mandiri baik melalui buku maupun melalui media digital. Lebih lanjut, seseorang yang memiliki minat yang kuat biasanya akan belajar terus menerus tanpa bosan dalam suasana hati yang bahagia penuh tantangan tanpa tekanan.
Namun apa seseorang yang kurang minat pada suatu pelajaran masih tetap bisa mengalami bahagia belajar? Bisa saja! Untuk hal ini faktor eksternal berpengaruh, contohnya seperti cerita tentang siswa di kelas Pak Eri di atas. Pada awalnya sebagian siswa tidak tertarik dengan mata pelajaran yang diampu Pak Eri, namun karena cara mengajar dan pembawaan Pak Eri yang bersahabat dan menyenangkan maka banyak siswa yang akhirnya tertarik bahkan sebagian terinspirasi untuk mempelajari serta mendalami materi yang disampaikan Pak Eri secara sukarela di luar jam pelajaran.
Menciptakan pembelajaran yang membahagiakan siswa dapat dikatakan susah-susah gampang. Setiap mata pelajaran tentu memiliki pendekatan yang berbeda dan tergantung juga pada kemampuan setiap guru mengelola kelas. Lantas hal apa saja yang dapat membuat bahagia belajar? Pertama adalah kondisi/suasana belajar yang rilex tanpa tekanan baik dari guru maupun dari diri pembelajar perlu di ciptakan. Salah satu cara adalah menjalin interaksi yang akrab dalam koridor sopan dan beradab. Saling menghargai dan beremphati/peduli pada kondisi dan kemampuan siswa secara tulus antara guru dengan siswa maupun siswa dengan siswa lainnya. Hal ini akan menciptakan suasana nyaman penuh kehangatan sehingga proses belajar berlansung serius tapi santai namun bertanggungjawab.
Namun kadangkala, kejar target pencapaian kurikulum kadang menyebabkan proses belajar terkesan terburu-buru, sehingga kurang penghayatan dan pendalaman materi. Hal ini membuat tekanan tersendiri baik bagi guru maupun siswa untuk dapat secepatnya menguasai materi. Imbasnya adalah menumpuknya tugas yang dibebankan guru ke siswa. Bagi siswa yang menganggap belajar adalah kewajiban bukan sebuah kebutuhan tentu kondisi tersebut menjadi tekanan bahkan lebih jauh menyebabkan antipati. Menjelaskan tujuan pelajaran di awal pertemuan dapat membantu siswa mendapat gambaran apa saja yang harus dikuasai dari materi yang akan dipelajari. Jika terjadi kendala, siswa dapat meminta guru menjelaskan lebih rinci diluar jam pelajaran.
Hal kedua adalah pembelajaran yang mendukung tumbuh dan berkembangnya kreatifitas. Metode problem solving salah satu metode yang dapat merangsang siswa berpikir kritis, bersikap optimis dan kreatif, tidak mudah mengeluh, fokus mencari solusi dari permasalahan yang dihadapi baik secara sendiri maupun atas bantuan orang lain. Memberi apresiasi pada setiap hal termasuk hal-hal kecil akan membuat siswa merasa dihargai, diterima sehingga lebih jauh mengembangkan sikap kepercayaan dirinya dan hal itu menciptakan kebahagiaan tersendiri. Biasanya daya kreatifitas lebih berkembang saat seseorang dalam kondisi bahagia.
Bahagia belajar berhubungan dengan kegiatan pembelajaran yang memberi ruang seluas-luasnya untuk berkreatif dan aktif dalam suasana yang nyaman, menyenangkan sesuai dengan minat pembelajar. Seseorang yang mengalami dan merasakan bahagia belajar akan mampu mencapai tujuan belajar yang sudah direncanakan dengan baik.
nah anda ingin putra putri anda menjadi putra putri emas yang berakhlakul kharimah?? Daftar Di sini
bingung bagaimana cara mendaftar Ke Al Masoem?? Klik Di sini
Informasi lebih lanjut Hubungi saja :